Kunjungan Paus Fransiskus
Sri Paus Soroti Kekuatan Bhinneka Tunggal Ika, Jokowi dan Prabowo Sambut Hangat di Istana Negara
Presiden Joko Widodo menyambut kunjungan Pemimpin Gereja Katolik Dunia sekaligus Kepala Negara Vatikan, Yang Teramat Mulia Sri Paus Fransiskus
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo menyambut kunjungan Pemimpin Gereja Katolik Dunia sekaligus Kepala Negara Vatikan, Yang Teramat Mulia Sri Paus Fransiskus, dengan upacara kenegaraan yang digelar di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (4/9/2024).
Peristiwa ini bersejarah karena kunjungan Paus ke Indonesia tahun 1970 yaitu Paus Paulus VI, dan Paus Yohanes Paulus II tahun 1989.
Presiden menyambut langsung kehadiran Sri Paus Fransiskus di halaman Istana Merdeka, begitu turun dari kendaraan. Pasukan Nusantara dan ratusan anak-anak sekolah berpakaian adat melambaikan bendera kedua negara juga turut menyambut hangat Sri Paus Fransiskus.
Upacara penyambutan kenegaraan kemudian digelar dengan diawali lagu kebangsaan Vatikan dan Indonesia, diiringi dentuman meriam salvo 21 kali. Setelah itu, kedua pemimpin menyaksikan parade militer, dilanjutkan pengenalan delegasi dari masing-masing negara.
Dari Indonesia, Presiden Jokowi tampak didampingi oleh Menteri Pertahanan sekaligus Presiden Terpilih Prabowo Subianto, Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Duta Besar Indonesia untuk Takhta Suci Vatikan Michael Trias Kuncahyono.
Sementara itu, Sri Paus Fransiskus didampingi oleh Wakil Kepala Departemen Evangelisasi Kardinal Luis Antonio G. Tagle, Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo, Pejabat pengganti Perdana Menteri Uskup Agung Edgar Peña Parra, Menteri urusan Luar Negeri Uskup Agung Piero Paul Richard Gallagher, Duta Besar Takhta Suci Vatikan untuk Indonesia Uskup Agung Piero Pioppo, Uskup Bandung sekaligus Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Uskup Antonius Subianto Bunjamin, Kepala Departemen Komunikasi Paolo Ruffini, dan Ignasius Jonan selaku Ketua Panitia Kunjungan Sri Paus Fransiskus ke Indonesia.
Setelah itu, Presiden Jokowi mempersilakan Sri Paus Fransiskus memasuki Ruang Kredensial Istana Merdeka untuk kemudian mengisi buku tamu kenegaraan dan berfoto bersama. Kedua pemimpin kemudian melakukan pembicaraan empat mata di beranda belakang Istana Merdeka.
Usai itu, Presiden Jokowi dan Paus Fransiskus berjalan bersama menuju Istana Negara. Di sana, Presiden dan Paus Fransiskus melakukan pertemuan dengan pemerintah, korps diplomatik, dan para tokoh masyarakat.
Menghapus Prasangka
Paus Fransiskus menyampaikan berbagai topik pembicaraan saat berpidato di hadapan sejumlah tokoh di Istana Negara, Jakarta Pusat, pada Rabu (4/9/2024). Dalam kesempatan tersebut, Paus Fransiskus menyoroti mengenai Bhinneka Tunggal Ika yang dipegang teguh Indonesia sejak lama, di mana perbedaan orang-orang dapat dipersatukan dalam bangsa ini.
Lalu, Paus Fransiskus mengutarakan keinginan Gereja Katolik untuk melakukan dialog antaragama dalam rangka menghapus prasangka serta meningkatkan rasa saling percaya. Bapa Suci menegaskan, Gereja Katolik bekerja untuk melayani kebaikan bersama dan berkeinginan untuk menguatkan kerja sama dengan berbagai lembaga negara dan aktor-aktor lain dalam masyarakat sipil.
Di hadapan Presiden Jokowi, Paus Fransiskus juga menyinggung mengenai pemaksaan yang penguasa lakukan sehingga menimbulkan kekerasan di negeri sendiri. Bahkan, Paus Fransiskus turut mengingatkan unsur keadilan sosial dalam Pembukaan UUD 1945 di Indonesia.
Menyerukan Perdamaian
Kedua pemimpin menekankan perlunya menjadikan perbedaan sebagai kekuatan dalam memperkuat persatuan, serta pentingnya menyuarakan perdamaian di tengah meningkatnya konflik global.
Dalam pidatonya di Istana Negara, Presiden Jokowi menyoroti betapa pentingnya menjaga harmoni di negara Indonesia yang memiliki lebih dari 714 suku dan 17.000 pulau. Presiden Jokowi menggarisbawahi peran vital Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam menjaga kohesi sosial di Indonesia yang majemuk.
“Perbedaan adalah anugerah dan toleransi adalah pupuk bagi persatuan dan perdamaian,” tegas Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi juga memuji Vatikan atas dukungan kuatnya terhadap perjuangan rakyat Palestina melalui seruan perdamaian dan solusi dua negara. Menurutnya, konflik global, termasuk di Palestina, membutuhkan solusi berbasis keadilan dan kemanusiaan.
“Indonesia mengapresiasi, sangat menghargai sikap Vatikan yang terus menyuarakan, menyerukan perdamaian di Palestina dan mendukung two-states solution karena perang tidak akan menguntungkan siapapun, perang hanya akan membawa penderitaan dan kesengsaraan masyarakat kecil,” ujar Presiden Jokowi.
“Oleh sebab itu, marilah kita rayakan perbedaan yang kita miliki, marilah kita saling menerima dan memperkuat toleransi untuk mewujudkan perdamaian, untuk mewujudkan dunia yang lebih baik bagi seluruh umat manusia,” sambungnya.
Sri Paus juga menyampaikan perihal sumber kekayaan dan keindahan alam yang dimiliki Indonesia. "Semboyan ini juga memperlihatkan bahwa, sebagaimana keanekaragaman hayati yang ada dalam negara kepulauan ini adalah sumber kekayaan dan keindahan," ucap Paus.
Disebutkan oleh Paus, adanya perbedaan di Indonesia justru berkontribusi bagi pembentukan mosaik besar, masing-masing keramiknya tak tergantikan dalam menciptakan karya besar dan berharga. Semua perbedaan suku maupun kelompok kaagamaan bertindak dalam semangat persaudaraan.
Perjuangkan Kerukunan
Paus berpendapat, keseimbangan antara kemajemukan budaya yang besar dan ideologi-ideologi yang berbeda, serta cita-cita yang mempererat persatuan, harus dibela secara terus-menerus.
Kepada para politikus penting untuk memperjuangkan kerukunan, persamaan, rasa hormat atas hak-hak dasar manusia, pembangunan berkelanjutan, solidaritas dan upaya mencapai perdamaian dalam masyarakat dan berbangsa.
Presiden Jokowi tandaskan kunjungan Sri Paus memiliki pesan yang sangat kuat tentang arti pentingnya merayakan perbedaan. Di mana Indonesia sebagai negara majemuk terus berupaya menjaga harmoni di tengah kebhinekaan.
Kardinal Ignasius Suharyo menggambarkan umat Katolik bergembira karena seperti anak dikunjungi ayahnya untuk melukiskan betapa pentingnya kunjungan ini dalam konteks iman. Paus adalah pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia. Ini seperti kunjungan gembala pada dombanya atau Paus kepada umatnya.
Kehadirannya di tengah umatnya tentu yang pertama-tama untuk menyapa, memberikan kebahagiaan, meneguhkan iman, memperkuat semangat merasul dan melayani.
Selain itu Paus adalah Kepala Negara Tahta Suci, maka sebagai kepala negara tujuannya mengokohkan hubungan diplomatik kedua negara. Karena itu kunjungannya ini kental dengan semangat toleransi, persatuan, dan perdamaian bagi dunia. Kunjungan apostolik ini menjadi promosi semangat perdamaian dunia. (tribun/kompas/dtc/cnn)
Baca juga: FAKTA Tewasnya Siswi SMP Penjual Balon, Ketemu Saat Nonton Kuda Lumping, Ada Film Porno di HP Pelaku
Baca juga: Keluarga Sebut Kesehatan dr Aulia Sering Drop, Kerja Nyaris 24 Jam, Ngadu ke Undip Tidak Digubris
Baca juga: BIADAB! 4 Remaja Bekap Gadis 13 Tahun Penjual Balon Hingga Tewas, Jenazahnya Dirudapaksa Bergantian
Baca juga: Golkar Pastikan Dukung Mirna-Urike di Pilkada Kendal, Tak Masalah Dico Jadi Kader PKB
Paus Bawa Bantuan Ratusan Kilogram ke Vanimo, Kota Terpencil di Papua Nugini |
![]() |
---|
Mobil Maung MV3 yang Dipakai Paus saat Misa Akbar Akan Dimuseumkan |
![]() |
---|
Di Papua Nugini, Toyota Raize Jadi Kendaraan Paus Fransiskus |
![]() |
---|
Ini Makna Lantunan Ayat Alquran yang Dibacakan Kayla Nur Syahwa Dihadapan Paus Fransiskus |
![]() |
---|
Setelah Bertemu Paus Fransiskus, Presiden Jokowi Juga Pakai Innova, Ini Kata Pihak Istana |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.