Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kota Semarang

Solusi Banjir di Kota Semarang Ala HATHI Cabang Jateng: Perlu Partisipasi Masyarakat

Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI) Jawa Tengah ajak masyarakat berpartisipasi menangani banjir dan air pasang di kota Semarang.

Istimewa
Ilustrasi: Tim PLN sedang mengamankan Gardu Induk Tambak Lorok pasca terjadinya banjir di Kota Semarang, beberapa waktu lalu 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI) Jawa Tengah ajak masyarakat berpartisipasi menangani banjir dan air pasang di Kota Semarang.

Ketua HATHI  Jateng Harya Muldianto mengatakan permasalahan di Jawa Tengah ada tiga hal yakni kelebihan air, kekurangan, dan kualitas air. Permasalahan itulah yang harus dikendalikan.

"Masalah kelebihan air kita tidak bisa menghadapi hujan. Air melimpas karena tidak kemampuan sungai dan masuk ke kawasan," tuturnya usai  pelantikan ketua HATHI di Politeknik PU Semarang, Rabu (31/1/2024).

Menurut pria yang merupakan kepala BBWS Pemali Juwana, anggota HATHI terdiri berbagai macam pihak yakni akademisi, praktisi, dan ASN.

Anggota HATHI secara bersama-sama berkolaborasi mencari solusi.

"Kami pada kegiatan ini membuat seminar. Topik yang kami bahas paling krusial adalah Kota Semarang. Ada dua hal masalah di Kota Semarang banjir akibat hujan dan pasang air laut," ujarnya.

Baca juga: Sampah dan Masalah Pompa Air Masih Jadi Problem Pemicu Banjir di Kota Semarang

Baca juga: Progam Pengendalian Banjir di Kota Semarang Ditarget Rampung 2024, Dapat Support dari Belanda

Baca juga: Banjir di Kota Semarang Tak Kunjung Surut, Ternyata Ini Penyebabnya

Harya menerangkan pembahasan itu melibatkan struktural himpunan maupun non struktural yakni masyarakat. Hal ini bertujuan agar tercipta sinergi antara struktural himpunan dan masyarakat yang berbasis partisipatif..

"Kami mengajak partisipasi masyarakat baik itu komunitas-komunitas peduli sungai, komunitas mengelola kawasan hulu yang kami ajak," tuturnya.

Menurutnya, selama ini pengendalian air terkendala terbatasnya lahan untuk menampung. Oleh sebab itu penanganan banjir dilakukan dengan konsep berbasis partisipatif.

"Jadi keikutsertaan di luar pihak dalam hal ini kelompok masyarakat agar bisa urun rembug untuk mengurangi risiko genangan," imbuhnya.

Di sisi lain ia menerangkan kondisi saat ini air meresap dalam tanah hanya 30 persen dan sisanya masuk ke sungai. Pihaknya mengupayakan perubahan dengan mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi.

"Misalnya kawasan hutan yang berubah. Kami mencoba untuk mengembalikan lagi dengan peran serta masyarakat. Atau juga peran serta pemerintah daerah menetapkan Perda Tata Ruang," ujarnya.

Sementara itu Sekertaris Ketua Umum HATHI, Muhammad Ade Rizal mengatakan HATHI merupakan organisasi profesi dibidang sumber daya air. HATHI paling awal lahir asosiasi di bidang sumber daya air (SDA) di Indonesia.

"HATHI mempunyai cabang di seluruh Indonesia. Saat ini ada 39 cabang di seluruh indonesia," tuturnya.

Menurutnya tantangan pengelolaan SDA di Indonesia semakin komplek. Sebab SDA itu tidak terlepas dari lingkungan. Keterkaitannya dengan kawasan hulu dan tata guna lahan di hulu.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved