Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kendal

Dusun Kemloko Patean Rawan Longsor, BPBD Kendal Siagakan Alat Deteksi Dini

BPBD Kabupaten Kendal memasang alat pendeteksi dini tanah longsor Early Warning System (EWS), di Dusun Kemloko Desa Kalibareng

Penulis: Agus Salim Irsyadullah | Editor: m nur huda
Tribun Jateng/ Agus Salim
Penampakan rumah warga di Dusun Kemloko Desa Kalibereng Kecamatan Patean Kabupaten Kendal yang berdiri di samping lokasi longsor, Sabtu (8/6/2024). 

TRIBUNJATENG.COM, KENDAL - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kendal memasang alat pendeteksi dini tanah longsor Early Warning System (EWS), di Dusun Kemloko Desa Kalibareng Kecamatan Patean Kendal.


Pemasangan dilakukan sebagai respons atas maraknya kejadian tanah longsor di wilayah tersebut. 


Data BPBD menunjukkan, sekitar 6 kepala keluarga kehilangan rumah imbas longsor yang melanda pada periode 2021 hingga 2023.


Terlebih, topografi wilayah perbukitan membuat warga banyak mendirikan rumah di tepi tebing. 


Bahkan, penampakan bangunan rumah sisa longsoran masih terlihat jelas hingga kini. 


Terlihat pula beberapa warga masih bertahan, meskipun tanah di samping rumahnya telah tergerus longsor cukup dalam. 


Kepala BPBD Kendal, Ali Sutaryo mengatakan dusun Kemloko Desa Kalibareng hanyalah satu di antara sekian wilayah di Kendal yang tercatat sebagai daerah rawan longsor.


Pihaknya pun kini telah memasang alat EWS yang akan memberikan peringatan dini kepada warga mengenai potensi longsoran.


"Ini sebagai upaya pencegahan dini bencana longsor yang bisa saja terjadi kapanpun," kata Ali, Sabtu (8/6/2024).


Ali menjelaskan, alat tersebut akan berbunyi ketika terjadi pergerakan tanah. Sehingga warga bisa lebih cepat mengevakuasi diri sebelum bencana terjadi. 


"EWS ini nanti akan memberikan sinyal suara sirine, sehingga warga bisa segera meninggalkan tempat atau keluar dari dalam rumah," terangnya.


Kepala Desa Kalibareng Kecamatan Patean, Suwanto mengatakan banyak rumah warga Dusun Kemloko berdiri di atas tanah rawan bencana. 


Bahkan, saat ini masih ada 3 rumah yang berdiri mepet dengan tebing. Mereka tak bisa berbuat banyak lantaran keterbatasan kepemilikan tanah. 


"Karena warga tidak punya tanah, sehingga mereka masih tetap bertahan," ujarnya.


Suwanto menerangkan, warganya kerap tak bisa tidur nyenyak tatkala hujan deras melanda wilayah tersebut. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved