Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Mengenal Galuh Ayu Anitasari Menginspirasi Lewat Buku-buku Karyanya

Galuh Ayu Anitasari, seorang perempuan hebat bertubuh mungil terus menulis karya-karya sastra untuk menginspirasi banyak orang difabel

Editor: iswidodo
tribunjateng/mahasiswa UIN Salatiga magang jurnalistik
Galuh alumnus UKSW Salatiga tetap produktif menulis buku meski memiliki keterbatasan fisik. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Galuh Ayu Anitasari, seorang perempuan hebat bertubuh mungil yang dilahirkan di Semarang 38 tahun lalu, telah menjadi inspirasi bagi banyak orang. Galuh, yang kini menetap di Desa Gamasan, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Meskipun memiliki keterbatasan fisik, semangatnya untuk terus berjuang tidak pernah surut.

Dulu saat masih bersekolah di SMA Negeri 1 Ambarawa, Kab. Semarang, Galuh pernah mengirimkan beberapa surat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan bermodalkan alamat yang ia dapat dari internet, memohon bantuan untuk mendapatkan kursi roda. Berkat ketekunannya, kursi roda berwarna merah-hitam itu akhirnya tiba melalui Sekretaris Presiden SBY, memberikan kebebasan bergerak yang lebih baik bagi Galuh.

Galuh lulus dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga pada akhir tahun 2009 dengan gelar sarjana psikologi. Namun, menemukan pekerjaan setelah lulus kuliah bukanlah hal yang mudah baginya. “Saya selalu gagal dalam seleksi interview karena keterbatasan fisik saya,” kenangnya. Meski demikian, semangat dan ceria Galuh tidak pernah pudar. Dia mengisi hari-harinya dengan menulis dan mengikuti workshop kepenulisan.

Buku kelinci terbang karya Galuh
Buku kelinci terbang karya Galuh (tribunjateng/mahasiswa UIN Salatiga magang jurnalistik)

Pada tahun 2014, Galuh mendirikan Rumah Belajar Gobook’s di Jl. Dr. Cipto, Jombor, Desa Jetis, Kec. Bandungan, Kab. Semarang. Inisiatif ini dilakukannya dengan tujuan mulia untuk membantu anak-anak setempat belajar. Rumah Belajar Gobook’s menjadi tempat di mana anak-anak dari berbagai latar belakang bisa mendapatkan tambahan pengetahuan dan bimbingan. Galuh ingin memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat sekitar dan memastikan bahwa setiap anak memiliki kesempatan untuk belajar dan berkembang.

Kisah inspiratif Galuh dalam dunia tulis-menulis berawal dari kebiasaannya menulis diary dan puisi sejak kecil. “Awalnya saya suka menulis diary dan puisi. Ketika dewasa, saya kumpulkan tulisan-tulisan itu di laptop,” ceritanya dengan mata berbinar. Ia selalu merasa bahwa tulisan-tulisannya adalah teman setianya, tempat di mana ia bisa mencurahkan perasaan dan pikiran. Namun, seiring berjalannya waktu, ia merasa bahwa karya-karyanya seharusnya tidak hanya dinikmati sendiri.

Pada suatu hari, Galuh merenung dan berpikir, “Kok yang baca cuma aku ya?” pertanyaan itu menjadi titik balik dalam hidupnya. Dengan tekad yang kuat, ia memutuskan untuk menerbitkan tulisan-tulisannya. “Jadi, saya memutuskan untuk menerbitkannya,” ungkap Galuh. Keputusan ini membuka jalan baginya untuk berbagi cerita dan inspirasi dengan dunia. Bagi Galuh, menulis bukan hanya tentang menghasilkan karya, tetapi juga tentang menyebarkan semangat dan memberikan harapan kepada orang lain yang membaca karyanya.

Galuh telah menerbitkan tiga buku yang masing-masing membawa pesan dan tema yang berbeda. Buku pertamanya, “Sudut Pandang,” terbit pada Agustus 2017. Buku ini berisi puisi dan cerpen yang menggambarkan berbagai sudut pandang kehidupan. Melalui buku ini, Galuh menyoroti bagaimana seseorang bisa melihat dan merasakan dunia dari perspektif yang berbeda, mencoba menempatkan diri di posisi orang lain, dan memahami perasaan mereka.

Buku keduanya, “Kelinci Terbang,” yang terbit pada Maret 2020, adalah sebuah komik yang menekankan pada keyakinan meski berlawanan dengan pandangan umum. Dalam buku ini, Galuh mengibaratkan kelinci terbang sebagai sesuatu yang tampaknya mustahil, tetapi tetap mungkin jika ada keyakinan kuat. Melalui cerita yang imajinatif dan penuh inspirasi, Galuh mengajak pembaca untuk percaya pada impian mereka meskipun terlihat tidak realistis bagi orang lain.

Buku ketiganya, “Kelinci Terbang Ingin Pulang,” yang terbit pada September 2023, mengeksplorasi tahap-tahap acceptance atau penerimaan dalam psikologi melalui cerpen dan puisi. Buku ini menggambarkan perjalanan emosional seseorang dari fase menyangkal, marah, tawar-menawar, depresi, hingga penerimaan. Dengan mengangkat tema pergulatan batin dan proses menuju penerimaan takdir, Galuh menunjukkan kedalaman emosional dan kekuatan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.

“Tak perlu membandingkan siapa yang paling menderita. Cukup dengarkan. Karena tidak ada luka yang benar-benar sembuh dari sebuah kehilangan,” tulis Galuh dalam salah satu cerpennya. Melalui karyanya, Galuh ingin menyampaikan bahwa mendengarkan adalah bentuk empati yang paling tulus.

Selain menulis, Galuh sering mengadakan sharing session dan seminar kepenulisan di sekolah serta di berbagai komunitas baca dan literasi. Ia percaya bahwa menulis adalah warisan literasi yang akan meninggalkan namanya dalam sejarah. “Mulailah menulis, mau seburuk apapun tulisanmu, tetap mulailah menulis,” sarannya.

Meskipun sering mengalami writer’s block, Galuh menemukan cara untuk kembali menulis dengan mencari pelarian seperti menonton film atau berkumpul dengan teman-teman. “Buku ketiga adalah yang paling menantang dan menguras tenaga serta pikiran saya,” ungkapnya.

Ketika ditanya tentang sosok yang paling berpengaruh dalam hidupnya, Galuh tidak ragu untuk menjawab dengan penuh keyakinan. “Kedua orang tua saya,” ungkapnya dengan suara yang penuh rasa syukur. “Mereka tidak hanya memberi contoh, tapi juga menjadi contoh.” Bagi Galuh, kedua orang tuanya bukan sekadar teladan dalam kata-kata, melainkan panutan hidup yang nyata. Mereka telah menunjukkan kepadanya arti keteguhan dan kasih sayang yang tulus, mengajarkannya bahwa dalam setiap langkah hidup, dukungan dan cinta yang tulus adalah kekuatan yang tak ternilai.

Galuh terus menunjukkan bahwa keterbatasan fisik tidak menghalanginya untuk bermimpi dan meraih tujuan. Dia berharap karyanya bisa menjadi warisan bagi generasi berikutnya dan menginspirasi banyak orang untuk tetap berjuang. Di akhir pertemuan, dia berpesan, “Selalu berprasangka baik pada semesta, ya.” (Siti Nur Khasanah, Mahasiswi UIN Salatiga Jurusan KPI, Magang di Tribunjateng.com).

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved