Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pemilu 2024

Hasto Sebut PDIP Tengah Bersedih Ditinggal Jokowi, Ganjar: Banteng Tak Boleh Cengeng

Hasto Kristiyanto menyebut bahwa partainya kini merasa sedih dan perih. Kesedihan itu muncul seiring dengan berembusnya isu hubungan PDI Perjuangan de

Editor: m nur huda
Istimewa
Ganjar Pranowo saat menghadiri acara temu Kader PDIP di Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (1/6/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuanbgan Hasto Kristiyanto menyebut bahwa partainya kini merasa sedih dan perih. Kesedihan itu muncul seiring dengan berembusnya isu hubungan PDI Perjuangan dengan keluarga Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memburuk.

Apalagi, kini putra sulung Jokowi sekaligus Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, telah menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) pendamping Prabowo Subianto yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM).

Sementara itu, putra bungsu Jokowi sekaligus Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep, sudah menyatakan mendukung pasangan Prabowo-Gibran di pilpres.

Pernyataan serupa juga diucapkan menantu Jokowi sekaligus Wali Kota Medan, Bobby Nasution, yang lebih memilih mendukung Prabowo-Gibran.

Padahal, seperti diketahui, PDI Perjuangan bersama sejumlah partai, meliputi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hanura, dan Partai Persatuan Indonesia (Perindo) mengusung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD sebagai bakal capres-cawapres, dan sudah mengarahkan para kadernya untuk mendukung pasangan itu.

Hasto menuturkan, banyak kader PDI Perjuangan yang tidak percaya bahwa Jokowi telah meninggalkan partai berlambang kepala banteng moncong putih itu.

"Ketika DPP partai bertemu dengan jajaran anak ranting dan ranting sebagai struktur partai paling bawah, banyak yang tidak percaya bahwa ini bisa terjadi," katanya, lewat keterangan tertulis, Minggu, (29/10), dikutip dari WartakotaLive.com.

Ia berujar, PDI Perjuangan selama ini telah mencintai Jokowi dan memberikan privilege atau keistimewaan kepada Presiden beserta keluarganya.

"Kami begitu mencintai dan memberikan privilege yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga. Namun, kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranatan kebaikan dan konstitusi," bebernya.

Hasto menyebut, PDI Perjuangan berharap peristiwa itu tidak terjadi. Akan tetapi, takdir berkata lain.

"Pada awalnya kami hanya berdoa agar hal tersebut tidak terjadi, namun ternyata itu benar-benar terjadi," tukasnya.

Menurut dia, PDI Perjuangan awalnya memilih bungkam, tetapi pada akhirnya berani menyampaikan perasaan sedihnya. "Itu wujud rasa sayang kami. Pada awalnya kami memilih diam," ujarnya.

"Namun apa yang disampaikan Butet Kartaredjasa, Goenawan Mohamad, Eep Syaifullah, Hamid Awaludin, Airlangga Pribadi dll, beserta para ahli hukum tata negara, tokoh prodemokrasi, dan gerakan civil society, akhirnya kami berani mengungkapkan perasaan kami," ucapnya.

Justru bergerak

Adapun, bakal calon presiden (capres) PDI Perjuangan Ganjar Pranowo menegaskan bahwa PDI Perjuangan tidak akan cengeng dalam mengadapi situasi politik saat ini.

Mantan Gubernur Jateng itu menyebut, 'banteng tidak boleh cengeng'. Bahkan, ia mengungkap istilah 'Banteng Kedaton' yang justru akan bergerak melihat kondisi politik saat ini.

Hal itu disampaikan Ganjar saat ditanya wartawan terkait dengan pernyataan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang mengungkapkan kesedihan partai berlambang kepala banteng moncong putih itu usai memberikan privilege besar ke Presiden Jokowi dan keluarga, namun kini ditinggalkan.

"Kesedihan itu pasti ada, tapi kami nggak akan cengeng, banteng nggak cengeng, Banteng Ketaton itu langsung bergerak. Gitu," tandasnya, usai mengjadiri acara silahturahmi dengan Pengasuh Syuriah NU Se-DKI Jakarta, di Jakarta, Minggu (27/10).

Ganjar menyatakan, saat ini pihaknya bersama PDI Perjuangan tidak mau larut dalam romantisme kesedihan. Tetapi, dia menambahkan, yang perlu dilakukan saat ini adalah terus harus berjuang bersama rakyat.

Ia pun mengulas bagaimana PDI Perjuangan di masa Orde Baru pernah dihajar habis-habisan oleh pemerintahan saat itu untuk menggulingkan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.

Sehingga, ia mencoba mengingatkan bagaimana peristiwa 27 Juli 1996 atau Peristiwa Kudatuli, di mana PDI Perjuangan pernah dicoba.

"PDIP (dicoba-Red) waktu PDI dihajar habis-habisan, dibakar itu (Kantor DPP-Red), bahkan ada yang mati (korban tewas-Red). Jangan lupa dengan Kudatuli loh ya," jelasnya.

Ganjar pun memastikan dirinya sangat menghargai pilihan politik dari Presiden Jokowi dan putranya, Gibran Rakabuming Raka. Maka, ia mengajak seluruh barisan kader PDI Perjuangan dan pendukunganya untuk tetap bersemangat dan tidak cengeng.

"Dan kami coba fight terus, kami enggak cengeng dengan segala apa yang terjadi, dan sampai detik ini, saat ini, saya menghormati Pak Jokowi, menghormati Mas Gibran sebagai suatu pilihan-pilihan politik," tandasnya. (Tribunnews/Febri Prasetyo/Fransiskus Adhiyuda Prasetia/tribun jateng cetak)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved