Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Puisi

Puisi Hai, Ma Karya WS Rendra

Puisi Hai, Ma WS Rendra: Hai, Ma! Ma, bukan maut yang menggetarkan hatiku

Penulis: Awaliyah P | Editor: galih permadi
Net
Puisi Hai, Ma Karya WS Rendra 

Puisi Hai, Ma WS Rendra

TRIBUNJATENG.COM - Puisi Hai, Ma WS Rendra:

Hai, Ma!

Ma, bukan maut yang menggetarkan hatiku

tetapi hidup yang tidak hidup

karena kehilangan daya dan kehilangan fitrahnya

ada malam-malam aku menjalani lorong panjang

tanpa tujuan kemana-mana

hawa dingin masuk kebadanku yang hampa

padahal angin tidak ada

bintang-bintang menjadi kunang-kunang

yang lebih menekankan kehadiran kegelapan

tidak ada pikiran, tidak ada perasaan, tidak ada suatu apa.

 

Hidup memang fana, Ma

tetapi keadaan tak berdaya membuat diriku tidak ada

kadang-kadang aku merasa terbuang ke belantara

dijauhi Ayah Bunda dan ditolak para tetangga

atau aku terlantar di pasar

aku bicara tetapi orang-orang tidak mendengar

mereka merobek-robek buku dan menertawakan cita-cita

aku marah, aku takut, aku gemetar

namun gagal menyusun bahasa.

 

Hidup memang fana, Ma

itu gampang aku terima

tetapi duduk memeluk lutut sendirian di savana

membuat hidupku tak ada harganya

kadang-kadang aku merasa ditarik-tarik orang kesana kemari

mulut berbusa sekadar karena tertawa

hidup cemar oleh basa basi

dan orang-orang mengisi waktu dengan pertengkaran edan

yang tanpa persoalan

atau percintaan tanpa asmara

dan sanggama yang tidak selesai

 

Hidup memang fana tentu saja, Ma

tetapi akrobat pemikiran dan kepalsuan yang dikelola

mengacaukan isi perutku lalu

mendorong aku menjeri-jerit

sambil tak tahu kenapa

rasanya setelah mati berulang kali.

 

Tak ada lagi yang mengagetkan dalam hidup ini.

 

Tetapi Ma, setiap kali menyadari adanya kamu di dalam hidupku ini

aku merasa jalannya arus darah di sekujur tubuhku.

Kelenjar-kelenjarku bekerja

sukmaku bernyanyi, dunia hadir

cicak di tembok berbunyi

tukang kebun kedengaran berbicara pada putranya

hidup menjadi nyata, fitrahku kembali.

 

Mengingat kamu Ma, adalah mengingat kewajiban sehari-hari

kesederhanaan bahasa prosa, keindahan isi puisi

kita selalu asyik bertukar pikiran ya Ma?

masing-masing pihak punya cita-cita

masing-masing pihak punya kewajiban yang nyata

 

Hai Ma!

apakah kamu ingat

aku peluk kamu di atas perahu

ketika perutmu sakit dan aku tenangkan kamu

dengan ciuman-ciuman di lehermu?

Masyaallah… Aku selalu kesengsem pada bau kulitmu

Ingatkah waktu itu aku berkata

kiamat boleh tiba, hidupku penuh makna

Hehehe waahh.. Aku memang tidak rugi ketemu kamu di hidup ini

dan apabila aku menulis sajak

aku juga merasa bahwa kemaren dan esok

adalah hari ini.

 

Bencana dan keberuntungan sama saja.

Langit di luar, langit di badan bersatu dalam jiwa.

Sudah ya, Ma…

(*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved