Berita Nasional
Indonesia Waspadai Munculnya Teroris Setelah Penyerangan di Moskow
Indonesia mewaspadai risiko munculnya jaringan teroris setelah penyerangan berdarah tersebut.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Aksi penyerangan terjadi di Balai Kota Crocus, Moskwa, pada Jumat (22/3/2024) waktu setempat.
Sedikitnya 133 orang tewas.
Indonesia mewaspadai risiko munculnya jaringan teroris setelah penyerangan berdarah tersebut.
Baca juga: Seorang Remaja Selamatkan Ratusan Orang saat Penembakan di Rusia
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Hadi Tjahjanto mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan deteksi dini jaringan teroris, termasuk terhadap Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) atau Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) yang dikaitkan dengan penyerangan di Moskwa.

“Untuk deteksi dini, termasuk juga pemantauan jaringan-jaringan teroris, apalagi ISIS terus dilaksanakan,” kata Hadi saat konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Senin (25/3/2024).
Hadi menyebutkan bahwa Kemenko Polhukam telah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mencermati penyerangan di Moskwa.
“Tadi sudah kita bicarakan antara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Badan Intelijen Negara (BIN), Kepala Densus (88 Antiteror Polri), semuanya terus dipantau, baik pergerakan maupun aktivitasnya,” ujar Hadi.
“Termasuk juga kita upayakan bisa mendeteksi jaringan-jaringan sehingga bisa masuk kepada lone wolf. Ini yang kami bicarakan tadi,” kata Menko Polhukam.
Dalam rapat, Senin sore, hadir Kepala BNPT Rycko Amelza, Asisten Intelijen Panglima TNI Mayjen Djaka Budi Utama, dan Asisten Operasi Kapolri Irjen Verdianto Iskandar.
Dari rapat koordinasi itu, BNPT melaporkan bahwa kemungkinan aksi terorisme di Indonesia masih tergolong rendah hingga sedang atau menengah.
Indonesia, melalui Menko Polhukam Hadi, mengutuk aksi penyerangan di Moskwa itu.
“Pemerintah mengutuk serangan teror di Moskwa, Rusia yang telah mengakibatkan ratusan korban jiwa. Aksi teror merupakan tindakan yang sungguh tidak beradab, apa pun alasannya karena mengorbankan pihak-pihak yang tidak berdosa,” ujar Hadi.
Sementara itu, Rycko Amelza mengatakan bahwa risiko munculnya jaringan atau aksi terorisme bisa terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
“Kalau sel (terorisme), di seluruh dunia sel-sel itu ada, tapi sel-sel ini kan sel ideologi. Bagaimana cara melawan ideologi? Dengan pengetahuan, berbagi pengetahuan,” ujar Rycko.
Ia mengatakan, di media sosial, masih ada yang mendukung aksi terorisme di Moskwa.
Kemenham Jateng Bangun Kesadaran HAM Komunitas Bantul, Dukung Pembentukan Kanwil HAM di Yogyakarta |
![]() |
---|
"Abi Saya Mau Mangkal" Suami Sempat Pergoki Anti Puspita Chating Mesra dengan Pria Lain |
![]() |
---|
Sosok Bocah 10 Tahun Meninggal Karena Hukuman Sadis Pak Guru, Korban Dipukul Batu |
![]() |
---|
Bung Towel Trending di X Setelah Timnas Indonesia Gagal Lolos ke Piala Dunia: Sindir Kualitas Pemain |
![]() |
---|
Sosok Surya Darmadi Terpidana Korupsi Rugikan Negara Rp 73,9 T Protes Dipindah ke Nusakambangan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.