Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Telusuri Ajaran Sunan Muria Melalui Masjid Di Atas Awan

Masjid yang berdiri kokoh di atas puncak Gunung Muria menjadi jejak syiar islam yang dilakukan oleh satu diantara walisanga yakni Raden Umar Said.

|
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Daniel Ari Purnomo

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Masjid yang berdiri kokoh di atas puncak Gunung Muria menjadi jejak syiar islam yang dilakukan oleh satu diantara walisanga yakni Raden Umar Said atau Sunan Muria

Secara geografis, masjid tersebut terletak di Desa Colo Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Letak masjid berada di salah satu titik puncak Pegunungan Muria dengan ketinggian sekitar 854,41 MDPL.

Jejak ajaran Raden Umar Said di wilayah Gunung Muria berawal dari pendirian Masjid Sunan Muria. Tentunya pendirian masjid ini berawal dari kerbau milik Sunan Muria. 

lihat fotoMastur Saat Menjelaskan Filosofi Mihrab di Masjid Sunan Muria.
Mastur Saat Menjelaskan Filosofi Mihrab di Masjid Sunan Muria.

Ketua Dewan Pembina Yayasan Sunan Masjid dan Makam Sunan Muria, Mastur, mengatakan konon berdirinya masjid itu berawal dari Raden Umar Said saat menggembala kerbau miliknya ke puncak Gunung Muria

Awalnya, kerbau milik Raden Umar Said berjalan menuju tempat di Kajar, Kecamatan Dawe. Namun kerbau miliknya hanya beristirahat di lokasi itu, hingga kemudian kerbau berjalan ke arah puncak Gunung Muria

"Kerbaunya berjalan sampai puncak Gunung Muria. Di situ kerbau merumput, akhirnya Raden Umar Said atau Sunan Muria bertahan di sini dan mendirikan rumah serta masjid, hingga beliau wafat dimakamkan di sini," tuturnya. 

Setelah kerbau sampai di pethoko atau tempat yang tinggi sekitar 5/6Km di tengah hutan, Sunan Muria sempat mengumpulkan material. Hingga sampai di Puncak Gunung, mulai membangun masjid. 

"Masjid pertama yang dibangun oleh Sunan Muria itu sangat bagus. Wali-wali yang lain heran lantaran masjid yang dibangun Sunan Muria bercahaya," kata Mastur. 

lihat fotoWarga yang melakukan ibadah shalat di Masjid Sunan Muria
Warga yang melakukan ibadah shalat di Masjid Sunan Muria

Namun lantaran Sunan Muria merasa tidak enak, Masjid yang lama dibakar oleh Sunan Muria, kemudian membangun masjid yang baru seperti saat ini. 

"Beliau merasa tidak enak, karena membangun masjid bukan untuk mendapatkan pujian dari manusia, kemudian masjid tersebut dibakar dan dibangun ulang seperti yang saat ini," jelasnya. 

Di dalam Masjid Sunan Muria terdapat mihrab atau tempat imam untuk salat, Di bagian pengimaman atau mihrab terdapat mimbar yang unik. 

Bagian mihrab berbentuk menjorok ke dalam buka keluar. Di bagian mihrab dari batu itu terdapat puluhan keramik yang tertempel. Di atas mihrab terdapat tulisan arab.

Tempat imam tersebut umumnya menjorok ke luar. Namun di masjid peninggalan Sunan Muria menjorok ke dalam.

"Masjid ini pengimaman, kalau masjid pengimaman itu menjorok keluar, tetapi ini ternyata ke dalam. Ini keluar hanya kira 20 persen, yang lain masuk ke dalam," jelasnya. 

Penataan mihrab tersebut ada makna dan filosofinya, perlambangan mihrab yang keluar secara 20persen dari masjid melambangkan duniawi, sedangkan di dalam melambangkan akhirat. 

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved