Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Erupsi Gunung Marapi 

2 Personel Polisi Turut Jadi Korban Erupsi Gunung Marapi, 1 Meninggal Dunia, 1 Lainnya Selamat

Dua personel polisi dipastikan menjadi korban erupsi Gunung Marapi.Satu personel dinyatakan meninggal dunia saat bencana alam yang terjadi Minggu

Editor: Muhammad Olies
Ist/ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra via Kompas.com
Salah seorang pendaki Gunung Marapi berhasil dievakuasi Tim SAR. Pendaki itu mengalami luka bakar seiring erupsi Gunung Marapi di jalur pendakian proklamator, Nagari Batu Palano, Agam, Sumatera Barat, Senin (4/12/2023) dini hari. 

TRIBUNJATENG.COM - Dua personel polisi dipastikan turut menjadi korban erupsi Gunung Marapi.

Satu personel dinyatakan meninggal dunia saat bencana alam yang terjadi Minggu (3/12/2023). Sedang satu personel lainnya selamat. 

Kapolda Sumatra Barat (Sumbar) Irjen Pol Suharyono mengatakan saat kejadian, kedua personel polisi tersebut memang sedang tidak sedang bertugas saat melakukan pendakian ke Gunung Marapi.

"Saya nyatakan ada, memang ada. Polisi kan manusia juga, pengen liburan mungkin ya. Ada dua orang, satu orang selamat," kata Irjen Pol Suharyono, saat berada di RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi, Selasa (5/12/2023).

Baca juga: 8 Jasad Pendaki Korban Erupsi Gunung Marapi Belum Bisa Diidentifikasi, Dikirim ke RSAM Bukittinggi

Baca juga: 26 Pendaki Gunung Marapi Masih Belum Turun, Letusan & Hembusan Abu Vulkanik Terus Berlangsung

Baca juga: 7 dari 8 Lembaga Survei Ini Unggulkan Prabowo-Gibran, Hanya LPI yang Menangkan Ganjar -Mahfud

Ia menyebutkan, korban anggota polisi yang berhasil selamat sudah berhasil dirawat oleh dokter, dan saat ini sudah kembali pulang.

Polisi tersebut mengalami retak pada tulang tangannya, dan luka bakar yang tidak terlalu parah.

Sedangkan satu orang lagi bernama Bripda Muhammad Iqbal masih menunggu identifikasi di tim DVI (Disaster Victim Identification) Polda Sumbar.

"Saat ini orangtuanya masih menunggu hasilnya. Apakah Muhammad Iqbal ini ada diantara korban yang berhasil dievakuasi hari ini," katanya.

Irjen Pol Suharyono dua personel tersebut berasal dari Direktorat Sabhara Polda Sumbar.

Kata dia, dua orang personel ini tidak terdeteksi, karena tidak perlu izin mendaki gunung.

 Kedua personel ini mendaki gunung pada saat lepas dinas atau mengambil waktu liburnya.

"Mungkin sedang lepas piket. Karena pada hari Minggu rata-rata lepas dinas. Bisa jadi naiknya pada Sabtu setelah lepas piket," katanya.

Irjen Pol Suharyono sudah bertemu dengan ibu dari anggotanya tersebut, dan orang tuanya menangis-nangis.

"Semoga Muhammad Iqbal segera bisa ditemukan, jika sudah meninggal dunia diharapkan jenazahnya dapat diidentifikasi," tandasnya. 

Sementara itu, Tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi delapan jenazah korban erupsi Gunung Marapi, Sumatera Barat, Selasa (5/12/2023) sore.

Meski begitu, jasad para korban belum bisa langsung diidentifikasi.

Untuk kepastian identitas para korban, jenazah yang sudah dibungkus kantong mayat itu langsung dikirim ke Rumah Sakit Ahmad Muchtar (RSAM) Bukittinggi.

Proses identifikasi dilakukan oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Sumbar.

"Benar. Ada 8 jenazah yang sudah berhasil dievakuasi tim gabungan. Saat ini jenazah menuju RSAM Bukittinggi," kata Ketua Tim DVI Polda Sumbar, Kombes Pol Lisda Cancer yang dihubungi Kompas.com, Selasa (5/12/2023) malam.

Lisda menyebutkan, tim DVI sudah bersiaga di RSAM untuk melakukan identifikasi jenazah.

Menurut Lisda dengan telah ditemukannya 8 jenazah maka total yang sudah dievakuasi berjumlah 13 orang.

Sebelumnya 5 jenazah sudah dievakuasi dan berhasil diidentifikasi.

Mereka adalah:

1. Muhammad Adan (21), laki-laki, dari Pekanbaru, Riau.

2. Muhammad Teguh Ananda (20), laki-laki, Padang.

3. Nazatra Adzin Mufadhol (22), laki-laki, Pekanbaru, Riau.

4. Muhammad Al Fikri (19), laki-laki, Padang.

5. Nurva Afitri (27), Padang Pariaman.

Dengan ditemukannya 13 jenazah, tinggal 10 pendaki yang belum ditemukan.

Sebelumnya diberitakan, Gunung Marapi meletus pada Minggu (3/12/2023) sore.

Akibatnya, 75 pendaki terjebak di atasnya.

Sebanyak 11 orang dilaporkan meninggal dunia, 12 orang dinyatakan hilang, dan sisanya dievakuasi dengan selamat. 

Petugas penyelamat mengevakuasi salah satu korban yang meninggal di Gunung Marapi saat meletus pada 3 Desember, di Agam, provinsi Sumatera Barat, pada 5 Desember 2023. Jumlah korban tewas akibat letusan gunung berapi di Indonesia telah mencapai 22 setelah sembilan jenazah tambahan ditemukan, kata seorang pejabat agensi pencarian dan penyelamatan pada 5 Desember. ADI PRIMA / AFP
Petugas penyelamat mengevakuasi salah satu korban yang meninggal di Gunung Marapi saat meletus pada 3 Desember, di Agam, provinsi Sumatera Barat, pada 5 Desember 2023. Jumlah korban tewas akibat letusan gunung berapi di Indonesia telah mencapai 22 setelah sembilan jenazah tambahan ditemukan, kata seorang pejabat agensi pencarian dan penyelamatan pada 5 Desember. ADI PRIMA / AFP (AFP)

Sementara itu, Kepala PVMBG Sumbar, Hendra Gunawan ketika dikonfirmasi membenarkan bahwa Gunung Marapi berada pada level II (waspada) sejak 2011.

"Betul," kata Hendra melalui pesan WhatsApp.

Dalam rilis tertulis itu, PVMBG menyatakan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Marapi pada awal tahun 2023 didominasi erupsi eksplosif yang berlangsung sejak 7 Januari 2023 sampai 20 Februari 2023 dengan tinggi kolom erupsi berkisar antara 75 hingga 1.000 meter dari puncak.

Selanjutnya erupsi berhenti dan aktivitas kegempaan lebih didominasi oleh gempa tektonik lokal dan tektonik jauh.

Sementara, tingkat aktivitas pada saat ini berada pada Level II (waspada) sejak 3 Agustus 2011.

Berdasarkan hasil pengamatan, analisis data visual maupun instrumental hingga tanggal 3 Desember pukul 18.00 WIB, maka tingkat aktivitas Gunung Marapi masih tetap pada Level II (waspada).

Sementara itu, Pelaksana Harian (Plh) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, Dian Indriati mengatakan, pendakian Gunung Marapi dibuka setelah mendapat dukungan dari seluruh stakeholder.

Stakeholder itu di antaranya Pemkab Agam, Pemkab Tanah Datar, Dinas terkait yaitu Dinas Pariwisata Provinsi Sumbar, BPBD Tanah Datar, Basarnas, Wali Nagari Batu Palano, Aia Angek dan Koto Baru.

Selain itu BKSDA Sumbar juga telah memiliki SOP pendakian dengan batasan-batasan tertentu.

Misalnya, melakukan pendakian pada siang hari, tidak boleh mendekati kawah, minimal dalam melakukan pendakian berjumlah 3 orang dan sebagainya.

Untuk tanggap darurat terdapat posko siaga nagari, rambu-rambu di jalur pendakian dan asuransi.

Katanya, untuk level II (waspada) seluruh pendakian gunung api di Indonesia diberlakukan level ini.

"Contoh Gunung Bromo, Kerinci, Rinjani dan lain-lain dibolehkan melakukan pendakian sepanjang memiliki mitigasi dan adaptasi bencana," ujar Dian Indriati kepada wartawan di grup WhatsApp Media BKSDA Sumbar, Senin (4/12/2023).

Diketahui, pendakian Gunung Marapi dibuka kembali pada 24 Juli 2023 lalu setelah sebelumnya ditutup karena erupsi.

 Ardi Andono, kepala BKSDA Sumbar saat itu bersama Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy melaunching sistem booking online pendakian Gunung Marapi.

Setelah dibuka kembali setelah beberapa bulan, Gunung Marapi erupsi pada Minggu (3/12/2023) pukul 14.54 WIB melontarkan abu vulkanik setinggi 3.000 meter dari atas puncak.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dalam keterangan tertulisnya menyebut, erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 30 mm dan durasi sementara lebih kurang 4 menit 41 detik.

Pasca erupsi, Gunung Marapi berada pada Status Level II (Waspada).

Rekomendasi dari PVMBG, masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan mendaki Gunung api Marapi pada radius 3 kilometer dari kawah atau puncak.

Sejauh ini terkonfirmasi sebanyak 75 pendaki berada di Gunung Marapi saat erupsi terjadi. Petugas gabungan menemukan 11 pendaki meninggal dunia. 

Penyebab Gunung Marapi Meletus Tiba-tiba

Penjelasan PVMBG Ketua Pos Pengamatan Gunungapi Marapi Ahmad Rifandi buka suara soal letusan Gunung Marapi yang disebut terjadi secara tiba-tiba.

Ia menjelaskan, erupsi gunung api terkadang juga dipicu oleh kondisi bawah permukaan yang terjadi secara tiba-tiba.

Contohnya adalah masuknya air tanah secara tiba tiba ke kantung magma dangkal atau terpicu oleh gempa tektonik lokal.

Khusus letusan Gunung Marapi, pemicu erupsi yang sudah dipastikan saat ini adalah akumulasi tekanan sangat dangkal.

"Karena tidak terdeteksi peningkatan gempa VA (Gempa Vulkanik-Dalam) secara signifikan dan yang kedua tiltmeter yang bereaksi adalah tiltmeter puncak," jelas Ahmad dilansir Tribun-Medan.com dari Kompas.com, Senin (4/12/2023).

"Jadi dari tiltmeter terjadi peningkatan tekanan di kedalaman dangkal, namun pemicu pelepasan tekanan itu belum bisa kita tentukan karena dari data kegempaan tidak ada indikasinya," tandasnya.

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com 

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved