Pemilu 2024
Pendekatan Budaya Dinilai Jadi Wujud Demokrasi Lokal Dalam Pengawasan Partisipatif Pemilu di Blora
Pengawasan Partisipatif Pemilu 2024 melalui event budaya dan kesenian daerah ini merupakan wujud demokrasi lokal.
Penulis: ahmad mustakim | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM, BLORA – Pengawasan Partisipatif Pemilu 2024 melalui event budaya dan kesenian daerah ini merupakan wujud demokrasi lokal.
Hal itu disampaikan seorang Pegiat Pemilu yakni Dr. Sukarjo Waluyo saat menjadi narasumber pada kegiatan sosialisasi Pengawasan Partisipatif Pemilu 2024 oleh Bawaslu Kabupaten Blora di di De Garden Caffe and Resto, Desa Tutup, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora.
Dengan materi tema Penguatan Demokrasi Lokal melalui Pengawasan Partisipatif.
Baca juga: Tawarkan Aplikasi Pemenangan Pemilu Hingga Poles Citra Diri, APD Jateng Diluncurkan di Semarang
"Di Blora itu berdasarkan realitasnya itu kan banyak kesenian. Ada barong, juga ada event-event yang lainnya, Samin dan sebagainya," ucap Sukarjo Waluyo kepada Tribunjateng.com, Kamis (14/9/2023).
Sukarjo Waluyo mengatakan, dalam perspektif kebudayaan, dalam pengawasan partisipatif pemilu 2024 bisa dimaknai sebagai ruang.
"Saya pikir kalau di dalam pengawasan partisipatif pemilu 2024 bisa kita maknai sebagai ruang. Artinya bahwa pementasan itu tidak hanya pementasan ansih untuk ditonton, memasukkan agenda ke pengawasan pemilu," ungkap Sukarjo Waluyo.
"Karena era sekarang, kesenian itu menjadi milik bersama, menjadi ruang untuk menyampaikan pesan positif atau hal baik. Kalau di era orde baru kan pembangunan, sepertinya prinsipnya sama," tandas Sukarjo Waluyo.
Menurutnya, karena momentum pemilu kan sudah dekat, dirinya ingin pemilu ini berjalan dengan jurdil (jujur dan adil).
"Maka bahwa sejak dini harus diskenario dengan baik," ujar pria yang berpenampilan nyentrik ini.
"Saya pikir kesenian dan event-event budaya ini, semua adalah ruang-ruang yang bisa dimanfaatkan bahwa, itu penting. Karena untuk memastikan pengawasan pemilu di Blora baik. Kualitas demokrasi di Blora juga baik," papar Sukarjo Waluyo.
Menurut pria yang seorang ASN yang juga akademisi ini, event budaya atau pentas seni itu salah satu instrumen yang efektif bagi Bawaslu sebagai sarana pengawasan partisipatif.
"Saya pikir butuh berkorelasi dengan instrumen lain termasuk instrumen kebudayaan kesenian, serta adat dan sebagainya mas," terang Sukarjo Waluyo.
"Kearifan lokal kan banyak, entah Pilkades masa lampau, yang selalu aman, menghasilkan pemimpin yang Flamboyan, kalau masa lalu ini inspiratif boleh dong kita ulang lagi kan beserta nila-nilainya," pungkas Sukarjo Waluyo.
Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat dan Humas Bawaslu Blora, Muhammad Mustain mengungkapkan, kegiatan sosialisasi ini untuk mengajak multi komunitas untuk menjadi pengawas partisipatif di Pemilu 2024.
"Ini kami mengundang beberapa OKP, organisasi mahasiswa, organisasi masyarakat untuk mengajak mereka dalam pengawasan partisipatif," ucap Muhammad Mustain.
Membaca Ulang Partisipasi Pemilih pada Pemilu Tahun 2024: Antara Antusiasme Elektoral dan Kejenuhan |
![]() |
---|
Inilah Sosok Rizqi Iskandar Muda Anggota DPRD Jawa Tengah Termuda Asal Batang, Dilantik Bareng Ayah |
![]() |
---|
Kisah Happy Franz Haloho, Dilantik Jadi Anggota DPRD 2024-2029 Meski Hanya Modal 94 Suara |
![]() |
---|
2 Caleg PDIP Ancam Kepung Gedung DPRD Karanganyar, Jika Tak Dilantik Sebagai Wakil Rakyat |
![]() |
---|
Komeng Raih 5.399.699 Suara, Ternyata Tak Otomatis Jadi Ketua DPD, Justru Malah Nama Ini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.