Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jawa Tengah

Benarkah Program Banpang Mampu Tekan Inflasi?

Pemimpin Bulog Wilayah Jateng Sopran Kenedi menyebut program bantuan pangan (banpang) mampu menekan laju inflasi di Jateng.

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Catur waskito Edy
centralfutures.com
Ilustrasi Inflasi 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Pemimpin Bulog Wilayah Jateng Sopran Kenedi menyebut program bantuan pangan (banpang) mampu menekan laju inflasi di Jateng.

Menurut dia, hal itu terlihat dari pelaksanaan program banpang tahap I dan II, di mana pada periode penyaluran bantuan pangan beras berjalan, harga beras di pasaran relatif stabil.

"Begitu Januari dan Juni ada program bantuan pangan, (harga beras-Red) di Jateng relatif terkendali. Jadi mulai ada kenaikan harga di periode Juli, karena Juli sudah tidak ada distribusi bantuan pangan," katanya, di sela Rapat Sosialisasi dan Koordinasi Rencana Penyaluran Bantuan Pangan Beras Tahap III Provinsi Jawa Tengah Tahun 2024, di Semarang, Rabu (31/7).

Sopran menuturkan, rapat koordinasi yang dilakukan bersama Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Sosial, dan stakeholder lain itu mendorong percepatan verifikasi dan validasi (verval) di tingkat kabupaten/kota.

"Ini yang kami harap bahwa dengan adanya percepatan verval (verifikasi dan validasi), kami bisa cepat-cepat distribusikan bantuan pangannya, supaya bisa membantu menekan permintaan di pasar," ucapnya.

Ia berujar, banpang beras tahap III akan disalurkan kepada sebanyak 3,58 juta penerima bantuan pangan (PBP) atau setara 35,83 juta kg, dengan penyaluran tiap PBP sebanyak 10 kg beras. "Khusus Kanwil Jateng saja, pagu kurang lebih 23,52 juta kg atau 23.500 ton," jelasnya.

Sopran menyatakan, program banpang beras tahap III dimulai pada 1 Agustus 2024. Menurutnya, di tahap ini tidak setiap bulan ada alokasi, tetapi akan dilaksanakan pada Agustus, Oktober, dan Desember. Distribusi itu akan dilakukan oleh transporter.

"Tanggal 1 Agustus itu yang sudah selesai verifikasi dan validasi. Kalau yang belum, nanti akan menyesuaikan. Tapi kami berharap sesuai pedoman Bapanas di juknisnya, maksimal 5 hari setelah diterimanya data by name by address (BNBA) itu sudah bisa diselesaikan proses verifikasi dan validasi," bebernya. 

Jateng Deflasi 0,13 persen pada Juli 2024

Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng mencatat deflasi bulanan di provinsi ini pada Juli 2024 sebesar 0,13 persen, dan tingkat inflasi year to date (ytd) sebesar 0,66 persen.

Deflasi pada bulan laporan itu menjadi yang ketiga secara beruntun di tahun ini, setelah pada Mei lalu Jateng mencatatkan deflasi 0,22 persen, dan Juni sebesar 0,28 persen. Sebelumnya, deflasi juga terjadi pada Januari 2024 lalu sebesar 0,08 persen.

"Penyumbang utama deflasi Juli 2024 secara (bulanan-Red) adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 0,23 persen," kata Kepala BPS Jateng, Endang Tri Wahyuningsih, dalam paparan yang digelar secara hybrid, Kamis (1/8).

Menurut dia, beberapa komoditas dominan memberikan andil deflasi bulanan pada Juli 2024 antara lain bawang merah sebesar 0,13 persen, cabai merah sebesar 0,06 persen, tomat sebesar 0,03 persen, telur ayam ras sebesar 0,02 persen, dan bawang putih sebesar 0,01 persen.

"Sedangkan komoditas yang memberikan andil inflasi bulanan antara lain cabai rawit, beras, emas perhiasan, kopi bubuk, dan Sigaret Kretek Mesin (SKM)," terangnya.

Pada Juli 2024, Endang menuturkan, inflasi tahunan Jateng tercatat sebesar 1,86 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,00.

Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tegal sebesar 2,16 persen dengan IHK sebesar 106,46, dan terendah terjadi di Purwokerto sebesar 1,64 persen dengan IHK sebesar 105,17.

Inflasi tahunan itu terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan naiknya indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 3,40 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,93 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,13 persen.

Kemudian kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,74 persen; kelompok kesehatan sebesar 1,30 persen; kelompok transportasi sebesar 1,27 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,83 persen; kelompok pendidikan sebesar 1,45 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,14 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 4,48 persen.

Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,56 persen.

Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi tahunan pada Juli 2024 antara lain beras, emas perhiasan, SKM, gula pasir, dan nasi dengan lauk.

Sementara, komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi tahunan antara lain telur ayam ras, daging ayam ras, bawang merah, telepon seluler, dan kacang panjang. (idy)

Baca juga: Gelombang PHK Masih Berlanjut, Ini Daftar Daerah di Indonesia yang Terbanyak di PHK

Baca juga: Jadwal Badminton Olimpiade Paris 2024: Satu Medali Emas Diperebutkan, Tak Ada Wakil Indonesia

Baca juga: Nyawa Polisi Tak Tertolong Setelah Tabrakan dengan Truk di Lampung

Baca juga: Begini Akal Bulus Pelajar SMA Cabuli Tiga Bocah di Kamar Rumahnya: Motifnya Puaskan Nafsu Pribadi

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved