Berita Jakarta
Pertamina Mitigasi Efek Pelemahan Rupiah
PT Pertamina (Persero) mengungkapkan upaya mitigasi menghadapi dampak negatif pelemahan rupiah terhadap kinerja perseroan.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) mengungkapkan upaya mitigasi menghadapi dampak negatif pelemahan rupiah terhadap kinerja perseroan.
Diketahui, rupiah masih dalam tren negatif selama perdagangan pekan ini. Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (21/6), rupiah spot pekan ini ditutup pada level Rp 16.450 per dolar AS, melemah 0,12 persen dari sehari sebelumnya.
Dalam sepekan, rupiah spot melemah sekitar 0,23 persen.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso mengatakan, upaya mitigasi yang dilakukan Pertamina untuk menghadapi risiko nilai tukar rupiah di antaranya adalah dengan melakukan transaksi lindung nilai valas, dan menyeimbangkan aset moneter untuk mengurangi paparan risiko nilai tukar transaksi.
Selain itu, menurut dia, Pertamina juga melakukan upaya renegosiasi terkait kewajiban dalam mata uang dolar menjadi rupiah, dan melakukan pembayaran dengan menggunakan Local Currency Settlement (LCS).
"Bersamaan dengan itu, kami juga terus melakukan berbagai upaya efisiensi biaya operasional melalui cost optimization untuk menjaga kinerja keuangan," katanya, kepada Kontan, Jumat (21/6).
Fadjar tak merinci bagaimana efek dan pengaruh pelemahan rupiah terhadap kinerja Pertamina. Namun, Kontan mencatat, Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini sempat menyatakan, kinerja Pertamina sepanjang 2023 dipengaruhi oleh kondisi parameter global yang sangat tidak menentu.
Sebab, berbagai parameter global seperti melemahnya kurs dan penurunan Indonesia Crude Price (ICP) sangat menentukan bagaimana Pertamina bisa survive di tengah ketidakpastian.
Sepanjang 2023, Pertamina melaporkan laba bersih 4,44 miliar dolar AS atau setara Rp 62 triliun sepanjang 2023, naik 17 persen atau Rp 3,18 miliar pada 2022. Total laba bersih itu untuk entitas induk, sedangkan untuk total laba bersih perusahaan mencapai Rp 72 triliun.
Meski kondisi global tidak pasti, Pertamina mampu meningkatkan kinerja operasional yang bisa dilihat dari meningkatnya produksi minyak dan gas 8 persen dari 2022 sebesar 967,4 ribu barel setara minyak per hari (million barrel oil per day/MBOEPD) menjadi 1.044 MBOEPD pada 2023. (Kontan/Diki Mardiansyah)
Baca juga: Bank Dunia Catat Banyak Perusahaan Kecil di RI Tidak Produktif
Baca juga: Edukasi Kripto Perlu Terus Digencarkan, Nilai Transaksi Kripto Sejak Januari Capai Rp 260,9 Triliun
Baca juga: Menkeu : Anggaran Program Makan Gratis Pemerintahan Baru Dipatok Rp 71 Triliun di 2025
Seusai Bupati Pati Sudewo Diperiksa KPK Terkait Suap Proyek Rel Kereta, Ini Fakta Terbarunya |
![]() |
---|
IHSG Hari Ini Naik ke 7.936,17, Saham PGEO dan MBMA Jadi Pendorong Utama |
![]() |
---|
Alasan PDIP Copot Bambang Pacul dari Ketua DPD Jawa Tengah, Ini Penjelasannya |
![]() |
---|
IHSG Hari Ini Ditutup Melemah, Apa Penyebabnya? |
![]() |
---|
Bahaya Asbes di Indonesia: Sengketa Hukum, Korban, dan Desakan Pelarangan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.