Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Masjid Tiban Wonokerso Dibangun Walisongo pernah Tertutup Hutan sebelum Ditemukan RM Said

Masjid Tiban Wonokerso berlokasi di Desa Sendangrejo, Kecamatan Baturetno, Wonogiri, merupakan tempat bersejarah dan religius.

Editor: iswidodo
tribunjateng/mahasiswa undip magang
MASJID KUNO - Masjid Tiban Wonokerso di Desa Sendangrejo, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Senin (23/10/2023). Masjid ini dibangun oleh para Walisongo. (TRIBUNJATENG/Izza Nadiya mahasiswa Undip magang Tribunjateng.com) 

TRIBUNJATENG.COM, WONOGIRI - Masjid Tiban Wonokerso berlokasi di Desa Sendangrejo, Kecamatan Baturetno, Wonogiri, merupakan tempat bersejarah dan religius. Masjid tersebut ditetapkan sebagai cagar budaya dan dilindungi oleh UU No. 11/2011 tentang Cagar Budaya pada tahun 1996.

Masyarakat setempat meyakini bahwa Masjid Tiban Wonokerso ini merupakan peninggalan Walisongo. Dibangun pada saat para wali menyebarkan agama Islam di kawasan Wonogiri. Masjid ini dianggap sebagai model pembangunan Masjid Agung Demak.

Arsitektur Masjid Tiban Wonokerso khas menggunakan bahan kayu jati kuno. Desain yang unik dan suasana ketenangan di dalam masjid ini telah berperan dalam meningkatkan daya tariknya sebagai tujuan wisata religi di kawasan Wonogiri.

Takmir Masjid Tiban Wonokerso, Slamet Zainudin menjelaskan bahwa sejarah Masjid Tiban Wonokerso dimulai pada masa pemerintahan Raja Mataram, ketika sembilan wali ditugaskan untuk mendirikan Masjid Demak.

Mereka melakukan pencarian kayu jati untuk pembangunan masjid Demak. Dalam perjalanan mereka mencari kayu jati sampai di Wonokerso. Kayu jati itu dari Wonogiri ke Solo untuk dibawa ke Demak. Dulu Wonokerso adalah hutan. Setelah menemukan kayu yang diperlukan, para wali sepakat untuk mendirikan masjid kecil berukuran sekitar 7x7 meter.

Saat itu, Wonokerso masih sangat terpencil, tanpa populasi penduduk. Masjid ini juga tidak memiliki akses air. Namun, dengan bimbingan Allah, para wali menemukan kayu yang cocok untuk pembangunan masjid Demak, dan masjid ini ditinggalkan dalam keadaan sederhana.

Walisongo menelusuri dari Demak ke Solo. Naik rakit ke arah hulu atau ke selatan. Wali itu lantas turun di daerah Pulung yang mana sekarang sudah tergenang oleh air Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri. Lalu dia turun di situ, dia berjalan ke arah timur menuju ke Wonokerso ini.

Ada hutan kayu tapi kok masih kecil, belum bisa untuk bahan pembangunan Masjid Agung Demak. Maka untuk itu walisongo sepakat untuk mendirikan tempat ibadah atau untuk peristirahatan. "Para Wali sepakat membuat masjid yang tentunya kecil mungkin tapi ukuran mungkin 7x7 yang sekarang dinamai dengan Masjid Tiban” ujar Slamet Zainudin ketika ditemui di masjid tersebut, Senin (23/10/2023).

Tertutup Hutan
Setelah ditinggalkan oleh para wali, masjid tersebut lama kelamaan tertutup hutan. Setelah berlalu ratusan tahun, sekitar tahun 1741 Masehi, masjid itu ditemukan oleh Raden Mas Said. Ketika itu Raden Mas Said yang dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa dalam pelarian karena dikejar oleh Belanda. Pangeran Sambernyawa lari ke arah selatan.

"Setelah aman dari kejaran Belanda, RM Said keluar dari semak-semak persembunyiannya. Lalu melihat kanan-kiri, atas ke bawah kok ada sebuah bangunan yang kecil. Mungkin karena bangunan itu berada di tengah hutan jadi dinamai bangunan Tiban," terangnya.

Setelah kemenangannya menjadi raja di Mangkunegaran, kemudian ia mengutus orang untuk merawat masjid tersebut dan mendirikan desa di tempat tersebut yang sekarang menjadi Wonokerso. Kata ‘wono’ itu artinya hutan, sedangkan ‘kerso’ itu dikersakne (dikehendaki) oleh Raja.

Renovasi
Bangunan masjid ini telah mengalami beberapa kali renovasi. Renovasi terbaru dilakukan pada tahun 2002 untuk memperkuat pondasi bangunan. Meskipun bangunan ini diubah secara fisik, filosofi pintu masjid yang kecil tetap dipertahankan, mengharuskan orang yang memasuki masjid untuk menunduk sebagai tanda penghormatan.


Selain masjid, di sekitar kawasan masjid ini terdapat makam yang diurus oleh keturunan nenek moyang yang juga merawat masjid ini. Ada tiga makam di sekitar masjid, yaitu makam Hambali, Hanafi, dan Tuhuwono.
Masjid Tiban Wonokerso semakin populer sebagai tujuan wisata religi. Saat ini, masjid ini digunakan aktif untuk ibadah, termasuk salat lima waktu dan Jumatan, dengan pengunjung yang datang dari berbagai wilayah, bahkan dari luar daerah.

Masjid Tiban Wonokerso tetap ada ciri khas warisan kayu jati, yang menjadi dasar utama pembangunan masjid ini. (Izza Nadiya, mahasiswa Undip magang Jurnalistik Tribunjateng.com)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved