Berita Jakarta
Desi Demam Usai Makan Beras Sintetis Bapanas Langsung Lakukan Investigasi
Salah seorang warga di Bukittinggi, Sumatera Barat bernama Desi mendadak demam seusai mengkonsumsi beras.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Salah seorang warga di Bukittinggi, Sumatera Barat bernama Desi mendadak demam seusai mengkonsumsi beras.
Beras yang diduga sintetis tersebut ia beli Rp 5000 per kilogram di Pasar Bukittinggi.
"Saya sempat demam dan pusing. Radang tenggorokan juga," ujar Desi, Kamis(12/10).
Desi menyebut ciri-ciri dari beras yang dibelinya itu berwarna putih, cepat keras dan cepat basi.
"Saya masak biasanya enggak pernah basi ini kok cepet basi, aneh," ujar Desi.
Kepala Dinas Pangan Provinsi Sumatera Barat(Sumbar), Syahrul Bahri menyebut telah mendapat informasi tersebut dan menyelidiki diduga beras sintetis bersama pihak kepolisian.
Permintaan keterangan, ujarnya telah dilakukan kepada Desi dan juga suaminya.
Namun, Syahrul belum bisa memastikan beras yang dikonsumsi Desi merupakan beras sintetis.
"Melihat secara fisik sudah, tapi kami belum bisa memastikan itu beras sintetis atau bukan," ujar Syahrul.
Terpisah, Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan, saat ini isu mengenai adanya beras berbahan plastik atau beras sintetis yang dikonsumsi masyarakat sedang dalam proses investigasi.
Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapanas Andriko Noto Susanto mengatakan, investigasi sedang dalam tahap uji laboratorium terhadap sampel beras yang dikonsumsi.
Adapun dugaan awal terkait beras sintetis ini pertama kali muncul di Bukittingi, Sumatera Barat, di mana ada salah seorang warga mengakui sakit usai mengonsumsi beras yang diduga sintetis.
“Ini harus dilihat apakah ada bahan lain yang dikonsumsi selain beras dan apakah semua yang mengonsumsi juga mengalami gejala yang sama," kata Andriko dalam keterangannya yang diterima Tribun.
Dia bilang, kasus ini tidak bisa digeneralisir. Sebab, jika memang penyebabnya dari beras yang diduga sintetis, tentunya akan lebih banyak orang yang terkena dampaknya. Sehingga, Andriko memastikan pihaknya akan fokus ke kasus keracunan tersebut.
Terkait kasus di Bukittinggi, ia mengatakan saat ini Dinas Pertanian dan Pangan Kota Bukittingi selaku OKKPD (Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah) bersama Satgas Pangan telah mengambil tindakan dengan turun langsung ke lokasi untuk meminta keterangan dan mengumpulkan bukti.
Guna membuktikan kasus ini, Andriko mengatakan saat ini sampel beras yang diduga sintetis tersebut sudah diambil dan dikirimkan ke laboratorium yang terkreditasi untuk proses uji lab.
“Untuk memastikan apakah sebab sakitnya akibat mengonsumi beras tersebut, maka harus dilakukan pengecekan kebenarannya. Apakah itu beras benar sintetis sehingga mengganggu kesehatan," ujarnya.
Ia mengatakan, untuk validasinya harus dilakukan pengujian profil plastik yang dikandung terhadap sampel beras yang sama dengan yang dikonsumsi saat itu.
Andriko pun menegaskan jika penjaminan keamanan pangan segar di peredaran merupakan salah satu fokus dari kewenangan Bapanas selaku OKKP Pusat (OKKPP) bersama dengan Dinas Pangan di seluruh Provinsi selaku OKKP Daerah (OKKPD) yang secara intensif terus dilakukan yang bersinergi dengan satgas pangan.
“Pengawasan keamanan dan mutu PSAT di peredaran baik pre-market maupun post-market dilakukan oleh OKKPP dan OKKPD untuk menjamin pemenuhan standar keamanan dan mutu pangan, yaitu residu pestisida, logam berat, mikotiksin, dan cemaran mirobiologi," kata Andriko.
"Penjaminan keamanan dan mutu pangan ini dilakukan melalui registrasi izin edar dan sertifikasi penerapan penanganan yang baik (SPPB), termasuk jaminan atas kebenaran informasi terkait keamanan pangan yang beredar di masyarakat ungkapnya," lanjutnya.
Kepala Bapanas yang juga Plt Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi menegaskan bahwa isu beras sintetis rentan dihembuskan di tengah upaya pemerintah melakukan stabilisasi pasokan dan harga beras dengan menggencarkan Gerakan Pangan Murah (GPM), bantuan pangan beras, dan operasi pasar Bulog.
Maka dari itu, selain melakukan tindakan pengujian ilmiah terhadap sampel beras melalui Otoritas Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) di bawah Badan Pangan Nasional, Arief juga meminta satgas pangan untuk melakukan pengawasan dan penindakan terhadap pihak-pihak yang terbukti menyebarkan berita hoax mengenai beras sintetis ini.
“Sekarang kalau ada beras sintetis, satgas pangan investigasi dan jika memang terbukti bersalah, perlu diproses secara hukum, sehingga masyarakat tenang dan mendapat kejelasan mengenai masalah ini," kata Arief.
Ia juga mengimbau seluruh masyarakat agar lebih cermat memilih produk pangan yang aman dan membaca label serta tidak mudah terprovokasi dengan isu keamanan pangan yang belum pasti kebenarannya.(Network/daz/why/wly)
Baca juga: Terima Tim Validasi IGA, Mbak Ita Pamerkan Inovasi Sanpiisan dan Pak Rahman
Baca juga: Polres Kudus Salurkan 14.000 Liter Air Bersih ke Desa Glagahwaru
Baca juga: DPRD Karanganyar Desak Pemda Segera Selesaikan Persoalan Terkait Dampak TPA Sukosari
Baca juga: Letkol Laut P Adi Surono Jabat Komandan Lanal Tegal Gantikan Letkol Marinir Chanan
Seusai Bupati Pati Sudewo Diperiksa KPK Terkait Suap Proyek Rel Kereta, Ini Fakta Terbarunya |
![]() |
---|
IHSG Hari Ini Naik ke 7.936,17, Saham PGEO dan MBMA Jadi Pendorong Utama |
![]() |
---|
Alasan PDIP Copot Bambang Pacul dari Ketua DPD Jawa Tengah, Ini Penjelasannya |
![]() |
---|
IHSG Hari Ini Ditutup Melemah, Apa Penyebabnya? |
![]() |
---|
Bahaya Asbes di Indonesia: Sengketa Hukum, Korban, dan Desakan Pelarangan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.