Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Viral

Kisah Inspiratif Gadis Penderita Cerebral Palsy di Tasikmalaya, Kini Jadi Penulis Cerpen Dengan Kaki

Kisah inspiratif datang dari  seorang gadis remaja 18 tahun pengidap Cerebral Palsi di Tasikmalaya.

Editor: rival al manaf
.(KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA)
Desida Rohmatul Fadillah (18), penulis gadis disabilitas asal Kota Tasikmalaya, Jawa Barat 

TRIBUNJATENG.COM - Kisah inspiratif datang dari  seorang gadis remaja 18 tahun pengidap Cerebral Palsi di Tasikmalaya.

Cerebral palsy adalah masalah saraf yang menyebabkan pengidapnya mengalami gangguan motorik tubuh.

Keterbatasan fisik, tidak menjadi tembok penghalang untuk berprestasi oleh gadis bernama Desida Rohmatul Fadillah.

Dengan kondisi yang membatasi gerak tubuh semacam itu, toh tak menghalangi Desida menggapai cita-citanya menjadi penulis.

Baca juga: Update Kasus Kakek Diduga Cabuli Cucunya, Polsii Ungkap Sosok Pelaku yang Dikabarkan Seorang Pejabat

Baca juga: Daftar 4 Kecamatan di Demak Masih Kekeringan Meski Sudah Mulai Turun Hujan

Baca juga: Pengakuan Warga Brebes Penerima Bantuan Beras, Dimintai Uang Terlebih Dahulu, Pak Kades Buka Suara

Dia berniat membantu sang ibu yang selama ini berjuang membesarkannya.

Sida -demikian dia biasa disapa, hidup dan tinggal bertiga di sebuah rumah sederhana, bersama sang ayah Suryana (64) dan ibu Nia Kurnia (52).

Sayangnya, kondisi sang ayah yang berpendidikan setara sekolah dasar tidak memiliki penghasilan tetap sejak tahun 2020.

"Ya abah-nya (panggilan Sida kepada ayahnya) keluar dari kerja di Jakarta karena sakit sesak napas, sempat dirawat di Jakarta dan akhirnya pulang, karena di Jakarta tak ada yang mengurus," tutur Nia.

Hingga kini, suaminya belum memiliki penghasilan tetap.

Kadang-kadang Suryana bekerja menjadi buruh bangunan -jika ada proyek.

Sementara Nia berjualan makanan cemilan kue kering keliling di sekitar kampungnya, dengan keterbatasan waktu untuk sambil mengurus anaknya.

Kondisi kesehatan Suryana pun membuat keluarga Sida terlilit utang.

Motivasi untuk membantu keluarganya bebas dari utang, menjadi pendorong utama bagi Sida.

Menjadi penulis

Di usianya yang masih belia, Desida sudah mampu meniti cita-citanya itu, dan mulai dikenal sebagai penulis buku berkebutuhan khusus.

Remaja asal Gunung Kondang, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat ini memulai pendidikan dasarnya di sekolah umum dekat rumahnya, SDN Mangkubumi.

Namun, baru mengikuti pelajaran selama sepekan, Desida sudah diarahkan masuk ke Sekolah Luar Biasa (SLB), akibat kondisinya.

"Dede tak kuat mental, karena Dede beda jadi minder dan tersisih sama teman-teman," kata Sida saat ditemui Kompas.com, Selasa (14/11/2023).

Di SLB Bahagia di Jalan Karoeng, Kecamatan Kota Tasikmalaya inilah, Desida bertemu Pipih Suparmi yang menjadi guru pembimbingnya.

Menurut Sida, Pipih memiliki hati yang besar yang selalu memberikan motivasi dan inspirasi kepadanya tentang bagaimana cara menulis.

Meskipun harus berurusan dengan cerebral palsy, Sida menjadi semakin semangat belajar dan tak membuat kondisi fisiknya menjadi penghalang bagi kreativitasnya.

Selama ini, sang guru memberikan metode khusus dan membantunya mengatasi hambatan fisik.

Pipih pula yang memberi tahu bahwa kata-kata adalah alat yang kuat untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaannya.

"Dengan bimbingan Bu guru Pipih saya semakin semangat dan bertekad mengejar impian sebagai penulis."

"Meski saya berkarya membutuhkan waktu lama tak seperti para penulis dengan fisik normal," tambah Sida seraya menoleh ke arah sang ibu yang ada di sampingnya.  

Menulis di ponsel pakai kaki

Sampai akhirnya, cita-cita Sida menulis tentang kehidupan, mimpi, dan perjuangan, dalam setiap kata yang dituliskannya mendekati sebuah kenyataan.

Dengan jari jemari kakinya, Sida menulis di ponsel.

Dia mampu menyelesaikan sebuah buku dengan judul 'Si Gadis Cacat' dalam kurun sekitar sebulan.

Buku itu telah diterbitkan pada Juni 2023, oleh salah satu penerbit di Kota Bogor, Jawa Barat.

"Ahamdulilah ada yang mau menerbitkan cerpen Si gadis Cacat. Tulisan ini menceritakan Dede yang ingin menikmati dunia tanpa ada keterbatasan," sabut dia.

"Kalau Dede jalan jalan pasti dilihatin sama orang-orang, pasti dipandang sebelah mata."

"Jadi Dede merasa terganggu, gak bebas seperti yang lain. Dede pun sebetulnya ingin bisa menari tapi tangannya kaku."

"Tapi dengan menulis Dede bisa memperlihatkan bahwa Dede itu bisa dan mampu," kata Sida sambil tersenyum lepas.

Membeli buku sendiri

Tak selesai di situ, Sida membeli buku karyanya sendiri seharga Rp 45.000 untuk dijual kembali seharga Rp 50.000-Rp 100.000.

Tentunya dengan kebanggaan dia menjual buku karyanya, demi mendapatkan keuntungan.

"Dari hasil penjualan buku itulah sedikit demi sedikit, Dede dapat membantu ekonomi orangtua," aku dia.

"Namun itu tidak berlanjut karena buku tersebut sudah tidak dicetak lagi sampai sekarang," tambah Sida.

Sida baru lulus dari SLB Bahagia beberapa bulan lalu, dan mengaku tetap bersemangat menuntaskan dua garapan cerpen lainnya.

Sida berharap kedua karyanya dapat diterbitkan kembali dalam sebuah buku, dan dapat dijual di toko buku, sehingga karya itu dapat dibaca dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.

"Dede ingin bukunya dijual di Toko Gramedia, jadi banyak orang yang beli dan Dede bisa banyak uang untuk bantu mamah lunasi utang," kata dia.

"Soalnya, tinggal Rp 2 juta lagi, asalnya Rp 5 juta tapi sudah diangsur sedikit-sedikit," kata Sida. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hidup Desida, Remaja Cerebral Palsy yang Menulis Cerpen Pakai Kaki"

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved