Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Puisi

Puisi Ayat-ayat Api Sapardi Djoko Damono

Puisi Ayat-ayat Api Sapardi Djoko Damono: AYAT-AYAT API /1/ Mei, bulan kita itu, belum ditinggalkan penghujan

Penulis: Awaliyah P | Editor: galih permadi
Gramedia.com
Puisi Ayat-ayat Api Sapardi Djoko Damono 


/4/
“Entah kenapa, pagi ini,
seluruh tubuhku terasa gemetar,
tidak seperti biasanya. Dulu
kau pernah berkata,
kita ini bagai daun tua
gemetar sebelum disapu angin
gemetar karena menguji diri sendiri
apakah masih kuat bertahan
di dahan
sebelum angin terakhir
sebelum siang terakhir
sebelum tik-tok terakhir –
tapi sudahlah,
aku toh harus juga ke kantor
sehabis tetek-bengek pagi: segelas kopi,
setangkup roti.
Hari ini
akan mendung tanpa hujan,
kata ramalan cuaca.
Aku akan pulang cepat nanti
sebelum makan malam.”


Tapi tukang sulap, entah kenapa,
ternyata punya kehendak lain.


/5/
di antara yang meretas dalam kepala kita
dan api yang berkobar di seberang sana
melandai beberapa patah sabda


di antara yang di kepala, yang berkobar, dan sabda
bergetar ayat-ayat yang kita hapal lafaznya
yang hanya bisa kita tafsir-tafsirkan maknanya.


/6/
ada yang menghitung waktu api
dengan bunyi-bunyi aneh
seperti yang pernah kita dengar
ketika masih dalam rahim ibu


ada yang menghitung jam api
dengan isyarat-isyarat ganjil
seperti yang pernah kita kenal
ketika masih dalam kobaran itu


ada yang menghitung detik api
dengan kedap-kedip pelik
seperti yang pernah mereka lihat
ketika orang-orang memakamkan kita


/7/
gambar-gambar
di koran hari ini
godaan
bagi kita


untuk tetap
menyisakan
aneka
kata seru


/8/
di atap rumah seberang jalan
seekor burung gereja mengibas-ngibaskan
sayapnya sehabis gerimis
di pagi (yang bagai mata kena jeruk) itu


kelopak air berguguran ke sana ke mari
sementara di sudut atas gedung itu
di seberang sana, di bekas sarangnya
asap sisa api kemarin masih juga


/9/
api adalah lambang kehidupan
itu sebabnya ia tak bisa
menjadi fosil


api adalah lambang kehidupan
itu sebabnya kita luluh-lantak
dalam kobarannya


/10/
sore itu akhirnya ia berubah juga
menjadi abu sepenuhnya
sebelum sempat menyadari
bahwa ternyata ada saat untuk istirahat


di antara gundukan-gundukan
yang sulit dipilah-pilahkan
ah , untuk apa pula
toh segera diterbangkan angin selagi hangat

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved