Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ekonomi Kreatif

Cerita di Balik Rorokenes, Tas Lokal Asal Semarang yang Kini Mendunia

Brand tas artisan asal Semarang, Jateng itu telah memilki banyak pelanggan dan bahkan produk-produknya telah menjadi daya tarik hingga mancanegara

|
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Muhammad Olies

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Jenama Rorokenes sudah tidak asing lagi didengar kalangan pencinta tas. Brand tas artisan asal Semarang, Jawa Tengah itu telah memilki banyak pelanggan dan bahkan produk-produknya telah menjadi daya tarik hingga mancanegara.

"Pengiriman ke luar negeri sudah kami lakukan sejak tahun 2017, itu dari skala kecil hingga sekarang ini. Kami sudah mengirimkan ke Singapura, Malaysia, Jepang, dan ada beberapa negara lain di Eropa."

"Kalau berbicara ekspor, kontinuitasnya, itu sudah kami lakukan ke Singapura, Malaysia, Hongkong dan Jepang," kata Pendiri Rorokenes, Syanaz Nadya Winanto Putri saat ditemui Tribun Jateng di showroom Ngesrep, Banyumanik, baru-baru ini.

Baca juga: Ketiban Berkah KTT ASEAN ke-43, Brand Tas Lokal Semarang Rorokenes Kebanjiran Order Merchandise

Rorokenes telah berdiri pada tahun 2014 lalu. Usaha produksi tas itu ditekuni Syanaz berawal dari kecintaannya terhadap tas. Ia yang begitu tertarik dengan tas asal Italia, Bottega Veneta dan ingin membelinya.

Namun lantaran harganya yang mencapai puluhan juta, menurutnya rasanya cukup sulit mendapatkan tas itu.

"Saya minta ke suami, suami bilang 'Tega?' Karena harganya mahal sekali. Bapak saya juga kasih bilang, 'beli gampang, tapi bikinnya susah. Kamu bisa beli, apa bisa bikin?' Saya pikir benar juga," katanya dengan setengah bercanda.

Dari situlah ia mulai melakukan observasi dengan coba membongkar tas KW.

Ia cari bahan kulit ke pabrik-pabrik dan belajar secara autodidak dengan melihat teknik-teknik membuat tas melalui situs web hingga berhasil membuat produk tas.

"Saya dari situ juga belajar ilmu sejarah dan antropologi, di mana anyaman ini juga termasuk kebudayaan kita. Kemudian kami lakukan inovasi, misalnya anyaman gedek itu terinspirasi waktu ke rumah Eyang di Boyolali. Anyaman gedek ini filosofi dan sustainability-nya bagus. Kemudian ada anyaman tenun lurik, sulur, dan masih ada beberapa anyaman lagi," jelasnya.

Baca juga: Kisah Syahrial Berdayakan Ratusan Warga, Usaha Kerajinan Tas Anyaman Limbah Plastik Tembus Ekspor

Ketelatenan Syanaz dan timnya membuahkan hasil. Usahanya juga terus berkembang. UMKM mitra binaan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah tersebut pada tahun 2020 mulai melakukan pengembangan untuk pemberdayaan perempuan.

Menurut Syanaz, hal itu seiring dengan perhatiannya terhadap isu gender yang juga melekat pada konsep bisnis Rorokenes.

Menurutnya, Rorokenes memiliki konsep sociopreneurship, dengan melakukan pemberdayaan kepada kelompok marginal di Kota Semarang.

Adapun pemberdayaan itu bekerjasama dengan Baznas Kota Semarang dengan menggandeng para mustahik Baznas, mereka yang terjerat pinjol, rentenir, penyintas kekerasan dalam rumah tangga, dan kelompok marginal lainnya.

Menurutnya untuk pemberdayaan perempuan itu ada 18 orang perempuan yang menjadi mitra. Selain menganyam, mereka juga diperkenalkan terkait literasi keuangan.

"Gender menjadi campaign ataupun salah satu strike yang pokok yang selalu kami utarakan baik di sosial media, juga kami terapkan di dalam lini produksi kami dari hulu sampai hilir," terang Syanaz.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved