Berita Brebes
Belajar dari Desa Ciampel Kabupaten Brebes, Rp 1000 Cukup Jadi Modal untuk Keroyok Stunting
Pagi itu, Saeri (41), Ketua Posyandu Melati di RW 03 Desa Ciampel, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, terlihat begitu sibuk
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, BREBES - Pagi itu, Saeri (41), Ketua Posyandu Melati di RW 03 Desa Ciampel, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, terlihat begitu sibuk, Kamis (19/10/2023). Bersama dengan kader posyandu lainnya, dia sedang mempersiapkan timbangan serta alat ukur tinggi badan baduta dan balita.
Kegiatan posyandu itu bertempat di halaman rumah seluas 7x5 meter milik seorang kader posyandu di RT 06 RW 03 Gang Dukun, namanya Kusliyanti (40).
Saat waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB, anak-anak bersama orangtuanya mulai berdatangan. Beberapa anak memilih berlari ke tempat mainan yang sudah disediakan. Sebagian yang lain langsung menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan. Mereka terlihat riang.
Sesekali beberapa baduta menangis saat menimbang berat badan di timbangan dacin dan mengukur tinggi di infantometer board.
"Suasananya memang selalu seperti ini, ramai. Apalagi Posyandu Melati paling banyak balitanya di Desa Ciampel, sampai 67 anak," tutur Saeri di tengah kesibukan mencatat hasil penimbangan.
Setelah penimbangan, ada kader yang bertugas membagikan makanan tambahan dari desa yang berisi nasi, sayur sop, telur dan pisang. Makanan itu dibagikan kepada semua anak yang datang ke posyandu.

Kemudian ada pemberian sembako sebagai upaya pencegahan stunting khusus untuk balita kurang gizi dan ibu hamil kurang energi kronis (KEK). Isinya lengkap, meliputi beras 5 kilogram, ikan bawal 2 ekor, telur 5 butir, tempe, tahu, kacang hijau, pepaya, dan sayur-sayuran. Ada dua balita dan seorang ibu hamil KEK yang jadi sasaran fokus di Posyandu Melati.
Bantuan sembako itu bukan dari anggaran desa atau pemerintah, melainkan uang swadaya warga Rp 1.000 per orang. Bahkan, tidak sedikit warga yang sukarela memberikan iuran Rp 5.000, Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu.
"Program ini namanya Kartu Amal Kehidupan (KAK), intinya mengajak warga untuk gotong royong dalam kegiatan yang ada di posyandu. Dari masyarakat, dikelola masyarakat, dan kembali lagi ke masyarakat," ujar Saeri yang juga Wakil Ketua PKK Desa Ciampel.
Kartu amal kehidupan tersebut oleh warga dikenal juga dengan istilah “Gerakan Seribu Atasi Stunting". Uang swadaya yang dikumpulkan oleh kader posyandu dengan mendatangi satu per satu rumah warga.
Gerakan ini mulanya disosialisaikan oleh Forum Kader Posyandu Indonesia (FKPI). Peruntukannya luas, termasuk menyediakan pelayanan kesehatan gratis, seperti cek hemoglobin (HB), gula darah, kolesterol serta pemeriksaan kesehatan terhadap lansia dan ibu hamil.
Tetapi di Desa Ciampel, seribu rupiah dari swadaya warga turut andil dalam menangani stunting. Uang yang terkumpul menjelang pertemuan di tiap posyandu, paling kecil Rp 300 ribu dan paling banyak melebihi Rp 500 ribu.
"Sebelum pelaksanaan posyandu, minimal satu minggu, kami sudah keliling ke warga. Kami tidak memaksa seikhlasnya saja. Kami kumpulkan, setelah itu kita plotkan sesuai target, di antaranya untuk stunting," katanya.
Gerakan seribu rupiah atasi stunting ini sudah berjalan satu tahun di Desa Ciampel, sejak Oktober 2022.
Mulanya tidak sedikit warga yang cuek dan mengabaikan. Sampai-sampai, Saeri harus mendatangi setiap rumah di RW 01, RW 02, RW 03, dan RW 04. Kendalanya saat itu, warga ragu karena pernah ada jimpitan dari karang taruna, tapi peruntukannya tidak jelas.
Kepercayaan warga lalu bisa didapatkan dengan adanya pertanggungjawaban setiap kali pertemuan. Para kader posyandu juga selalu mengirimkan foto yang memperlihatkan bantuan makanan benar-benar dimakan oleh anak stunting.
"Setelah dua bulan saya turun ke warga menunjukkan itu adalah program saya dan bisa dipertanggungjawabkan. Lambat laun warga percaya. Alhamdulillah sampai hari ini masih solid," ingat Saeri dengan mata berkaca-kaca.
Bantuan sembako lengkap dengan lauk pauk dari swadaya warga itu disambut kebahagiaan dari keluarga balita stunting. Seperti Cuniasih (39), ibu dari baduta Sendi Capriliando (1,5).
Anak laki-lakinya setiap bulan memperlihatkan pertumbuhan yang bagus. Misalnya tinggi badan dalam satu bulan terakhir bertambah dari 75 centimeter menjadi 78,3 centimeter.
Tetapi untuk berat badan bulan ini mengalami penurunan karena sakit. "Hasil pertumbuhannya bagus, tingginya bertambah. Bantuan sembako yang diterima, saya telateni biar dikonsumsi anak. Jadi biar ada pengaruh ke pertumbuhan," kata Cuniasih seusai penimbangan.
Keroyok Bersama
Desa Ciampel dari pusat perkotaan jaraknya cukup jauh, sekira 27 kilometer. Lokasi desa ini berada di bagian barat Kabupaten Brebes, dekat dengan perbatasan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Meski bukan desa pilot project, gerakan seribu rupiah atasi stunting berjalan sangat baik. Dari jumlah penduduk sebanyak 4.253 jiwa, sebanyak 75 persen warga aktif memberikan iuran. Mata pencarian warga sendiri rata-rata adalah buruh tani.
"Pertama kali ada di Kecamatan Tanjung. Bu carik (red, Saeri), memang semangat banget untuk menjalankannya di desa. Dia rapat dengan bidan, kader-kader, sampai bikin jadwal penarikan iuran," kata Nurul Lail, Bidan Desa Ciampel, pada Kamis (5/10/2023).
Tak hanya di Posyandu Melati RW 03, gerakan seribu rupiah juga berjalan di Posyandu Aster RW 01, Posyandu Dahlia RW 02, serta Posyandu Mawar dan Posyandu Anggrek di RW 04.
Saat pelaksanaan posyandu, orangtua dan anaknya tidak hanya mendapatkan bantuan makanan, tetapi juga edukasi. "Kami beri edukasi, ini nanti yang makan harus anaknya ya. Cara makannya seperti ini, nanti saat ketemu lagi, berat badannya harus ada perkembangan," jelasnya.
Swadaya dengan minimal iuran seribu rupiah itu bukan satu-satunya program penanganan stunting di Desa Ciampel.
Ada program desa yang diaplikasikan dengan pemberian makanan tambahan (PMT) selama 90 hari berturut-turut. Anak-anak stunting dikumpulkan tiap siang hari, lalu diberi makanan bergizi yang harus langsung dimakan. Makanan itu dimasak oleh bidan dan kader posyandu dengan menu yang berubah-rubah, seperti sop, daging atau pepes ikan.
"Oleh bidan dan kader, anak dan ibunya dipanggil. Di situ kami pastikan makanan itu benar-benar masuk ke perut anak," kata Kepala Desa Ciampel, Warnali.
Program lain berasal dari Pemerintah Kabupaten Brebes, namanya Gaspol, akronim dari Gerakan Atasi Stunting Peduli Donasi Telur. Program itu mewajibkan semua ASN untuk memberikan telur kepada anak-anak stunting.
Bantuan Gaspol di Desa Ciampel diperoleh dari guru SDN Ciampel 01 dan SDN Ciampel 03. "Sumbangan guru-guru itu bentuknya telur, satu anak stunting dapat lima telur setiap bulannya," ungkapnya.
Menurut Warnali, berbagai program penanganan stunting berjalan baik di desanya. Meskipun belum maksimal, setidaknya semangat warga membuahkan hasil dengan berkurangnya angka stunting sedikit demi sedikit.
Dia pun ikut mengawal agar tepat sasaran karena penanganan stunting menjadi instruksi Presiden Joko Widodo.
Berdasarkan data terbaru pada Agustus 2023, dari jumlah 215 balita di Desa Ciampel, sebanyak 33 balita dinyatakan stunting. Sejumlah 10 balita menjadi fokus sasaran karena masuk kategori kekurangan gizi.
"Saya sebetulnya kalau ada stunting malu. Ini berbagai program ada, tinggal bagaimana orangtua mau ikut bersama-sama mengubah kebiasaan. Memastikan makanan yang dikonsumsi punya gizi dan biasakan hidup sehat," ajak Warnali.
Bakal Direplikasi
Belum lama ini, Pemerintah Kabupaten Brebes mendapatkan penghargaan penanganan stunting dalam ECCNE Award 2023, pada Selasa (19/9/2023) lalu. Tak tanggung-tanggung, daerah yang dijuluki Kota Telur Asin ini diganjar sebagai juara 1 daerah terbaik se- Indonesia oleh Seameo Refcon.
Setelah itu disusul Kabupaten Bangka di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Kabupaten Lombok Timur di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Penghargaan tersebut didapatkan atas berbagai inovasi dan gerakan bersama masyarakat dalam penanganan stunting, seperti program pemberian PMT bagi balita stunting dan ibu hamil KEK.
"Kami juga lakukan gerakan atasi stunting donasi telur atau Gaspol. Alhamdulillah, hingga September 2023, terkumpul 212.531 telur hasil donasi ASN, karyawan BUMN, BUMD, dan perusahaan swasta," tutur Pj Bupati Brebes, Urip Sihabudin saat ditemui di ruang kerjanya di Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) Brebes, Rabu (27/9/2023).

Merujuk data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di Kabupaten Brebes mencapai angka 29,1 persen, pada 2022 lalu. Angka itu mengalami kenaikan 2,8 poin dibandingkan tahun sebelumnya di angka 26,3 persen, pada 2021. Kenaikan itu menyebabkan Brebes menempati posisi kasus stunting tertinggi di Jawa Tengah.
Merespon itu, setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) ditugaskan untuk mendampingi satu desa, utamanya 42 desa yang masuk kategori miskin ekstrem. Sasarannya melakukan perubahan perilaku masyarakat, baik dalam kesehatan, pendidikan maupun ekonomi. Terutama pendampingan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan.
"Pengalaman saya mendampingi itu sederhana, dia mau apa, minta apa, belikan. Mau jualan siomai, belikan gerobaknya, itu tidak mahal. Dari situ dia terbantu mendapatkan penghasilan dan akan pengaruh terhadap kesejahteraan dan kesehatan keluarganya," ujar Urip didampingi Akhmad Ma'mun selaku Kepala DP3KB Brebes.
Penanganan stunting menyasar perubahan perilaku masyarakat selama ini sudah berjalan dengan pendekatan tokoh. Ada tim pendamping keluarga serta peran tokoh agama melalui khutbah jumat dan ceramah. Tetapi penanganan tersebut masih membutuhkan keterlibatan masyarakat.
ASN yang pernah malang melintang menempati berbagai jabatan di Pemprov Jawa Tengah itu, menyoroti dan kagum terhadap keterlibatan warga Desa Ciampel yang kompak dalam penanganan stunting.
Sampai-sampai desa tersebut dikunjungi dan mendapatkan jempol dari Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah dua periode yang masa jabatannya habis, pada Selasa 5 September 2023, kemarin.
"Desa Ciampel di Kecamatan Kersana itu luar biasa. Warganya tiap bulan iuran, tidak peduli seribu rupiah atau berapa. Tapi pengaruhnya untuk stunting dan kemiskinan itu selesai," ungkapnya.
Pemkab Brebes berencana akan mereplikasi program seribu rupiah atasi stunting supaya bisa ditiru oleh seluruh desa. Pola geraknya akan disosialisaikan supaya tiap desa bisa mengaplikasikan dengan kreavitas masing-masing.
Menurut Urip, gerakan itu meskipun bernilai kecil hanya seribu rupiah, tetapi manfaatnya sangat terasa bagi masyarakat kurang mampu.
"Di sana tidak tanggung-tanggung, semua warga yang tidak dalam kategori miskin iuran seribu bahkan lebih. Itu misal ada berapa kartu keluarga (KK) lalu digabungkan, tidak terasa sudah banyak," pungkas Urip, putra daerah asal Desa Cikeusalkidul, Kabupaten Brebes.
Detik-detik Maling Motor Terekam Kamera CCTV Terbirit-birit Kepergok di Brebes |
![]() |
---|
Jalan Pantura Depan Polsek Losari Brebes Amblas Lagi, Kedalaman Capai 30 Sentimeter |
![]() |
---|
Warga Desa Dumeling Brebes Histeris, Ular Berbisa Panjang 1 Meter Lebih Masuk ke Halaman Rumah |
![]() |
---|
Belum Ada Kejelasan, Giliran Nakes Puskesmas se-Brebes Geruduk DPRD, Tuntutan Masih Sama |
![]() |
---|
Sound Horeg Makan Korban Lagi, Pranoto Warga Brebes Tewas Jatuh dari Ketinggian 5 Meter |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.