Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Apa Itu Dekompresi? Begini Cara Pengobatan dan Pencegahannya Bagi Para Penyelam

Apa Itu Dekompresi? Begini Cara Pengobatan dan Pencegahannya Bagi Para Penyelam

Penulis: non | Editor: galih permadi
Istimewa
Ilustrasi/Apa Itu Dekompresi? Begini Cara Pengobatan dan Pencegahannya Bagi Para Penyelam 

Apa Itu Dekompresi? Begini Cara Pengobatan dan Pencegahannya Bagi Para Penyelam

TRIBUNJATENG.COM - Apa itu Dekompresi? Berikut penjelasan tentang gejala, pengobatan dan cara pencegahannya untuk para penyelam.

Apa Itu Dekompresi?

Dekompresi dikenal dengan nama lain Decompression Sickness (DCS).

Penyakit ini muncul ketika terjadi penurunan tekanan air atau udara secara cepat yang mengelilingi tubuh manusia.

Perubahan tekanan ini menyebabkan nitrogen dalam darah membentuk gelembung

yang bisa menyumbat pembuluh darah dan jaringan organ.

Penyakit ini umumnya terjadi pada penyelam laut dalam yang naik ke permukaan terlalu cepat.

Saat penyelam mengambil oksigen dari nitrogen tambahan dan dilarutkan ke dalam darah.

Ketika kembali ke permukaan tekanan air di sekitar tubuh akan berkurang.

Jika perpindahan terjadi terlalu cepat, darah tidak memiliki waktu untuk membersihkan larutan nitrogen.

Sebaliknya, nitrogen akan memisahkan dari darah dan membentuk gelembung di jaringan atau darah manusia.

Gelembung nitrogen inilah penyebab penyakit dekompresi.

Kondisi ini mengakibatkan penyelam mengalami nyeri sendi mendadak bahkan serangan jantung.

Meski jarang terjadi, penyakit ini juga dapat dirasakan oleh pejalan kaki yang turun dari ketinggian atau astronot yang kembali ke bumi.

Gejala penyakit dekompresi bisa saja tidak langsung terasa ketika menyelam, melainkan muncul beberapa jam atau bahkan berhari-hari setelah menyelam.

Beberapa gejala umum penyakit dekompresi yaitu sakit perut gangguan penglihatan, seperti penglihatan kabur vertigo mual dan muntah

Pada kasus khusus, penyakit dekompresi diikuti gejala berikut: kelenjar getah bening mengalami pembengkakan perubahan gaya berjalan saat berjalan ketidaksadaran

Terdapat dua tipe dekompresi, yakni tipe pertama dan tipe kedua.

Penyakit dekompresi tipe I, gelajalanya berupa:

1. Nyeri ringan yang terjadi selama sekitar 10 menit pada persendian

2. Kulit seperti tertarik yang menyebabkan sensasi gatal dan terbakar

3. Ruam pada kulit berwarna biru kemerahan yang tersebar pada bagian tubuh disertai rasa gatal

4. Kelelahan dan rasa kantuk yang berlebihan

5. Kepala terasa pusing

Sedangkan gejala penyakit dekompresi tipe II  biasanya menyerang otak dan sistem saraf, paru-paru, dan sistem kardiovaskuler (Bends shock).

Seperti nyeri pada tulang belakang dalam beberapa menit sampai jam usai menyelam,

kulit terasa tebal seperti ditusuk jarum secara tiba-tiba yang berisiko menyebabkan kelumpuhan otot anggota gerak hingga kebutaan

Rasa nyeri dan berat di dada, sesak napas hingga pucat disertai batuk kering.

Sistem kardiovaskuler (Bends shock), merupakan tanda gawat darurat yang memerlukan penanganan secara intensif.

Dikutip dari Healthline, dalam kondisi darurat di tempat dapat dilakukan beberapa langkah berikut ini:

Baringkan penderita dalam posisi telentang Keringkan tubuh penderita

Hangatkan tubuh penderita dengan selimut jika mengalami penurunan suhu tubuh

Jika memungkinkan, berikan oksigen aliran tinggi melalui masker kepada penderita

Penanganan pada kasus penyakit dekompresi yang lebih serius dapat ditangani dengan melakukan terapi oksigen hiperbarik.

Penderita akan ditempatkan pada ruangan dengan tekanan udara tiga kali lebih tinggi dari biasanya dan mengandung 100 persen oksigen.

Perawatan ini mendorong nitrogen mencair sehingga dapat dibersihkan secara bertahap dari tubuh dalam beberapa jam.

Penyelam dengan penyakit dekompresi tidak disarankan untuk mencoba mengobati diri mereka sendiri dengan melakukan penyelaman yang lebih dalam.

Mengutip dari Drugs, penyakit dekompresi adalah penyakit yang secara tiba-tiba dan tidak dapat dicegah bagi siapa pun, khususnya penyelam.

Namun, dapat dilakukan beberapa upaya pencegahan.

Di antaranya akukan pemberhentian aman selama beberapa menit sebelum naik ke permukaan, sekira 4,5 meter di bawah permukaan

Serta jangan terlalu lama pada kedalaman terdalam dari yang direkomendasikan. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved