Pemilu 2024
Pendapat Pakar Hukum Internasional Undip Terhadap Solusi Capres Terkait Konflik Laut China Selatan
Prof. Kholis Roisah, Pakar Hukum Internasional dari Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, menilai pandangan capres konflik Laut China Selatan.
Penulis: Agus Salim Irsyadullah | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Profesor Hukum Internasional dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Prof. Kholis Roisah, memberikan tanggapan terhadap pernyataan dari tiga calon presiden (capres) terkait solusi penyelesaian konflik di Laut China Selatan.
Dalam debat ketiga dengan tema pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar negeri, Anies mendorong Indonesia menjadi poros ASEAN dalam menyelesaikan konflik Laut China Selatan. Sementara itu, Ganjar mendesak adanya kesepakatan sementara, menekankan posisi Indonesia, dan mengoptimalkan peran aparat untuk berpatroli. Prabowo, di sisi lain, bertekad memperkuat pertahanan Indonesia melalui pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk berpatroli.
Menurut Prof. Kholis, gagasan dari ketiga calon presiden tersebut memerlukan pendalaman dan pengujian secara komprehensif jika ingin berhasil menyelesaikan konflik di Laut China Selatan.
"Memang (pernyataan mereka) perlu diuji dalam konteks penyelesaian konflik ini. Tetapi yang harus disiapkan terlebih dahulu adalah pertahanan dan keamanan laut yang harus kuat. Apa yang disampaikan Pak Ganjar dan Pak Anies itu bagus, tetapi harus ada persepsi yang sama antar negara ASEAN untuk menyelesaikan konflik ini," ujar Prof. Kholis saat ditemui oleh Tribunjateng.com di Gedung Fakultas Hukum Undip, Senin (8/1/2024).
Prof. Kholis juga menyoroti pernyataan Prabowo yang bermaksud menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk mengawasi potensi konflik lebih luas di Laut China Selatan. Menurutnya, diperlukan analisis kebutuhan dan konsep yang jelas agar penggunaan teknologi AI dapat tepat sasaran.
"Mungkin yang dimaksud oleh Pak Prabowo adalah penggunaan senjata yang sifatnya otomatis dan dapat dikontrol melalui digital. Jika kita memiliki kekuatan tersebut, kita dapat mendeteksi ancaman fisik yang bersifat pencegahan," ungkapnya.
Terlepas dari solusi yang diajukan oleh ketiga calon presiden, Prof. Kholis berpendapat bahwa negara-negara ASEAN di wilayah tersebut harus memiliki persepsi yang sama dalam pengambilan kebijakan. Terutama, mengingat ancaman geopolitik dari Amerika Serikat dan China semakin terlihat.
"Indonesia dalam konteks ini harus dapat membujuk negara-negara ASEAN untuk mengambil keputusan bersama agar konflik di sana tidak mencapai penggunaan kekuatan fisik senjata," tuturnya.
Hingga saat ini, ketegangan konflik di Laut China Selatan akibat klaim sepihak dari China masih berlanjut dan merembet pada ketegangan diplomatik dan militer dengan negara tetangga. Bahkan, Amerika Serikat juga terlibat dalam situasi tersebut.
Membaca Ulang Partisipasi Pemilih pada Pemilu Tahun 2024: Antara Antusiasme Elektoral dan Kejenuhan |
![]() |
---|
Inilah Sosok Rizqi Iskandar Muda Anggota DPRD Jawa Tengah Termuda Asal Batang, Dilantik Bareng Ayah |
![]() |
---|
Kisah Happy Franz Haloho, Dilantik Jadi Anggota DPRD 2024-2029 Meski Hanya Modal 94 Suara |
![]() |
---|
2 Caleg PDIP Ancam Kepung Gedung DPRD Karanganyar, Jika Tak Dilantik Sebagai Wakil Rakyat |
![]() |
---|
Komeng Raih 5.399.699 Suara, Ternyata Tak Otomatis Jadi Ketua DPD, Justru Malah Nama Ini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.