Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Wawancara Khusus

WAWANCARA : Prof Nina dan Tim Pastikan Tempe Sehat Berbudaya

Tempe sudah menjadi makanan khas Indonesia. Bahkan ada puluhan negara yang sudah mengonsumsi tempe.

|
Penulis: hermawan Endra | Editor: Catur waskito Edy
Tribun Jateng
Pengurus Forum Tempe Indonesia (FTI) Jateng hadir di studio Tribun Jateng, 6 Juni 2024 dalam rangka Hari Tempe Nasional 

Bu Lusi (Rektor Unkartur) apakah sudah ada riset tentang tempe?

Baik terima kasih Tribun. Kami telah melakukan inovasi pengolahan tempe untuk keragaman tempe dibuat aneka ragam bahan pangan. Sudah banyak sekali yang kami lakukan dalam inovasi ini misalkan membuat tempe kelor, tempe ikan dll. Sehingga dari inovasi itu dapat membuat nilai tempe lebih.

Bahkan tempe ikan sudah memperoleh hak cipta. Dan perkembangannya, sudah ada perusahaan menggunakan hak cipta tersebut untuk produksi dalam jumlah besar. Jadi sekarang hak cipta itu dipegang oleh perusahaan tersebut.

Artinya tempe tidak hanya berbahan kedelai ya Bu?

Memang bahan utama tempe adalah kedelai. Tapi dalam perkembangannya tempe bisa dibuat dari bahan ikan. Yaitu ikan dibuat menjadi tepung. Kemudian dibuat menjadi tempe setelah fermentasi yang dicampur kedelai.

Bu Retno (Kaprodi Magister Teknologi Pangan Unika) kabarnya meneliti tempe koro?

Iya benar. Kita sudah melakukan riset tempe berbahan kacang koro. Sudah berhasil menjadi temuan yang penting. Dan juga sudah ada produksi tempe koro.

Tempe adalah produk fermentasi, jadi untuk fermentasi bahannya itu bisa juga dilakukan dari bahan pangan non-kedelai seperti misalnya koro. Koro itu variannya banyak sekali ada koro pedang, koro benguk, atau jenis lain. Karena di dalam koro itu kandungan proteinnya sangat tinggi.

Bagaimana perkembangan tempe di Jawa Tengah?

Tempe hampir tiap hari ada di masyarakat. Rata-rata konsumsi masyarakat terhadap tempe adalah 100 gram/hari. Perajin tempe tidak pernah berhenti bahkan terus meningkat. Usaha pertempean sebetulnya punya trend yang baik hanya saja harus mencari potensi pasar baru. Selain itu, perlu diperhatikan dan menjadi program FTI adalah upaya pengelolaan sanitasi dan higienis.

Apakah tempe juga disukai generasi milenial?

Jadi begini. Sekarang produk tempe tidak hanya sebatas tempe yang sudah ada. Misal tempe goreng, bacem, mendoan dan lainnya. Tetapi sudah berupa olahan tempe keriik, disajikan di kafe dan lainnya yang dikunjungi muda mudi.

Harapannya adalah tempe tidak hanya dibuat keripik karena kalau terlalu kering atau proses pemanasan tinggi maka kandungan gizinya berkurang. Maka ke depan ada olahan tempe jadi topping minuman atau lainnya. Inovasi dan riset terus berlangsung.

Diharapkan UMKM bisa menyuguhkan produk dari olahan tempe yang masih mengandung nilai gizi tinggi. FTI Jateng bisa mengadakan edukasi ke UMKM untuk membuat makanan minuman olahan tempe yang lebih sehat. Syukur-syukur FTI bisa membuat kafe khusus tempe.

Bu Ufi (arkeolog dan dosen Unnes) sejauh mana edukasi pertempean ini?

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved