Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Gunung Marapi Erupsi

Ini Pemicu Terjadinya Erupsi Gunung Marapi, Plus Alasan Pendakian Dibuka Meski Berstatus Waspada

Gunung Marapi ternyata sudah berstatus waspada (level II) sejak 2011 lalu. Lantas, kenapa pendakian tetap masih dibuka meskipun berstatus waspada

|
Editor: Muhammad Olies
Instagram @indahpeermatasariii
Ilustrasi pendaki Gunung Marapi - Sejumlah 40 pendaki masih berada di kawasan puncak Gunung Marapi saat terjadi erupsi dan menyemburkan abu vulkanik, Sabtu (7/1/2023) pagi. 

TRIBUNJATENG.COM - Erupsi Gunung Marapi memakan korban jiwa. Para korban merupakan para pendaki yang saat terjadi erupsi sedang berada di kawasan gunung berapi itu.

Total ada 75 pendaki yang berada di Gunung Marapi. Sebanyak 11 pendaki diketahui meninggal dunia di puncak gunung yang berada di Sumatera Barat (Sumbar) itu.

Sementara 26 pendaki lainnya masih dicari, delapan pendaki mengalami luka-luka dan 49 pendaki berhasil dievakuasi turun ke lokasi aman.

Belakangan beredar informasi jika Gunung Marapi ternyata sudah berstatus waspada (level II) sejak 2011 lalu.

Lantas, kenapa pendakian tetap masih dibuka meskipun Gunung Marapi berstatus waspada?

Baca juga: Daftar Nama 26 Pendaki Gunung Marapi Belum Turun, Tim Gabungan Terus Lakukan Pencarian

Baca juga: 26 Pendaki Gunung Marapi Masih Belum Turun, Letusan & Hembusan Abu Vulkanik Terus Berlangsung

Baca juga: Daftar Enam Korban Erupsi Gunung Marapi Dirawat di RSUD Padang Panjang: Didominasi Luka Bakar

Gunung Merapi di Sumatera Barat mengalami erupsi dengan mengeluarkan abu pada Minggu (3/12/2023) sore pukul 14.54 WIB. (HO)

Dimana disampaikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa Gunung Marapi di Sumatera Barat (Sumbar) pada level II atau waspada sejak 3 Agustus 2011.

Hal tersebut diketahui dari press release PVMBG pada Senin (4/12/2023) pukul 02.38 WIB dini hari.

Kondisi korban erupsi Gunung Marapi belum lama ini.
Kondisi korban erupsi Gunung Marapi. (istimewa)

Kepala PVMBG Sumbar, Hendra Gunawan ketika dikonfirmasi membenarkan bahwa Gunung Marapi berada pada level II (waspada) sejak 2011.

"Betul," kata Hendra melalui pesan WhatsApp.

Dalam rilis tertulis itu, PVMBG menyatakan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Marapi pada awal tahun 2023 didominasi erupsi eksplosif yang berlangsung sejak 7 Januari 2023 sampai 20 Februari 2023 dengan tinggi kolom erupsi berkisar antara 75 hingga 1.000 meter dari puncak.

Selanjutnya erupsi berhenti dan aktivitas kegempaan lebih didominasi oleh gempa tektonik lokal dan tektonik jauh.

Sementara, tingkat aktivitas pada saat ini berada pada Level II (waspada) sejak 3 Agustus 2011.

Berdasarkan hasil pengamatan, analisis data visual maupun instrumental hingga tanggal 3 Desember pukul 18.00 WIB, maka tingkat aktivitas Gunung Marapi masih tetap pada Level II (waspada).

Sementara itu, Pelaksana Harian (Plh) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, Dian Indriati mengatakan, pendakian Gunung Marapi dibuka setelah mendapat dukungan dari seluruh stakeholder.

Stakeholder itu di antaranya Pemkab Agam, Pemkab Tanah Datar, Dinas terkait yaitu Dinas Pariwisata Provinsi Sumbar, BPBD Tanah Datar, Basarnas, Wali Nagari Batu Palano, Aia Angek dan Koto Baru.

Selain itu BKSDA Sumbar juga telah memiliki SOP pendakian dengan batasan-batasan tertentu.

Misalnya, melakukan pendakian pada siang hari, tidak boleh mendekati kawah, minimal dalam melakukan pendakian berjumlah 3 orang dan sebagainya.

Untuk tanggap darurat terdapat posko siaga nagari, rambu-rambu di jalur pendakian dan asuransi.

Katanya, untuk level II (waspada) seluruh pendakian gunung api di Indonesia diberlakukan level ini.

"Contoh Gunung Bromo, Kerinci, Rinjani dan lain-lain dibolehkan melakukan pendakian sepanjang memiliki mitigasi dan adaptasi bencana," ujar Dian Indriati kepada wartawan di grup WhatsApp Media BKSDA Sumbar, Senin (4/12/2023).

Diketahui, pendakian Gunung Marapi dibuka kembali pada 24 Juli 2023 lalu setelah sebelumnya ditutup karena erupsi.

 Ardi Andono, kepala BKSDA Sumbar saat itu bersama Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy melaunching sistem booking online pendakian Gunung Marapi.

Setelah dibuka kembali setelah beberapa bulan, Gunung Marapi erupsi pada Minggu (3/12/2023) pukul 14.54 WIB melontarkan abu vulkanik setinggi 3.000 meter dari atas puncak.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dalam keterangan tertulisnya menyebut, erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 30 mm dan durasi sementara lebih kurang 4 menit 41 detik.

Pasca erupsi, Gunung Marapi berada pada Status Level II (Waspada).

Rekomendasi dari PVMBG, masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan mendaki Gunung api Marapi pada radius 3 kilometer dari kawah atau puncak.

Sejauh ini terkonfirmasi sebanyak 75 pendaki berada di Gunung Marapi saat erupsi terjadi. Petugas gabungan menemukan 11 pendaki meninggal dunia. 

Alhamdulillah! Petugas penyelamatan berhasil mengevakuasi korban selamat korban survivor pendakian Gunung Marapi, Senin 4 Desember 2023.
Alhamdulillah! Petugas penyelamatan berhasil mengevakuasi korban selamat korban survivor pendakian Gunung Marapi, Senin 4 Desember 2023. (istimewa)

Penyebab Gunung Marapi Meletus Tiba-tiba

Penjelasan PVMBG Ketua Pos Pengamatan Gunungapi Marapi Ahmad Rifandi buka suara soal letusan Gunung Marapi yang disebut terjadi secara tiba-tiba.

Ia menjelaskan, erupsi gunung api terkadang juga dipicu oleh kondisi bawah permukaan yang terjadi secara tiba-tiba.

Contohnya adalah masuknya air tanah secara tiba tiba ke kantung magma dangkal atau terpicu oleh gempa tektonik lokal.

Khusus letusan Gunung Marapi, pemicu erupsi yang sudah dipastikan saat ini adalah akumulasi tekanan sangat dangkal.

"Karena tidak terdeteksi peningkatan gempa VA (Gempa Vulkanik-Dalam) secara signifikan dan yang kedua tiltmeter yang bereaksi adalah tiltmeter puncak," jelas Ahmad dilansir Tribun-Medan.com dari Kompas.com, Senin (4/12/2023).

"Jadi dari tiltmeter terjadi peningkatan tekanan di kedalaman dangkal, namun pemicu pelepasan tekanan itu belum bisa kita tentukan karena dari data kegempaan tidak ada indikasinya," tandasnya.

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul TERNYATA Gunung Marapi Berstatus Waspada Sejak 2011, Kenapa Pendakian Masih Dibuka?

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved