Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ekonomi Bisnis

Berani Tangkap Peluang dan Terus Belajar, Pria Lulusan SMP Ini Sukses Dirikan Perusahaan Mould Maker

, PT SSS merupakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) bidang manufaktur yang berlokasi di Desa Selokaton, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar

Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: Muhammad Olies
TribunJateng.com/Mazka Hauzan Naufal
Sutarmin (52), pemilik PT Sinergi Solo Sejahtera (PT SSS), saat ditemui TribunJateng.com di pabrik miliknya, Desa Selokaton, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Sabtu (14/9/2024).] 

TRIBUNJATENG.COM, KARANGANYAR - "Saya sebelumnya sama sekali tidak tahu 5R itu apa. Wong saya ini ndak sekolah. Pendidikan terakhir cuma SMP. Menjalankan bisnis, ya, asal jalan saja. Setelah kenal YDBA, baru saya tahu apa itu 5R," kata Sutarmin (52), pemilik PT Sinergi Solo Sejahtera (PT SSS), saat diwawancarai TribunJateng.com di ruang kerjanya, Sabtu (14/9/2024).

Jawaban itu disampaikan Sutarmin ketika ditanya manfaat apa yang dia rasakan setelah menjadi pelaku usaha binaan Astra Melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA).

Untuk diketahui, PT SSS merupakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) bidang manufaktur yang berlokasi di Desa Selokaton, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Adapun 5R merupakan konsep budaya kerja yang meliputi unsur Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin.

Pelatihan 5R adalah salah satu pembinaan yang dilakukan Astra melalui YDBA untuk mendorong UMKM naik kelas menuju kemandirian.

Menurut Sutarmin, penerapan 5R membuat perusahaan yang dia jalankan lebih produktif, terutama karena bisa memanfaatkan waktu secara lebih efisien.

"Dengan penerapan 5R, tempat usaha saya ini SOP (Standar Operasional Prosedur)-nya jadi lebih tertata dan lebih efisien. Cari alat-alat lebih cepat. Waktu jadi tidak terbuang. Tempat kerja juga jadi lebih bersih dan nyaman. Jauh lebih tertata ketimbang dulu. Kalau dulu masih sembarangan," jelas dia.

Perusahaan manufaktur milik Sutarmin bergerak di bidang moulding atau pembuatan mould (mould maker).

Adapun mould adalah alat cetak dari logam yang dapat diisi dengan material cair tertentu untuk menghasilkan produk padat yang bentuknya mengikuti rongga alat cetak tersebut.

PT SSS menyuplai mould/cetakan untuk perusahaan lain yang memproduksi berbagai peralatan, antara lain lemari plastik, sendok, hingga kemasan kosmetik dan suku cadang.

Lewat pembinaan intens dari Astra melalui YDBA, PT SSS terus berkembang hingga mencapai kemandirian dan peningkatan produktivitas. Berikut kisahnya.

Dari Konveksi ke Manufaktur

Sebelum mendirikan usaha manufaktur, pada medio 1990-an Sutarmin pernah berjualan pakaian di Timika, Papua Tengah. Dia mengulak pakaian dari Pasar Klewer hingga Pasar Tanah Abang untuk dijual di sana.

"Saya dan istri pernah buka kios di Timika. Kurang lebih lima tahun saya di sana. Tahun 2000 pulang ke Solo waktu istri mau melahirkan. Akhirnya menetap di Solo dan buka usaha di Solo juga," kata pria asal Desa Wonosari, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar ini.

Sutarmin lalu membangun usaha konveksi, terutama pembuatan seragam sekolah. Selain itu dia juga menjalankan usaha ekspedisi. Bisnis konveksi dan ekspedisi itu masih eksis hingga kini.

Baru pada 2011, Sutarmin menangkap peluang bisnis di bidang manufaktur, khususnya pembuatan mould, yang ditawarkan oleh adik iparnya.

Adik ipar Sutarmin lebih dulu berbisnis di bidang ini lewat perusahaannya di Cikarang, Kabupaten Bekasi, yakni PT Go-S Mitra Sejati.

"Saya belajarnya juga dari adik ipar. Pekerjaan juga awalnya dapat dari sana karena saya belum dikenal. Saya dulu di Solo sifatnya support atau subcon yang di Cikarang karena di sana banyak orderan," kata dia.

Menurut Sutarmin, praktik subkontraktor (subcon) seperti itu memang lazim di dunia manufaktur.

"Kami sendiri sekarang ini banyak pekerjaan, sampai penuh. Kalau dikerjakan sendiri mungkin tidak bisa. Deadline tidak bisa ditepati, tidak cukup waktu, kalau dikerjakan sendiri. Maka tetap kami subcon, kami cari teman yang bisa mengerjakan," jelas dia.

Menata Usaha dan Memperluas Jaringan bersama YDBA

k PT Sinergi Solo Sejahtera (PT SSS), be
Sutarmin (52), pemilik PT Sinergi Solo Sejahtera (PT SSS), berfoto di depan pajangan berbagai sertifikat pelatihan yang diadakan YDBA.]

Sutarmin mengatakan, dirinya kali pertama mengenal YDBA pada 2019. Ketika itu, YDBA Solo baru didirikan dan masih bernama Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) Solo.

Dia langsung menangkap peluang dengan bergabung menjadi binaan Astra melalui YDBA.

"Saya tertarik gabung YDBA karena dulu belum banyak yang kenal. Berkat YDBA, pelaku usaha se-Solo Raya bisa saling mengenal dan membangun jejaring. Saya jadi tahu di Solo Raya ternyata juga banyak banget UMKM atau IKM yang bergerak di bidang yang sama dengan saya," kata Sutarmin.

Dikutip dari siaran pers yang dipublikasikan pada 14 April 2022, YDBA mendukung terbentuknya Komunitas Machining Solo Raya. Komunitas ini diprakarsai tujuh UMKM manufaktur binaan Astra melalui YDBA.

Terbentuknya jejaring ini, kata Sutarmin, memberikan manfaat besar bagi para UMKM manufaktur. Mereka jadi bisa saling berbagi pekerjaan. Hal ini menjadi solusi atas keterbatasan kapasitas produksi masing-masing.

"Tidak mungkin pekerjaan sedemikian banyak saya selesaikan sendiri. Saya tetap lempar ke teman-teman. Sebaliknya, saya juga sering dapat pekerjaan lemparan dari teman-teman," jelas dia.

Selain membentuk jejaring dengan pelaku usaha yang selevel, UMKM manufaktur di Solo Raya juga difasilitasi YDBA untuk membangun jejaring dengan perusahaan lebih besar lewat "Program Ayah Angkat"

Dalam hal ini, sembilan UMKM manufaktur di Solo Raya, termasuk PT SSS, diberi kesempatan untuk memasok produk ke PT Yogya Presisi Teknikatama Industri (YPTI), perusahaan manufaktur binaan YDBA yang telah menjadi tier 1 Grup Astra.

Tak hanya itu, Sutarmin menambahkan, dirinya juga beberapa kali dipertemukan dengan perusahaan-perusahaan besar lain sebagai calon mitra.

Manfaat lain yang dirasakan Sutarmin, dirinya pernah difasilitasi bertemu dengan pihak perbankan untuk mendapat tambahan permodalan.

"Di YDBA juga banyak pelatihan yang sangat bermanfaat. Di antaranya keuangan, QCD (Quality, Cost, Delivery), lalu ada 5R (budaya kerja Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin). Kami banyak didampingi untuk memperbaiki manajemen usaha. Oleh YDBA diarahkan dan ditata jadi lebih baik," papar dia.

Sutarmin merasakan manfaat signifikan dengan penerapan 5R. Aktivitas perusahaan jadi lebih efisien dan efektif. Karena itulah, hingga kini dia terus konsisten menerapkan 5R di PT SSS.

PT SSS bahkan pada 2023 lalu menjadi Juara 2 lomba 5R versi YDBA.

Sutarmin bersyukur, lewat kemauan belajar dan menangkap peluang, perusahaannya terus bertumbuh.

Dia juga bersyukur lantaran perusahannya saat ini ramai orderan. 

Karena banyaknya pekerjaan, PT SSS beroperasi 24 jam dalam sehari dengan 20-an karyawan yang bekerja bergantian sif.

"Senin sampai Minggu produksi terus. Operasional 24 jam. Komitmen seperti itu yang sulit. Di Solo Raya ini, yang produksi 24 jam kayaknya baru di sini," tutur Sutarmin.

Meski terbilang telah cukup sukses, keinginan Sutarmin untuk terus berkembang tidak pupus.

Dia menargetkan, suatu saat nanti bisa punya produk yang bisa dipasarkan sendiri.

"Kalau saat ini saya, kan, baru jasa pembuatan mould. Belum punya produk untuk dijual sendiri ke pasaran. Kalau bisa, saya ingin punya mesin inject sendiri agar bisa buat produk dan dijual sendiri," tandas dia. 

Komitmen YDBA Majukan UMKM

YDBA Solo, Dimas Wahyu Ashary, saat ditemu
Koordinator YDBA Solo, Dimas Wahyu Ashary, saat ditemui TribunJateng.com di kantornya, Kamis (5/9/2024).]

Dikutip dari laman resminya, YDBA didirikan oleh founder Astra, William Soeryadjaya, pada 2 Mei 1980. Dalam Astra Strategic Triple Roadmap, dijelaskan bahwa YDBA merupakan bagian dari salah satu public contribution Astra, yakni Astra Kreatif yang berfokus pada program kewirausahaan.

Adapun YDBA Solo berdiri pada September 2019. Hal itu disampaikan Koordinator YDBA Solo, Dimas Wahyu Ashary, saat ditemui TribunJateng.com di kantornya, Kamis (5/9/2024).

Dimas mengatakan, YDBA Solo membina UMKM di wilayah Solo Raya, Salatiga, hingga Kendal.

Dia mencatat, per September 2024 ada 94 UMKM aktif yang jadi binaan Astra melalui YDBA Solo.

Dari jumlah tersebut, 22 UMKM di antaranya bergerak di bidang manufaktur, 13 telah berstatus UMKM Mandiri, sementara 9 lainnya masih Pra Mandiri.

YDBA memang memiliki sistem levelling UMKM lewat program Asesmen Kemandirian UMKM. Hal ini untuk mengukur sejauh mana UMKM telah menerapkan manajemen yang baik untuk mengembangkan bisnis.

Terdapat tiga pilar yang menjadi kriteria penentuan level UMKM, yakni produksi, pemasaran, dan keuangan.

UMKM berstatus Pemula artinya masih perlu meningkatkan aspek Quality, Cost, dan Delivery (QCD). UMKM Madya sudah menunjukkan kemajuan manajemen, namun masih perlu meningkatkan kompetensi.

UMKM Pra Mandiri sudah cukup mandiri dalam menjalankan usaha, namun masih perlu melakukan Operational Exellence. Adapun UMKM Mandiri dianggap sudah mandiri dalam menjalankan usaha dan mampu bersaing di pasar.

“Peningkatan level itu bisa dicapai lewat empat program pembinaan kami untuk UMKM, yakni pelatihan, pendampingan, fasilitasi pasar, dan fasilitasi pembiayaan,” kata Dimas.

Tahapan-tahapan tersebut telah dijalani oleh PT SSS yang notabene sudah menjadi binaan sejak awal YDBA Solo berdiri.

"PT SSS kali pertama bergabung mendapat pelatihan basic mentality kewirausahaan serta pelatihan dan pendampingan 5R. Kami juga kenalkan dengan calon-calon customer serta kami fasilitasi untuk mendapat suntikan modal dari perbankan," jelas Dimas.

Menurut Dimas, PT SSS telah menunjukkan perkembangan signifikan.

Dulu, perusahaan ini hanya bertempat di bangunan rumah toko (ruko) yang relatif kecil. Tepatnya di Desa Plesungan, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.

"Mesinnya juga baru sedikit, cuma tiga mesin CNC dan satu mesin cutting," kata dia.

Setelah diperkenalkan oleh YDBA dengan calon-calon customer, termasuk PT YPTI sebagai ayah angkat, PT SSS pun berani berekspansi dan meningkatkan kapasitas produksi.

Karena pekerjaan semakin banyak dan meniscayakan kebutuhan tempat produksi yang lebih luas, lanjut Dimas, Sutarmin sebagai pemilik PT SSS akhirnya berinvestasi membeli tanah dan membangun pabrik baru di Desa Selokaton.

Sejak 2021, PT SSS telah mendapat titel UMKM Mandiri dari YDBA. Hal ini merupakan buah konsistensi UMKM tersebut untuk terus belajar dan berkembang.

Ketua Pengurus YDBA Rahmat Samulo menyebut, pihaknya terus berkomitmen dalam pembinaan UMKM di Indonesia.

“Hal itu dilakukan dengan pendampingan intens, sehingga mampu mendorong UMKM untuk naik kelas dan mandiri. YDBA mendorong UMKM untuk memiliki mentalitas baik dan mampu menciptakan nilai tambah dalam bisnisnya,” ujar dia dalam siaran pers YDBA, Minggu (21/7/2024).

Tahun ini, Astra melalui YDBA tengah melakukan pembinaan kepada 1.328 UMKM aktif. (mzk)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved