Pendidikan
SOSOK Anak Transmigran Asal Riau Jadi Doktor Termuda dan Tercepat UGM, Usia Baru 26 Tahun
Ravidho Ramadhan berhasil lulus dari dari jenjang S3 atau program doktor dari UGM (Universitas Gadjah Mada) dengan IPK 4,00.
TRIBUNJATENG.COM - Ravidho Ramadhan berhasil lulus dari dari jenjang S3 atau program doktor dari UGM (Universitas Gadjah Mada) dengan IPK 4,00.
Tak hanya meraih gelar summa cumlaude, anak muda kelahiran Teluk Balengkong, Indragiri Hilir, Riau ini juga sah berstatus doktor termuda dan tercepat karena saat ini usianya baru 26 tahun.
Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM ini mampu menuntaskan studinya dengan penelitian berjudul Validasi dan Pemanfaatan Data Satelit Global Precipitation Measurement untuk Analisis Curah Hujan dan Bencana Hidrometeorologi di Indonesia yang dibimbing oleh Dr. rer. nat. Wiwit Suryanto (Promotor), Prof. Sholihun (Co-Promotor), dan Prof. Marzuki (Co-Promotor).
Baca juga: Kisah Roy Wisudawan Terbaik FK Unair: Pernah Gagal 17 Kali Masuk di Berbagai Jalur Mahasiswa Baru
Baca juga: SOSOK Nilal Muna Anak Sopir Angkot Wisudawan Terbaik UIN Walisongo, Jadi Lulusan Nonskripsi
Ravidho memulai perjalanan pendidikannya di Desa Tunggal Rahayu Jaya, Riau, sebuah desa transmigrasi dengan keterbatasan akses listrik.
Pada usia 5 tahun, Ravidho memulai pendidikan di SD, mengikuti jejak teman-teman sebayanya. Pendidikan SMP dilanjutkan di kampung halaman dan SMA di kota kabupaten.
"Saya menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 pada Jurusan Fisika Universitas Andalas melalui program Fast Track sehingga dapat menyelesaikan studi S1 dan S2 selama 5 tahun," sebutnya, dilansir dari laman UGM.

Ia memilih fokus pada analisis variabilitas struktur vertikal curah hujan di Sumatera menggunakan data pengamatan permukaan dan satelit ketika S2.
Ketertarikan Ravidho pada program S3 Fisika di UGM didorong oleh penawaran program By Research yang fleksibel, memungkinkan ia tetap bekerja sebagai asisten riset di Universitas Andalas.
Ia menemukan promotor yang mendukung penelitian di bidang fisika atmosfer. Ia berpendapat bahwa minat terhadap bidang fisika di Indonesia menurun akibat rendahnya daya serap dunia kerja.
"Tantangan ini memicu para penggiat fisika untuk lebih kreatif dalam mengaplikasikan ilmu fisika agar bermanfaat bagi masyarakat," paparnya.
Salah satu tantangan terbesar selama studi adalah mengelola waktu antara studi doktoral dan pekerjaan sebagai asisten riset. Oleh karena itu, Ravidho menekankan pentingnya komunikasi dengan promotor dan pembagian skala prioritas untuk menyelesaikan tugas-tugas secara efektif.
Baca juga: SOSOK Dua Wisudawan Terbaik Udinus Semarang, Raih IPK Sempurna 4,0
Untuk menjaga motivasi, Ia gemar membaca buku self-improvement dan berdiskusi untuk bertukar ide. Salah satu pencapaian yang membanggakan adalah artikel pertamanya yang berhasil diterbitkan di jurnal terindeks Q1 Scopus.
"Penelitian tugas akhir saya mengambil topik validasi dan pemanfaatan data satelit Global Precipitation Measurement (GPM) untuk analisis curah hujan dan bencana hidrometeorologi di Indonesia," sebutnya.
Ravidho datang dari keluarga, terutama ibu yang selalu menekankan pentingnya pendidikan. Secara akademis, dosen pembimbingnya Prof. Marzuki memberikan dampak besar dalam perkembangan akademisnya.
Sebagai anak pertama dan suami, ia bertekad menjadi panutan bagi orang-orang tercintanya.
Kunci Jawaban Kelas 12 Pendidikan Agama Islam, Kurikulum Merdeka, Bab 7 Halaman 206 |
![]() |
---|
3 Tantangan yang Membuat Perguruan Tinggi Vokasi Lambat Berkembang, Akreditasi Unggul Rendah |
![]() |
---|
Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 10, Kurikulum Merdeka: Most Memorable Event, Halaman 45 46 |
![]() |
---|
Kisah Novi Kini Usaha Telur Asinnya Punya Sertifikat Halal Berkat Mahasiswa Undip |
![]() |
---|
Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 7 Kurikulum Merdeka: Basketball Club, Halaman 225 226 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.