Berita Jakarta
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Pastikan BI Selalu Ada di Pasar untuk Amankan Rupiah
Pada Senin (3/6), kurs rupiah spot menguat 0,14 persen ke level Rp 16.230/dolar AS dari posisi akhir pekan lalu sebesar Rp 16.253/dolar AS.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di awal Juni 2024.
Pada Senin (3/6), kurs rupiah spot menguat 0,14 persen ke level Rp 16.230/dolar AS dari posisi akhir pekan lalu sebesar Rp 16.253/dolar AS.
Sementara, mengacu kurs tengah Jisdor, nilai tukar rupiah pada Senin (3/6) pada level Rp 16.225/dolar AS, menguat dibandingkan dengan Jumat (31/5) pada level Rp 16.251 per dollar AS.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menyampaikan, BI terus berupaya untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah dinamika global yang terjadi.
"Berbagai upaya kami lakukan, ya globalnya memang masih tidak pasti, tapi kan yang bisa kami kontrol adalah bagaimana kami memperbaiki masalah valas (valuta asing) kita sendiri.
Ini sebagai suatu hal yang positif," katanya, usai uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) Calon Deputi Gubernur BI, di kompleks DPR, Senayan, Jakarta, Senin (3/6).
Menurut dia, dalam 2-3 tahun belakangan terjadi pengembangan yang cukup baik di pasar valas Indonesia.
"Sejauh ini kami masih dapat mempertahankan stabilitas rupiah. Kami lihat tahap berikutnya. Kalau rupiah itu faktornya banyak ya," ujarnya.
Destry menuturkan, BI menilai saat ini volatilitas terhadap nilai tukar rupiah relatif dapat dikelola dengan baik. Sementara, nilai tukar rupiah memang banyak dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, termasuk ekonomi global.
Ia menyebut, nilai tukar rupiah antara lain dipengaruhi oleh tingginya permintaan dolar AS pada Mei 2024, karena adanya pembagian dividen dan kebutuhan pembayaran utang luar negeri.
"Yang penting BI akan selalu ada di pasar. Kalau dibutuhkan, BI akan selalu masuk ke pasar, apakah dengan money spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta kalau diperlukan di pasar sekunder Surat Berharga Negara (SBN) market. Tapi itu kan semuanya serba terukur," jelasnya.
Destry mengungkapkan, tren penguatan dolar AS terhadap mata uang negara lain perlu diperhatikan. Tren tersebut terjadi pada hampir seluruh mata uang dunia, termasuk rupiah.
Meski demikian, Indonesia sepanjang tahun ini mengalami pelemahan rupiah sebesar 3,86 persen. Hal tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan Filipina, Korea Selatan, Thailand, dan Turki yang mengalami depresiasi yang lebih tinggi.
"Depresiasi yang terjadi di rupiah jauh lebih manageable dibandingkan dengan negara lain," jelasnya. (Kompas.com/Agustinus Rangga Respati)
Baca juga: SAH! Harga BBM Terbaru Seluruh Indonesia Mulai Hari Ini Rabu 4 Juni 2024, Cek JAWA BALI DIY
Baca juga: IHSG Berpeluang Menguat Lagi Usai Rebound
Baca juga: Kemnaker Sebut Penolakan Tapera Hanya soal Soasialisasi, Yakin?
Baca juga: Pengusaha Konveksi Keluhkan Permendag soal Kebijakan Impor, Ikatan Pengusaha Konveksi Bisa Mati
Lowongan 1.000 Petugas Damkar Jakarta 2025: KTP Luar Jakarta Boleh Daftar! |
![]() |
---|
Prabowo Beri Abolisi dan Amnesti: Tom Lembong & Hasto Dapat Pengampunan |
![]() |
---|
IHSG Melemah 65 Poin di Akhir Juli, Saham Perbankan Tekan Pasar |
![]() |
---|
Dolar Bisa Rp 1.000? Ini Syarat dan Pro Kontra Soal Hilirisasi Ekspor |
![]() |
---|
Misteri Buku Diplomat Pertama di Kasus Kematian Diplomat Kemlu ADP |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.