Kisah Inspiratif
Kisah Inspiratif : Jatuh Bangun Pitono Rintis Usaha Tempe, Kini Sukses dan Punya Dua Karyawan
Usaha produksi tempe yang dirintis Pitono sejak 19 tahun lalu telah menemui hasil menggembirakan. Kini dalam menjalankan usaha dia telah dibantu oleh
Di balik itu semua pasangan tidak pernah mau berhenti untuk tetap melanjutkan kehidupan sebagai produsen tempe.
Tekad yang terbangun kuat itulah yang membuat pasangan ini tetap bertahan untuk terus mengais rezeki dari membuat tempe sejak 2005.
Seiring berjalannya waktu, usaha tempenya terus menuju progres positif. Dari yang semula hanya mampu menghabiskan kedelai 15 kilogram untuk tempe dalam sehari, pada 2015 usaha tempenya sudah mulai menggeliat positif. Dalam sehari dia mampu menghabiskan kedelai 50 kilogram.
Tahun demi tahun usaha tempenya terus menuju ke arah yang menjanjikan. Modal produksi tempe yang berkualitas dan menjalin relasi yang hangat dengan para pelanggan serta sudah terbangunnya kepercayaan rupanya menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Hingga akhirnya dua tahun terakhir merupakan puncak awal kesuksesannya dalam merintis usaha tempe.
Tempenya selalu laris. Alhasil dia juga harus meningkatkan kuantitas produksi yang imbasnya peningkatan omzet. Saat ini, taruhlah dalam sebulan omzet yang bisa diraih Pitono bisa mencapai Rp 15 juta.
“Dari awal saya usaha tempe hanya mampu menghabiskan 15 kilogram kedelai dalam sehari, saat ini sudah mampu habis 180 kilogram kedelai dalam sehari,” kata Pitono.
Dalam sehari 180 kilogram kedelai yang diolah bisa menjadi tempe sebanyak 235 buah. Tempenya yang putih dan bersih memiliki ukuran besar dan tebal. Masing-masing tempe buatannya memiliki panjang 26 sentimeter, lebar 20 sentimeter, dan tebal 6 sentimeter.
Untuk mengolah tempe membutuhkan waktu 4 hari. Mulai dari kedelai direbus sampai matang rata-rata 3 jam. Setelah itu kedelai rebus direndam air selama sehari semalam.
Setelahnya kedelai dicuci sampai bersih dan ditaburi ragi untuk proses fermentasi. Baru setelahnya kedelai dikemas dalam daun jati dan didiamkan selama dua hari untuk proses fermentasi hingga menjadi tempe.
Setelah jadi tempe, biasanya Pitono membawa sebagian tempe untuk dijual di Pasar Bitingan Kudus. Selain itu ada pengepul yang siap untuk menjualkan tempenya ke beberapa warung makan, menjual di depan pabrik, maupun jualan keliling ke kampung-kampung.
Sejak dua tahun terakhir memang Pitono tidak sendiri dalam menjual tempe. Ada lima kolega Pitono sebagai pengepul yang ikut serta menjualkan tempenya.
“Itu lima orang teman-teman saya semua. Kami ajak untuk kerja bareng, biar sama-sama bisa menikmati hasilnya,” ujar Pitono.
Untuk keperluan bahan baku kedelai Pitono dikirimi langsung oleh distributornya sepekan sekali. Dia memilih kedelai dengan kualitas terbaik agar tempe yang dibuatnya hasilnya mampu memikat para pelanggannya.
Kemudian untuk bungkus tempe berupa daun jati, dia telah memiliki langganan pedagang daun jati dari Pasar Mayong Kabupaten Jepara.
Sosok Bisyarah, Taruni Akmil Peraih Anindya Wiratama 2025, Pernah Gagal Daftar Akpol |
![]() |
---|
Dari Terpal Kecil ke Kolam Impian: Kisah Ahmad Manshur dan Rintis Bisnis Sepulang Kerja |
![]() |
---|
Resep Mahasiswa Kedokteran UGM Raih IPK 4.00: Manajemen Waktu, Visi Hidup, dan Daya Juang Tinggi |
![]() |
---|
Sosok Gadis Putus Kuliah Geser Taylor Swift dari Daftar Orang Terkaya Versi Forbes Tahun Ini |
![]() |
---|
Tampang Ahmad Bajuri, Kades Mungil dari Kalimantan yang Viral dan Menginspirasi di Media Sosial |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.