Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Nasional

Sejarah Mencatat! Mengapa Isu Zionisme Dianggap Menodai "Qanun Asasi" NU Warisan Mbah Hasyim Asy'ari

Rapat Harian Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang meminta KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mundur dari kursi Ketua Umum.

Penulis: Raf | Editor: raka f pujangga
IG Gus Yahya
PEMAKZULAN KETUM PBNU - Dokumen risalah Rapat Harian Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Hotel Aston City Jakarta, Kamis (20/11/2025). Rais Aam meminta ketua umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf mundur dari jabatannya. 

TRIBUNJATENG.COM - Jagat warga Nahdliyin dikejutkan dengan beredarnya risalah Rapat Harian Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang meminta KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mundur dari kursi Ketua Umum.

Alasannya Gus Yahya dinilai melanggar Qanun Asasi dan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) karena mengundang tokoh terkait jaringan Zionisme dalam agenda kaderisasi NU.

Tuduhan melanggar Qanun Asasi bukanlah perkara remeh.

Baca juga: Ultimatum 3 Hari Syuriyah PBNU: Gus Yahya Diminta Mundur atau Diberhentikan dari Jabatan Ketua Umum

Ini menyentuh jantung konstitusi organisasi Islam terbesar di dunia ini.

Untuk memahami beratnya tuduhan tersebut, perlu menengok kembali sejarah, siapa pendiri NU, dan untuk tujuan mulia apa jamiyah ini dilahirkan hampir satu abad silam.

Lahir dari Rahim Pergolakan Dunia

Nahdlatul Ulama, yang berarti "Kebangkitan Ulama", didirikan di Surabaya pada 16 Rajab 1344 H bertepatan dengan 31 Januari 1926.

Kelahirannya bukan sekadar respons lokal, melainkan jawaban atas pergolakan geopolitik Islam global.

Saat itu, Raja Ibnu Saud yang beraliran Wahabi menguasai Hijaz (Mekkah dan Madinah).

Ada kekhawatiran mendalam dari para ulama nusantara bahwa tradisi bermadzhab akan dilarang, dan situs-situs sejarah Islam akan dihancurkan atas nama pemurnian agama.

Para ulama pesantren di tanah air kemudian membentuk Komite Hijaz yang dipimpin KH Wahab Chasbullah untuk melobi Raja Ibnu Saud agar tetap memperbolehkan kebebasan bermadzhab.

Keberhasilan diplomasi inilah yang kemudian melembagakan komite tersebut menjadi organisasi permanen bernama Nahdlatul Ulama.

Tiga Pilar Utama (Triumvirat) Pendiri NU

Berdirinya NU tidak lepas dari restu dan tirakat para Muassis (pendiri) yang merupakan ulama khas dengan sanad keilmuan yang bersambung hingga Rasulullah SAW.

Ada tiga tokoh sentral yang kerap disebut sebagai "Triumvirat" pendiri NU:

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved