Berita Semarang
Sosok Prof Harry Pramono, Guru Besar Unnes yang Getol Kritisi Kualitas Pendidikan Jasmani Indonesia
Universitas Negeri Semarang (Unnes) bakal mengukuhkan 6 guru besar Rabu (18/10/2023) mendatang. Yakni Prof
Penulis: Agus Salim Irsyadullah | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Universitas Negeri Semarang (Unnes) bakal mengukuhkan 6 guru besar Rabu (18/10/2023) mendatang. Yakni Prof Dr. Dr. Wardono M.Si, Prof. Dr. Sugianto M.Si, Prof. Dr. Lisdiana, M.Si (FMIPA), Prof. Dr. Harry Pramono, M.Si (FIK), Prof. Dr. Hari Bakti Mardikantoro, M. Hum (FBS) dan Prof. Dr. Tjaturrahono Budi Sanjoto M.Si (FISIP)
Dari keenam calon guru besar tersebut, Prof. Harry Pramono aktif mengkiritisi kualitas pendidikan jasmani di Indonesia. Prof Harry Pramono merupakan calon guru besar dari Bidang Manajemen Pendidikan Jasmani Fakultas Ilmu Keolahragaan.
Selama menempuh pendidikan S2 bidang Sosiologi dan S3 Prodi Manajemen Pendidikan, Prof Hari menaruh perhatian dan kajian lebih tentang manajemen pendidikan jasmani.
Artikel yang terbit di Jurnal Internasional berjudul "The School and Physical Education Teachers Efforts in Building The Elementary Student Character" misalnya, Prof Hari mengkritik kompetensi dan kinerja guru pendidikan jasmani yang belum optimal membentuk karakter siswa di sekolah dasar maupun sekolah lanjutan.
Artikel lain yang disampaikan lewat Lokakarya, seminar hingga pertemuan ilmiah tingkat nasional-internasional, juga membahas hal serupa.
Menurutnya, guru pendidikan jasmani di Indonesia banyak yang tidak linear dengan latar keilmuan yang dimiliki.
Penelitian terbaru berjudul "Kompetensi dan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani." Prof Harry membagi komponen penunjang kinerja guru pendidikan jasmani menjadi empat.
Yakni, kompetensi (50 persen), sistem pembinaan (6,6 persen), sarana prasarana (3, 6 persen) dan pelatihan (3 persen). Kajian penelitian itu, sekaligus menjadi orasi ilmiah yang bakal ia sampaikan saat pengukuhan Rabu mendatang.
"Masalah kompetensi yang jadi titik sentral. Masih banyak guru yang tidak memiliki latar pendidikan jasmani, diberi tanggungjawab itu," katanya kepada Tribunjateng.com, Sabtu (14/10/2023).
Profesor putra daerah Malang tersebut menambahkan, guru harus bisa mengelola sistem pembelajaran jasmani yang mudah dipahami siswa. Sebab, pendidikan dan manajemen jasmani dapat membentuk karakter siswa.
"Guru harus profesional dan menguasai kompetensi sosial. Termasuk manajemen pendidikan jasmani,"
"Kalau guru sudah punya potensi baik, maka pembelajaran di sekolah baik. Kalau dia punya potensi kinerja baik, akan membentuk karakter siswa juga." jelasnya.
Prof Harry tak menampik jika latar pendidikan guru yang tidak linear masih ditemukan di sekolah-sekolah. Menurutnya, hal ini menjadi persoalan serius yang harus dihadapi pemerintah.
"Pertama, kebijakan pemerintah harus berani mengeluarkan regulasi mengajar guru harus sesuai kompetensi. Tapi akibatnya kekurangan guru. Kedua, memberikan pendidikan dan latihan tentang meningkatkan kompetensi melalui pendidikan keguruan," terangnya.
Namun, linearitas itu kini perlahan teratasi oleh program Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang dikeluarkan pemerintah.
"Tapi sekarang sudah mulai jalan PPG misalnya, yang memberikan kesempatan guru mendapatkan materi bagaimana mengajar. Ini mestinya efektif ya," sambungnya.
Wacana 6 Hari Sekolah Kembali Muncul, DPRD Kota Semarang Dorong Kajian Mendalam |
![]() |
---|
Kronologi Tahanan Kasus Pelecehan Seksual Tewas Dikeroyok 2 Temannya di Dalam Sel Polsek Genuk |
![]() |
---|
Pudakpayung dan Penggaron Belum Terhubung ATCS, Ini Penjelasan Dishub Kota Semarang |
![]() |
---|
Kota Semarang Hujan, Berikut Prakiraan Cuaca BMKG Hari Ini Jumat 19 September 2025 |
![]() |
---|
Jual Beli Gadget Bekas Bisa Online dan COD di Gulabed Semarang, Begini Caranya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.