Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Dampak El Nino

Terdampak El Nino, Petani di Jawa Tengah Khawatir Makin Merugi

Dampak fenomena El-Nino telah dirasakan sejumlah petani di wilayah Jawa Tengah. Produksi padi mereka mulai terganggu

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Muhammad Olies
Tribun Jateng/Idayatul Rohmah 
Pedagang beras di jalan Pedamaran Semarang tampak sedang menunjukkan beras dagangannya. 

"Ini juga memperparah psikologis pasar. Ini padahal baru September, masih butuh waktu sampai Februari 2024 baru bisa panen raya," ujarnya.

Ia menambahkan, harga gabah kering giling (GKG) sendiri saat ini Rp 8.000/Kg, kemudian harga kering sawah itu Rp 7.500 - Rp 7.600/Kg.

"Kalau HPP GKG itu Rp 5.600/Kg, kering sawah Rp 4.500/Kg, melambung tinggi banget. Ongkos giling Rp 300. Situasinya darurat seperti ini, repot jualnya. Harga Rp 8.000/Kg itu jualnya bisa sampai Rp 13.000/Kg. Kalau harga Rp 13.000/Kg berat buat yang beli," sebutnya.

Baca juga: 2060 Jiwa di 8 Kecamatan di Kota Semarang Digelontor Bantuan Air Bersih, Dampak El Nino

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah mencatatkan pada bulan Agustus 2023, Harga GKG di tingkat petani naik 5,67 persen dan Gabah Kering Panen (GKP) naik 4,98 persen.

Sedangkan Harga Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat penggilingan naik 5,42 persen dan Gabah Kering Panen (GKP) naik 4,83 persen.

Nilai Tukar Petani Jawa Tengah Agustus 2023 sendiri sebesar 110,71 atau naik 1,63 persen. Nilai Tukar Usaha Pertanian Jawa Tengah Agustus 2023 sebesar 112,13 atau naik 1,49 persen.

Mengenai kondisi daerah lain di Jawa Tengah, di antaranya Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Grobogan Hardiono menambahkan, dampak kekeringan di Kabupaten Grobogan utamanya terjadi wilayah timur.

Wilayah Timur ini meliputi Grobogan, Tawangharjo, Wirosari, Ngaringan, Gabus, Kradenan, dan Pulokulon yang rata-rata jauh dari bendung.

Ia menyebutkan, di wilayah timur sebagai lumbung jagung, ada beberapa wilayah yang terdampak penurunan hasil panen jagung hampir mencapai 50 persen.

"Di tempat saya agak mending karena ada Bendung Dumpil. Panen masih bisa mengangkat sampai 7,2 ton per hektar, ini normal pada posisi kering, masih dapat suplai air lewat pompa. Kalau yang di Gabus, Kradenan, Kuwu, penurunannya sampai 40-50 persen dari 7,2 ton per hektar tadi," ujarnya.

Namun menurutnya, hal ini masih bisa disiasati dengan harga lebih tinggi yaitu Rp Rp 4.500/Kg kering panen.

"Harga jagung tinggi, yang kering atau kadar airnya di bawah 17 persen, itu bisa mencapai Rp 5.600 sampai Rp 5.700/Kg. Harga jagung ini tertinggi dalam 30 tahun. Biasanya cuma Rp 4.000/Kg dengan kadar air 25-30 persen. Kalau 17 persen masih sekitar Rp 5.200/Kg, sekarang sudah tembus Rp 5.800/Kg 

Kalau yang jauh dari sumber air, itu merosot sampai 40 persen. Itu hitungannya untung tipis atau rugi, tapi ruginya tidak separah padi," imbuhnya.

Baca juga: BMKG Minta Warga Waspadai Dampak El Nino di Jateng

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan perkebunan provinsi Jawa Tengah, Supriyanto menyebutkan terkait dengan data puso akibat kekeringan di Jateng, angka komulatif sampai dengan Agustus minggu 1 sebesar 254,1 ha. Sedangkan luas puso di bulan Agustus dari tanggal 1 sampai dengan 15 Agustus 2023 seluas 13,6 hektar.

Kendati demikian, hal itu belum berpengaruh terhadap produksi gabah kering giling (GKG) di Jawa Tengah. Pada periode Januari sampai Agustus 2023 produksi GKG sebesar 7.904.881 ton berdasarkan KSA (Kerangka Sample Area dari BPS) sementara.

Sedangkan produksi Januari sampai dengan Agustus 2022 sebesar 7.827.850 ton. "Sehingga ada selisih (positif) sebesar 77.031 ton," katanya dalam konfirmasi tertulisnya, baru-baru ini. (idy)

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved