Harga Terus Naik, BPS Ingatkan Potensi Defisit Beras hingga Akhir Tahun
Defisit produksi beras akan makin melebar pada November 2023 menjadi 0,95 juta ton, dan pada Desember 2023 hingga 1,45 juta ton.
Gabah mahal
Pengamat ekonomi, Gunawan Benjamin mengatakan, meski harga beras saat ini terpantau mulai stabil, ancaman kenaikannya masih begitu terasa.
Hal itu lantaran harga gabah di tingkat petani saat musim panen yang baru saja usai di bulan kemarin masih tergolong mahal, yaitu di kisaran angka Rp 5.800-Rp 6.300 per kg untuk gabah kering panen.
"Jadi sekalipun memasuki musim panen, harga gabah masih 20 persen lebih mahal dari HPP yaitu Rp 5 ribu/kg, dan harga beras medium wajar berada di kisaran Rp 12 ribu-Rp 13 ribu per kg. Jadi sebuah keniscayaan dalam jangka pendek harga beras bisa ditekan untuk mengimbangi harga beras SPHP," tuturnya
Gunawan mengungkapkan, hal yang patut dikhawatirkan adalah intensifikasi lahan sawah sebagai bentuk pemaksaan, dan memunculkan potensi resistensi petani.
Sawah yang ditanami padi secara terus menerus tanpa jeda justru dapat membuat produktifitas tanaman padi menurun.
"Pada praktiknya, banyak petani yang memanfaatkan sawahnya untuk bercocok tanam dengan masa 3 kali panen. Namun di saat sudah dua kali panen tanaman padi, petani banyak yang mengganti tanamannya ke tanaman lain, umumnya kacang hijau atau kedelai," tuturnya.
"Hal tersebut dilakukan untuk menyuburkan tanah, memutus siklus serangan hama, dan mengurangi ketergantungan pupuk kimia pada tanaman padi selanjutnya," tambahnya.
Ketiga, biaya produksi yang diakibatkan oleh mahalnya harga pupuk, alokasi pupuk bersubsidi yang berkurang, kenaikan harga pestisida, ditambah dengan gangguan cuaca el nino yang masih terjadi bakal memicu harga beras kembali melonjak.
"Sehingga sulit buat kita untuk menggenjot produksi tanaman padi dalam waktu dekat. Pemerintah bisa melakukan upaya untuk menghitung ekspektasi produksi," bebernya.
"Dan rencana pemerintah yang mengimpor beras dari China menunjukan ada kekhawatiran bahwa pasokan padi belum akan pulih dalam waktu dekat," sambungnya
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Gunawan dengan petani di Sumut, banyak petani yang pesimistis bahwa panen akan mampu lebih tinggi dari sebelumnya pada musim panen mendatang, yaitu Januari hingga Februari.
"Karena sawah memasuki musim tanam kedua untuk padi di bulan oktober ini. Produksi gabah sejumlah petani yang diobservasi diproyeksi baru akan meningkat tajam pada musim panen semester 2 tahun depan," terangnya. (Tribunnews/Seno Tri Sulistiyono)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.