Berita Feature
Kisah Hamdan Produsen Seragam Sekolah di Kudus, Modal Rp 10 Juta Pinjaman, Kini Sampai Tolak Orderan
Hamdan (47) warga Kudus berhasil menyulap tiga unit mesin jahit bekas menjadi sebuah usaha konveksi maju dalam kurun waktu 11 tahun
Penulis: Saiful Ma sum | Editor: muslimah
Produksi seragam sekolahnya kemudian mulai dikembangkan secara bertahap
Mulai dari mencari tambahan modal, operator jahit, dan jaringan pemasaran.
Dia juga menawarkan seragam sekolah produksinya kepada kerabat-kerabatnya di luar Jawa melalui sosial media.
Hamdan mencoba mengambil peluang sebanyak-banyaknya melalui masyarakat di wilayah luar Jawa.
Mengingat ketatnya persaingan usaha konveksi seragam sekolah di wilayah Kabupaten Kudus dan sekitarnya. Sehingga arah pemasaran produknya menyasar konsumen atau sekolah-sekolah yang jauh dari rumah produksi.
"Saya tawarkan kualitas produk, kalau kain semua hampir sama, namun soal kualitas jahitan yang kami tawarkan. Alhamdulillah banyak diminati masyarakat dan dipercaya terus setiap tahunnya," tutur dia.

Saat ini, Hamdan sudah memiliki 13 mesin jahit dan 13 karyawan, tujuh di antaranya adalah operator jahit.
Dalam sepekan, produksi seragamnya bisa tembus 600-1.000 pcs, tergantung jumlah orderan yang masuk.
Pada setiap momentum tahun ajaran baru, permintaan seragam sekolah di Hamdan Konveksi meningkat 100 -150 persen. Biasanya pesanan mulai masuk pada Juni-Agustus, dengan jumlah pesanan yang beragam.
Tahun ini, dia kewalahan menyiapkan ribuan pesanan yang datang dari berbagai kota-kota besar. Di antaranya dari Balikpapan, Sorong, Samarinda, Lombok, Tangerang, Papua, dan Makassar.
Orderan juga datang dari beberapa sekolah di wilayah Kabupaten Kudus, Pati, Rembang, Jepara dan beberapa kabupaten/kota lainnya.
Omzet kotor yang didapatkan juga meningkat drastis. Dari biasanya berkisar Rp 30-40 juta per bulan, meningkat hingga Rp 150 juta per bulan saat momentum tahun ajaran baru. Bahkan bisa tembus lebih dari Rp 200 juta per bulan.
"Tahun ajaran baru tahun ini orderan lebih dari 7.000 pcs seragam sekolah dari puluhan sekolah. Mulai dari TK, SD, SMP, dan SMA. Juni lalu omzet kotor sekitar Rp 280 juta, untuk Juli sampai pertengahan sekitar Rp 100 juta. Biasanya ada juga yang pesan di waktu-waktu akhir Juli sampai Agustus, tergantung keperluannya," tutur dia.
Hamdan menyebut, 80 persen orderan datang dari daerah-daerah di luar Jawa. Pihaknya memperkirakan hanya 20 persen orderan yang datang dari wilayah Kudus dan sekitarnya.
Mayoritas pemasaran dilakukan dengan memanfaatkan sosial media. Sebagian kecilnya konsumen datang langsung ke rumah produksi, biasanya merupakan konsumen di wilayah Kabupaten Kudus.
3 Hari Tersesat di Hutan Jati Blora, Truk Boks Berhasil Dievakuasi, Warga Gelar Selamatan Dulu |
![]() |
---|
Kondisi Terkini Pasar Kambing Semarang yang Melegenda, Patung Masih Berdiri Tapi Situasi Beda |
![]() |
---|
Alasan Mbah Yudi Warga Batang Tinggal Dengan Ayam, Sudah 4 Kali Pindahkan Rumah |
![]() |
---|
Cerita Indra Pemuda Tunadaksa di Tegal, Kembangkan Usaha Anyaman Bambu Hingga Buka Lapangan Kerja |
![]() |
---|
Tangis Reisha Pelajar SD di Kudus saat Bacakan Sepucuk Surat untuk Palestina |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.