Breaking News
Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pemilu 2024

VIRAL, Video Ini Ungkap Ada KPPS Diduga Nyambi Jadi Timses Caleg, Warga Beri Respon Tak Terduga

Foto atau video plus narasi soal serangan fajar dari caleg atau tim paslon terus berseliweran di berbagai whatsapp grup jelang hari H Pemilu 2024

Editor: Muhammad Olies
TRIBUN JATENG/WAHYU SULISTIYAWAN
Spanduk antipolitik uang warga RT 3 RW 14 Tanjungsari Pedurungan Tengah Semarang, bertuliskan 'Kami Menerima Serangan Fajar' memantik panitia pengawas kecamatan setempat bertindak. 

TRIBUNJATENG.COM - Foto atau video plus narasi soal serangan fajar dari caleg atau tim paslon Pilpres 2024 terus berseliweran di berbagai whatsapp grup jelang hari H Pemilu 2024.

Salah satunya seperti video berdurasi 38 detik yang memperlihatkan pengakuan pria yang mendapatkan undangan nyoblos dari Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).

Namun dibalik undangan pemberitahuan Pemungutan suara tersebut. Terlihat ada amplop warna putih bergambar Calon Anggota Legislatif (Caleg) tingkat Provinsi Jawa Timur, yang di dalamnya ada dua lembar uang Rp 10.000 an, total Rp 20.000.

"Saya dapat surat undangan nyoblos, tapi anehnya juga ada amplop di baliknya, oleh petugas KPPS disuruh mencoblos caleg nomer dua dari partai," ujar pria dalam video itu.

Baca juga: Kisah Dwi Riyanto, Ingin Nyoblos Tapi Terkendala Banjir Masih 1 Meter di Rumahnya Demak

Baca juga: TPS 34 Manahan Solo Usung Tema Valentine, DPT Dikasih Hadiah Cokelat Usai Nyoblos

Menurutnya, hal tersebut merupakan praktik kecurangan dalam pesta demokrasi. Sehingga, dia mengaku tidak mau menerima uang pemberian itu.

"Yang jelas uang ini tidak akan saya ambil, masukkan kotak amal saja. Maka praktek seperti ini jelas membodohi masyarakat, tolong siapapun sampaikan ini pada Bawaslu," lanjutnya

Menanggapi beredarnya video tersebut, Komisioner Bawaslu Jember Divisi Penanganan Pelanggaran, Data dan Informasi (Datin) , Devi Aulia Rahim mengaku masih melakukan, penelusuran sumber audio visual tersebut.

"Belum jadi temuan masih ditelusuri. Karena ada info, terdapat video lagi bahwa amplop terpisah," ujarnya.

Devi, mengaku masih mengumpulkan bukti petunjuk. Serta mencari identitas pembuat video hingga KPPS yang bertugas di lapangan, untuk dimintai keterangan.

"Misal diduga terjadi pelanggaran, kalau arahnya politik uang maka jatuhnya pelanggaran pidana. Tapi harus kami cari tahu dulu subjeknya siapa, peristiwanya harus kami kaji, tidak langsung dijadikan temuan," urainya. 

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com 

 

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved