Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Viral

Kisah Bocah Tunawicara Hilang 8 Tahun Lalu, Bertahan Hidup Menggelandang di Pasar Mahbang Sragen

Kisah DA bocah tuna wicara jadi gelandangan di Pasar Mahbang Sragen bertemu kembali dengan orangtua viral di media sosial.

Editor: rival al manaf
POLRES SRAGEN
Pertemuan bapak dengan anak jalanan yang mengalami tuna wicara, sudah lama tidak bertemu dan dirawat oleh seorang penjual bubur asal Desa Karanganyar, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen. 

TRIBUNJATENG.COM - Kisah DA bocah tuna wicara jadi gelandangan di Pasar Mahbang Sragen bertemu kembali dengan orangtua viral di media sosial.

Siapa sangka setelah menghilang sejak 8 tahun lalu bocah tuna wicara itu mampu bertahan hidup di pasar.

Ia bertahan berkat bantuan penjual bubur di pasar itu yang merasa iba dengan bocah berinisial DA tersebut.

Bahkan saat dijemput keluarganya DA sempat enggan pulang karena merasa sudah kerasan dan nyaman dengan para pedagang di sana.

Baca juga: Sosok Aulia Salma Pegawai Gelato Gelapkan Uang Rp 45 Juta, QRIS Masuk Rekening Pribadi

Baca juga: Jajanan Yoghurt Diduga Racuni 20 Siswa Sekolah Dasar, Gejalanya Pusing Hingga Mual

Baca juga: Viral Diajak Taaruf Pria Mapan Sidoarjo, Setelah Ditelusuri Ternyata Residivis Kasus Rudapaksa

Selama hidup di Pasar Mahbang, Kecamatan Sambungmacan DA dirawat oleh Penjual bubur Saroh (34) dan suaminya Latip (41). 

Keduanya dengan ikhlas merawat seorang anak jalanan berkebutuhan khusus, yakni tuna wicara.

Saroh bercerita awalnya ia bertemu dengan DA saat sedang berjualan, DA sedang mondar-mandir di depan tempat ia berjualan.

Kemudian, Saroh mendatangi DA dan bertanya kepadanya darimana ia berasal.

 Ternyata DA tidak bisa berbicara dan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat.

"Ketemu anak itu di Pasar Mahbang, sekitar 3 pekan lalu, posisi dia wira-wiri, saya tanya kamu orang mana, jawabnya pakai bahasa isyarat, tidak bisa ngomong," kata dia, Senin (9/10/2023), dikutip TribunJatim.com dari TribunSolo.

Saroh juga menanyakan dimana DA tidur, dan dijawab di emperan toko.

Saat ditanya soal orang tua DA, Saroh yang pada awalnya tidak memahami bahasa isyarat, sempat mengira orang tua DA sudah meninggal.

Meski bukan anak kandung, dengan rasa iba, Saroh dan sang suami mencoba merawat DA, dan tak luput memberi kasih sayangnya kepada DA.

"Tidurnya pindah ke dalam pasar, ada lincak (kursi bambu) ya tidur disitu, siangnya ngamen di lampu merah, sore di warung, ngobrol dengan ibu-ibu yang ada di pasar," jelasnya.

"Sekarang sudah seperti anak sendiri, karena sudah bersama lama," ujarnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved