Dosen-dosen Main Ketoprak Diponegoro Rayakan Dies Natalis ke 58 FIB Undip
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro merayakan Dies Natalis yang ke-58. Tahun ini bertema “Aktualisasi Budaya di Era Revolusi Industri 4.0”.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro merayakan Dies Natalis yang ke-58. Tahun ini bertema “Aktualisasi Budaya di Era Revolusi Industri 4.0”. Sesuai namanya, fakultas ilmu budaya tak hanya berfokus pada hal-hal akademik, namun juga pada kebudayaan.
Maka dari itu, rangkaian acara yang diselenggarakan pun berjalan di kedua aspek, akademiknya dan kebudayaannya. Rentetan acara dies natalis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro pada tahun ini terdiri dari seminar internasional, jalan sehat, talk show kebudayaan, hingga puncaknya yaitu pertunjukkan seni ketoprak.
Pada Jumat (23/10/27) lalu, puncak acara dies natalis fakultas tersebut, yaitu ketoprak sukses digelar. Ketoprak merupakan seni pertunjukan rakyat khas budaya Jawa Tengah. Ketoprak menggabungkan antara unsur drama, musik, tari dan tentunya sastra.
Uniknya, dalam pagelaran Ketoprak itu para dosen dan tendik ikut andil dalam bermain peran. Dalam perannya, mereka juga ikut bernyanyi dan menari di panggung. Para calon pemain peran di-casting untuk menentukan siapa perannya, dilihat dari kecocokan fisik dan karakternya oleh pimpinan produksi pagelaran Ketoprak tersebut yang juga merupakan dosen FIB Undip.
Tak hanya sebagai pemain peran, mc dan pembawa acara juga dibawakan oleh para dosen. Dosen membuka dan menutup acara dengan menggunakan berbagai bahasa sesuai jurusan yang ada di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Mulai dari bahasa Indonesia yang dilakukan oleh dosen sastra Indonesia, bahasa Jawa dan bahasa Inggris yang dilakukan oleh dosen sastra Inggris, serta Jepang yang dilakukan oleh dosen Bahasa dan Kebudayaan Jepang.

Pagelaran ketoprak dipilih sebagai puncak acara dies natalis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro adalah karena ketoprak ini bisa dijadikan sebuah branding untuk menjadi daya tarik tersendiri berkaitan dengan revitalisasi kebudayaan. Jadi saat mendengar “pementasan ketoprak” orang-orang akan langsung terpikirkan bahwa itu adalah hal yang dilakukan oleh fakultas ilmu budaya Universitas Diponegoro.
Para panitia, yang terdiri dari dosen dan tendik, memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai dengan mempertunjukkan ketoprak sebagai salah satu acara dies natalis FIB Undip. Tujuan tersebut adalah ingin mengenalkan kesenian tradisional kepada mahasiswa agar kesenian tradisional itu tetap lestari dan tidak hilang. Selain itu, mereka juga ingin menjaring kerja sama dengan pihak eksternal yaitu, sanggar-sanggar ketoprak, karena mereka percaya itu akan menjadi aset bagi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro.
Sanggar yang dimaksud adalah sanggar Sri Mulyo Jurang Belimbing yang berlokasi di Tembalang, Semarang. Pagelaran ketoprak tersebut juga merupakan kolaborasi antara Fakultas Ilmu Budaya dengan Sanggar Sri Mulyo. Sutradara serta gamelan dan pemain gamelan-nya juga merupakan dari sanggar Sri Mulyo tersebut.
Selain bekerja sama dengan pihak luar, tentunya mereka juga bekerja sama dengan pihak internal kampus, yaitu UKM Teater Emperan Kampus (Emka). Selain dosen, beberapa pemain peran dalam cerita Pangeran Diponegoro itu juga diisi oleh mahasiswa-mahasiswi dari UKM Emka tersebut.
Pagelaran ketoprak angkat tema "Diponegoro Ing Jurit: Cerita dari Kisah Epik Kemenangan Diponegoro dalam Perang Jawa". Alasan dipilihnya tema tersebut adalah karena mereka berada di bawah almamater Universitas Diponegoro. Maka semua pantia setuju untuk mengenalkan sisi kepahlawanan dari Pangeran Diponegoro kepada semua civitas akademika, baik dosen, tendik maupun mahasiswa.
“Kami memilih ‘Diponegoro Ing Jurit’ karena memang dalam dies natalis ini ingin menunjukkan sisi heroik Pangeran Diponegoro. Kami berada di bawah almameter Universitas Diponegoro, jadi kami harus mengenalkan sosok Diponegoro itu kepada semua civitas akademika. Kami ingin mereka yang menonton akan mengerti, siapa Diponegoro itu dan bagaimana keberaniannya melawan penjajah pada saat itu,” jelas Laura Andry Martini, selaku PIC Pementasan Ketoprak tersebut, kepada Ester Claudia Pricilia (23/10/29) mahasiswa Sastra Indonesia Undip magang jurnalistik di Tribunjateng.com. (*)
Viral, Tak Terima Ditagih Rp 3 Ribu Pemuda Ini Bakar Gerobak Ketoprak |
![]() |
---|
Belajar dari Pangeran Diponegoro, BI Jateng Tekankan Pentingnya Integritas untuk Pembangunan Ekonomi |
![]() |
---|
Keteladanan Pangeran Diponegoro: Dari Yogyakarta hingga Pembuangan di Makassar |
![]() |
---|
Dinporabudpar Blora Gelar Penataran Ketoprak, 25 Kelompok Seni Ikut Ambil Bagian |
![]() |
---|
Kisah Siswi SMPN 4 Batang Menampilkan Ketoprak saat Festival Karya dan Budaya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.