Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

46 Hektare Hutan Mangrove Hilang Terdampak Proyek Tol Semarang-Demak, Ini Respons Oktavianto

Sekitar 46 hektare hutan mangrove di Jawa Tengah hilang dilahap pembangunan Proyek Tol Semarang-Demak

|
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: galih permadi
TRIBUN JATENG/REZANDA AKBAR
Seorang nelayan di dukuh Onggojoyo, Wedung, Demak, melakukan penanaman bibit mangrove 

TRIBUNJATENG.COM, DEMAK - Sekitar 46 hektare hutan mangrove di Jawa Tengah hilang dilahap pembangunan Proyek Tol Semarang-Demak. Hal ini mengancam ekosistem lingkungan hidup di hutan ataupun sekitaran kawasan itu.


Hilangnya hutan mangrove atau bakau, disebabkan dampak secara langsung seperti pembabatan atau penebangan untuk pembangunan proyek tol ataupun tidak langsung, yakni mangrove yang tidak mendapatkan suplai air laut dan air darat karena terhambat drainase tol.


Menyoal hilangnya hutan mangrove itu, Oktavianto Prasetyo, Koordinator Program Kelautan Yayasan Rekam Nusantara Foundation, mengatakan revitalisasi hutan mangrove harus secepatnya dilaksanakan.


Dia mengatakan bahwa hutan mangrove memiliki peran untuk melindungi garis pantai serta berfungsi sebagai penghalang alami terhadap badai dan banjir, melindungi garis pantai dari erosi dan membantu mengurangi dampak bencana alam.

Oktavianto Prasetyo, Koordinator Program Kelautan Yayasan Rekam Nusantara Foundation
Oktavianto Prasetyo, Koordinator Program Kelautan Yayasan Rekam Nusantara Foundation


Ada beberapa hal yang disoroti ketika revitalisasi mangrove tak dilakukan segera mungkin. 


"Kalau revitalisasi hanya wacana saja, maka akan fatal dampaknya dari faktor lingkungan. Kita lihat saja contoh, dahulu wilayah jalur pantura (Sayung Demak) tidak seekstrim itu, sekarang sudah tergenang," ujarnya, Sabtu (27/7/2024).


Kemudian juga dampak dari sosial ekonomi, lanjut Oktavianto, masyarakat pemukiman pesisir juga menjadi korban khususnya para nelayan.


Mengingat ekosistem mangrove ini, merupakan habitat biota perairan. Sehingga ini adalah sumber mata pencaharian warga pesisir utara yang hidupnya bergantung dari hasil laut.


"Bayangkan saja, nelayan di wilayah pesisir dengan menggunakan armada kapal yang kecil dibawah 5gt (Gross Tonnage), kalau mangrove ditebang dia mau nyari kepiting di mana? Terus nyari ikan yang biasa dia jagakan untuk ekonominya, nyarinya kemana?," tanya Oktavianto.


"Kalaupun misal (hutan mangrove) dipindahkan titiknya, apakah manusianya juga ikut dipindahkan? Saya kira pemerintah membangun infrastruktur juga perlu melihat kajian lingkungan, sosial dan ekonomi," sambungnya.


Untuk itu, pihaknya berharap agar revitalisasi harus secepatnya dilakukan untuk membangun kembali kawasan hutan mangrove.


Mengingat pohon mangrove memiliki masa tumbuh tahunan, untuk usia mangrove yang matang, berbunga dan berbuah pada usia 4-5 tahun, usai melewati 5tahun, pertahunnya mangrove akan berproduksi kembali, sedangkan usia mangrove sendiri mencapai ratusan tahun. (Rad)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved