Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kisah Mewek TKW Arab Kawin Lagi, Telantarkan Suami dan Dua Anak Disabilitas di Gubuk: Janji Setia

epergian seorang istri meninggalkan Ato, seorang pria Sukabumi, dalam keadaan sulit.

istimewa
Sosok Ato (51) pria di Sukabumi, Jawa Barat, terpaksa tinggal di gubuk reyot karena ditinggal istrinya dengan pria lain 

TRIBUNJATENG.COM - Ato (51 tahun), seorang pria dari Sukabumi, Jawa Barat, mengalami kesedihan setelah istrinya meninggalkannya untuk bersama pria lain.

Setelah kepergian sang istri, Ato terpaksa tinggal di sebuah gubuk sederhana dengan kedua anaknya.

Kondisi gubuk yang sudah tidak layak membuatnya selalu merasa gelisah.

lihat fotoAto dan Gubuk Reyot.
Ato dan Gubuk Reyot.

Baca juga: Cerita Pilu TKW Madiun Robohkan Rumah Usai Dicerai Sepihak Suami, Duit Tabungan 15 Tahun

Sehari-hari, Ato bekerja sebagai petani di lahan orang lain dan kadang-kadang sebagai buruh serabutan.

Dia berasal dari Kampung Mekarjaya, Desa Cikangkung, Kecamatan Ciracap, Sukabumi, Jawa Barat.

Tentang kepergian istrinya, Ato menceritakan bahwa wanita yang telah memberinya dua anak itu pergi dari rumah bersama seorang pria.

Awalnya, sang istri berencana pergi bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di Arab Saudi sekitar tahun 2016.

Dia bekerja di sana selama sekitar dua tahun, dan Ato sempat mendengar kabar bahwa istrinya akan pulang ke Indonesia.

Namun, kenyataannya, sang istri kembali ke Indonesia bersama pria lain, meninggalkan Ato dan kedua anaknya.

Ato tidak menyebutkan identitas istri yang meninggalkannya tersebut.

"Katanya di daerah Bandung," ucap Ato, dilansir dari Tribunjabar.com.

Meski sudah ditelantarkan sedemikian rupa, Ato berjanji tetap setia menunggu istrinya.

Kini, Ato hanya hidup bersama kedua anaknya di gubuk reyot.

Sudah sekitar 15 tahun Ato menempati rumah bak gubuk peninggalan ayahnya itu.

Di rumah itu, Ato tinggal bersama dua anaknya, yang perempuan S (12) dan yang laki-laki A (10).

Ato mengaku tidak mampu membangun rumah yang layak untuk dihuni bersama dua anaknya.

Terlebih S tidak normal seperti anak pada umumnya.

Sedangkan A saat ini duduk di bangku sekolah dasar.

Ato pun terlihat pasrah dengan keadaan.

Dia tak tahu nasibnya ke depan, terlebih untuk masa depan kedua anaknya.

"Saya sebenarnya banyak keresahan. Satu, kalau di musim hujan itu sudah tidak ada tempat untuk tidur, susah lah sana sini sudah bocor, gentingnya sudah rapuh," kata Ato, Kamis (18/4/2024).

"Banyak kurang, aktivitas banyak enggak jalan, enggak bisa usaha dikarenakan saya momong anak saya masih kecil. Kerja enggek bisa jauh. Saya paling ngebun dikit-dikit daripada banyak stres memikirkan nasib seperti saya ini," ucap Ato.

Ia mengaku saat musim hujan harus tidur berdempetan bersama dua anaknya itu karena atap rumah bocor.

Terlebih saat terjadi angin kencang, ia merasakan waswas rumahnya akan ambruk.

"Di samping sudah pada disangga pakai bambu. Terus mau tidur susah kalau hujan, di sini bocor, di sana bocor, saya tidur bertiga numpuk paling. Terus mau keluar juga susah, takutnya kalau ada angin ambruk," kata Ato sambil menangis.

Ato menjelaskan, ia baru sekali mendapatkan bantuan langsung tunai (BLT) berupa beras dan uang.

Ato pun berharap pemerintah bisa memberikan bantuan rumah layak huni untuk ia tempati bersama dua anaknya.

"Harapannya rumah seperti itu ingin diperbaiki, ingin seperti orang kalau maunya, tapi insyaallah," kata Ato.

Untuk melanjutkan hidup, Ato bekerja sebagai petani, tapi bukan di lahan sendiri.

Dia mengaku numpang menanam singkong dan pisang agar bisa mendapatkan uang.

Hasil taninya itu tidak cukup untuk makan sehari-hari.

Dia terkadang menjadi kuli agar bisa mencukupi kebutuhan makan dua anaknya.

"Saya kadang kuli kalau ada yang nyuruh, (upahnya) cukup untuk dua hari, tiga hari. Setelah itu saya ke kebun lagi, terus bersihkan kebun, kadang lama enggk ada yang nyuruh kuli," ujar Ato.

Upahnya dari hasil kuli pun hanya cukup untuk membeli beras.

Ato dan kedua ankanya kerap makan hanya nasi tanpa lauk.

Kerja sebagai kuli pun ia tidak bisa mengambil jika lokasi pekerjaannya jauh dari rumah.

Karena ia harus merawat anak perempuannya yang mengalami keterbelakangan mental, serta anak keduanya masih sekolah.

Terkadang, Ato harus membawa kedua anaknya ke kebun karena tidak ada yang merawat di rumah.

(*)

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Setia Tunggu Istri TKW, Suami Telantar di Gubuk Reyot Ditinggal Selingkuh, Anak Tidur Nyaris Tewas

Sumber: TribunStyle.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved