Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Bapak Kos Makan Kucing

Bapak Kos Makan Kucing karena Kalori Rendah Pas Buat Diabet, Dinkes Semarang: Efeknya Malah Negatif!

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang tidak menganjurkan masyarakat mengonsumsi daging kucing untuk pengobatan diabetes

Editor: muslimah
Dokumentasi Polrestabes Semarang
Polisi mendatangi rumah NY pemakan daging kucing di Sekaran, Gunungpati, Kota Semarang, Rabu (7/8/2024). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang tidak menganjurkan masyarakat mengonsumsi daging kucing untuk pengobatan diabetes.

Hingga saat ini, belum ada literasi yang menunjukan khasiat daging kucing untuk menurunkan gula darah.

Kepala Dinkes Kota Semarang, Moh Abdul Hakam menyampaikan, daging kucing tidak berdampak untuk menyembuhkan kasus kencing manis.

Viralnya kasus "Bapak Kos di Sekaran Gunungpati" yang memakan daging kucing, membuat Dinkes harus melakukan edukasi kepada masyarakat terkait hal ini.

Baca juga: Inilah Tampang Nuryanto Bapak Kos Gunungpati Semarang yang Doyan Makan Kucing, Sudah 8 Tahun

"Ketika ditanya-tanya oleh teman-teman Puskesmas Sekaran, itu kan dia dapat informasi dari saudaranya, bahwa daging kucing dapat menyembuhkan diabetes. Kemudian, dua hari lalu, saya dilapori kasus ini. Saya sampaikan (kepada puskesmas), orangnya harus diedukasi. Sampai detik ini tidak ada literasi yang menyampaikan daging kucing bisa menurunkan kadar gula darah," papar Hakam, Jumat (9/8).

Kasus Bapak Kos di Sekaran Gunungpati yang memakan daging kucing ini, lanjut Hakam, menjadi pembelajaran bagi yang bersangkutan maupun masyarakat Kota Semarang.

Dia berharap, informasi yang disampaikannya bisa diterima dan tidak ditiru oleh orang lain.

Justru, kata dia, konsumsi daging kucing bisa menimbulkan efek negatif. Mengingat, makanan kucing belum tentu terjamin atau terjaga dengan baik dari sisi keamanan.

"Pastinya banyak sekali vektor atau hewan kecil yang berbahaya. Nantinya bisa menjadikan apakah tertular tuberculosis atau penyakit lain, termasuk taeniasis. Taeniasis itu kecacingan," jelasnya.

Meski Bapak Kos di Sekaran tersebut beralasan finansial tidak mampu membeli daging ayam ataupun sapi, menurut Hakam, tidak dibenarkan mengonsumsi daging kucing.

Pasalnya, tidak terbukti daging kucing terhadap penurunan gula darah.

Dia mengatakan, pengobatan kencing manis atau diabetes melitus ini bisa dilakukan dengan melakukan aktivitas fisik.

Konsumsi dan kegiatan fisik harus seimbang, termasuk pengelolaan stres atau kondisi jiwa dan lainnya.

Sedangkan, konsumsi daging kucing untuk pengobatan diabetes tidak dianjurkan.

Hakam memaparkan, Dinkes gencar melakukan skrining, baik penyakit menular maupun tidak menular, masyarakat bisa mengikuti kegiatan skrining di masing-masing RW untuk memastikan kondisi kesehatan mereka. Skrining ini gratis bagi masyarakat.

"Bisa diperiksa kadar gula darah, tensi, kesehatan mental, atau jiwa. Itu nanti kalau hasilnya upnormal atau di atas normal, selanjutnya dikonsultasikan, rutin datang ke puskesmas sesuai faskes supaya masyarakat tidak kena retribusi," urainya.

Tak kunjung sembuh

Sebelumnya, polisi mengamankan pemakan daging kucing Semarang, Nuryanto (62) alias NY mengaku, telah mengkonsumsi daging kucing selama 8 tahun silam.

Ia menyebut, mulai memakan daging kucing sejak terkena diabetes.

"Saya kena diabetes sejak umur 54 tahun, sejak mulai saat itu saya konsumsi daging kucing," jelas Nuryanto di Mapolrestabes Semarang, Kamis (8/8).

Pria yang dikenal sebagai pemilik kos murah ini mengatakan, muncul hasrat untuk memakan daging kucing karena mendengar informasi dari kakak kandungnya bahwa daging kucing berkalori rendah sehingga cocok untuk pengidap diabetes seperti dirinya.

Ia juga sudah jengah terhadap sakit diabetesnya yang sudah parah dan tak kunjung sembuh.

Terlebih, dia sudah berobat berulang kali ke dokter di wilayah Gunungpati tetapi tak diberi obat.

"Saya sempat berobat ke dokter di Gunungpati. Namun, tidak diberi obat," katanya.

Polisi dalam kasus ini menyita sejumlah barang bukti di antaranya sebilah celurit untuk memukul kucing, pisau untuk potong daging kucing, korek api untuk membakar bulu-bulu kucing, dan talenan untuk alas potong daging.

Adapula botol berisi kecap yang digunakan sebagai bumbu penyedap. Selain itu, terdapat sisa tulang kucing yang ditemukan di sekitar lokasi kejadian.

"Kami sita juga penanak nasi sebagai alat perebus daging kucing," jelas Kepala Unit (Kanit) Tindak Pidana Tertentu (Tipidter) Satreskrim Polrestabes Semarang AKP Johan Widodo.

Melihat kondisi tersangka, pihak kepolisian juga bakal melakukan pemeriksaan terhadap psikis tersangka.

"Kami masih koordinasi dengan rumah sakit jiwa untuk observasi gangguan jiwa atau tidak," bebernya. (eyf/iwn)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved