Tribunjateng Hari ini
Olah 'Tarian Jiwa' di Konser Kebangsaan Bangunkan Semangat Kebersatuan dalam Keberagaman
Tarian Jiwa berkembang, bukan hanya sebagai ekspresi personal, tapi juga karya kolektif yang dibawakan 17 mahasiswa dengan latar beragam.
Penulis: Moh Anhar | Editor: M Syofri Kurniawan
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Lampu sorot menyorot panggung Holy Stadium, Rabu (1/10) sore. Ribuan mata penonton tertuju pada belasan mahasiswa berbusana putih yang duduk bersila, diiringi nada dengan alunan tenang. Dari keheningan itu, perlahan tangan mereka bergerak, tubuh mengikuti, lalu mengalir menjadi tarian.
Tidak kaku, tidak terikat pakem tari tradisional. Gerakan itu seakan muncul dari kedalaman diri. Begitulah Tarian Jiwa. Sebuah pertunjukan yang tak sekadar estetika, tetapi juga lahir dari olah rasa dan batin.
“Jiwa itu nomor satu. Baru pikiran, lalu tubuh. Jadi pergerakan lahir dari sumber rasa sejati, yang kami yakini berasal dari Tuhan,” kata Sumarwanto, konseptor Tarian Jiwa usai penampilan para penari di Holy Stadium.

Konsep ini bermula dari praktik spiritual. Mahasiswa dilatih olah batin, membiasakan meditasi, hingga terbiasa hening dan mendengar suara terdalam. Dari sana muncul kesadaran gerak bisa lahir tanpa dipaksakan, melainkan dituntun oleh jiwa.
“Gerak itu kadang datang sendiri. Misalnya ada yang sakit pinggang, lalu tubuhnya digerakkan oleh batin untuk penyembuhan. Dari situ kami melihat, jiwa ternyata bisa memimpin tarian,” tutur Sumarwanto.
Baca juga: Kisah Haical Selamat Usai 3 Hari Tertimbun Gedung Ponpes Al Khoziny, Foto Rontgen Mengejutkan
Tarian Jiwa pun berkembang, bukan hanya sebagai ekspresi personal, tapi juga karya kolektif. Untuk Konser Kebangsaan bertema Senandung Harmoni Membangun Negeri, gerak jiwa diarahkan untuk menggambarkan semangat kebersatuan.
Tarian ini dilakukan oleh 17 mahasiswa dengan latar belakang yang berbeda, tentu penyatuannya bukan perkara mudah.
Ada yang berasal dari Parmalim (Sumatra), ada yang dari Marapu (NTT), masing-masing punya ekspresi khas.
“Kalau dilepas, hasilnya bisa campur aduk. Bisa-bisa penonton malah mengira kesurupan massal,” kelakar Sumarwanto
Akhirnya, dipilih empat penari inti yang menemukan gerakan dasar. Dari situ disusun gerakan pendukung, lalu dipatenkan jadi pakem agar bisa dilatih bersama.
Proses ini memakan waktu dua bulan, dari rapat perdana hingga pementasan di Holy Stadium.
“Awalnya sulit, tapi dengan latihan rutin dan konsentrasi, akhirnya ketemu bentuknya. Begitu ketemu, langsung bisa dibawa latihan massal,” tambahnya.
Baca juga: Sosok Bocah Perempuan di Grobogan Tipu Kurir, HP Diambil Tapi Bilangnya Paket Kosong
Penyembuhan
Diiringi Surya Vista Orchestra, lebih dari sekadar tari, karya ini membawa nuansa doa. Sumarwanto menyebut Tarian Jiwa bisa menjadi medium penyembuhan, sebab gerakan lahir dari batin yang terhubung dengan frekuensi ilahi.
“Sebelum latihan, penari selalu saya suruh hening dulu. Begitu terkoneksi, gerakan jadi lebih murni. Itu yang membuat tarian ini berbeda,” jelasnya.
Cucu Mahfud MD Empat Hari di Rumah Sakit Setelah Jadi Korban Keracunan MBG |
![]() |
---|
Ingrid Oleskan Minyak Urapan ke Motor Iko Sebelum Rekonstruksi |
![]() |
---|
Haical Ditemukan Selamat Setelah Tiga Hari Tertimbun Reruntuhan Ponpes |
![]() |
---|
Nilai Vonis Terlalu Ringan, Kuasa Hukum Keluarga Aulia Risma Kecewa Putusan Majelis Hakim |
![]() |
---|
Pelaku Tawuran Sengaja Pilih Waktu Dini Hari, Menunggu Waktu Tim Patroli Keamanan Bubar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.