Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Daftar 8 Kabupaten dan Kota di Jateng yang Mulai Alami Kekeringan, Bergas Sebut Klaten Paling Parah

Kepala BPBD Jateng, Bergas Catursasi Penanggungan mengatakan, penyaluran air bersih telah dilakukan

Penulis: budi susanto | Editor: muslimah
Ist. BPBD Cilacap
Penyaluran bantuan air bersih dari BPBD Cilacap kepada masyarakat dusun Bugelsampang, kecamatan Kawunganten, Cilacap, Selasa (21/5/2024). 

TRIBUNJATENG.COM - Krisis air atau kekeringan mulai menghantui sejumlah wilayah di Jateng.

Catatan BPBD Jateng, terdapat delapan kabupaten/kota di provinsi ini yang mulai terdampak kekeringan.

Beberapa kabupaten/kota tersebut yaitu Kota Semarang, Klaten, Cilacap, Pati, Banyumas, Blora, Grobogan, dan Temanggung.

Dampak kekeringan itupun sudah dirasakan beberapa wilayah itu sejak Mei lalu.

Kepala BPBD Provinsi Jateng Bergas Catursasi Penanggungan saat ditemui Tribunjateng.com di Komplek Pemprov Jateng beberapa waktu lalu. 
Kepala BPBD Provinsi Jateng Bergas Catursasi Penanggungan saat ditemui Tribunjateng.com di Komplek Pemprov Jateng beberapa waktu lalu.  (Tribun Jateng/ Budi Susanto)

Kepala BPBD Jateng, Bergas Catursasi Penanggungan mengatakan, penyaluran air bersih telah dilakukan.

Dari pendataan, Kabupaten Klaten menjadi wilayah terdampak kekeringan paling besar.

Pasalnya, menurut dia, dari Mei hingga Juli, penyaluran air bersih di Klaten mencapai 660 ribu liter.

Sementara, penyaluran air bersih di Kabupaten Cilacap sebanyak 95 ribu liter.

"Untuk Pati di angka 48 ribu liter, Temanggung, Grobogan, dan Blora masing-masing 10 ribu liter, Kota Semarang 5 ribu liter, sementara data terbaru penyaluran air di Banyumas belum terupdate," katanya, Kamis (11/7).

Bergas menuturkan, desa terbanyak terdampak kekeringan berada di Kabupaten Cilacap dengan 10 desa.

Kemudian, Kabupaten Klaten dengan enam desa terdampak kekeringan dari Mei hingga Juli.

Meski demikian, ia berujar, pemda dan BPBD kabupaten/kota sejauh ini masih bisa mencukupi kebutuhan air di delapan wilayah terdampak kekeringan tersebut.

"Puncak kemarau tahun ini ada di Juli sampai Agustus, namun kemarau tahun ini adalah kamarau basah, jadi masih ada hujan," jelasnya.

Bergas menyatakan, mapping berkait dengan kekeringan terus dilakukan di wilayah Jateng. Selain itu, pemetaan potensi sumber air juga dilakukan untuk bisa mencukupi kebutuhan air.

"Meski ada penyaluran air, efisiensi penggunaan air tetap harus dilakukan. Selain itu, menampung air hujan untuk konsumsi juga bisa dilakukan, guna mengatasi menipisnya pasokan air," bebernya. (bud)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved