Sejarah Indonesia
Sejarah Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober, Tragedi Berdarah Para Jenderal dan Pemberontakan PKI
Di balik hari yang bersejarah ini tersimpan kisah tragis dan berdarah yang melibatkan sejumlah elit militer dan Partai Komunis Indonesia saat itu.
Penulis: Fachri Sakti Nugroho | Editor: galih permadi
- Lettu Pierre Andreas Tendean

Pasca kejadian berdarah G30S PKI, Presiden Soekarno menugaskan Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Soeharto untuk mengembalikan keamanan dan ketertiban nasional.
Partai Komunis Indonesia (PKI) diduga menjadi dalang peristiwa berdarah tersebut.
Mereka dituding ingin menggulingkan pemerintahan dan mengganti ideologi Pancasila.
Dalam menjalankan tugasnya, Soeharto berhasil mengungkap dan menumpas gerakan PKI.
Pemerintah juga membubarkan partai tersebut melalui Tap MPRS Nomor XXV/MPRS/1966.
Jenazah tujuh jendral korban G30S PKI ditemukan pada tanggal 4 Oktober 1965 di sebuah sumur tua di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Mereka kemudian dimakamkan secara kenegaraan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta pada tanggal 5 Oktober 1965 dan diberi gelar Pahlawan Revolusi.
Sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan kepada para pahlawan revolusi, Soeharto menetapkan tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Penetapan ini dilakukan pada tahun 1966, atau setahun setelah peristiwa G30S PKI.
Peringatan ini awalnya hanya diikuti oleh seluruh pasukan TNI AD, namun kemudian menjadi wajib bagi seluruh warga negara Indonesia setelah Soeharto menjadi presiden pada tahun 1967.

Alasan Penetapan Hari Kesaktian Pancasila
Ada beberapa alasan mengapa Soeharto menetapkan tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Pertama, tanggal ini merupakan hari berikutnya setelah peristiwa G30S PKI terjadi.
Dengan demikian, peringatan ini dimaksudkan untuk mengenang dan menghormati para korban yang gugur dalam peristiwa tersebut.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.