Mahasiswa UIN Walisongo Gelar Aksi di Tugu Muda, Peringati "September Hitam" dan Tuntut Keadilan HAM
Puluhan aktivis PMII UIN Walisongo demo di Tugu Muda, Semarang, peringati September Hitam dan tuntut penyelesaian kasus HAM yang belum terungkap.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Puluhan aktivis dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Dakwah Komisariat UIN Walisongo Semarang melakukan aksi demonstrasi di Kawasan Tugu Muda, Kota Semarang, Sabtu (5/10/2024) sore.
Unjuk rasa ini merupakan kegiatan puncak para mahasiswa dalam memperingati September Hitam yakni catatan tragis sejumlah pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia di antaranya Kasus Munir (2004), #ReformasiDikorupsi (2019), dan Kanjuruhan (2022).
Berbagai isu lokal juga diangkat dalam aksi tersebut meliputi konflik agraria yang dialami petani Pundenrejo, Pati dan isu ekologis pesisir Kota Semarang.
"Aksi kali ini tentunya untuk merefleksikan kejadian di masa lalu yang hingga kini ada beberapa kasus belum terpecahkan," ujar Ketua 2 PMII Rayon Dakwah Komisariat UIN Walisongo Semarang, Malikal Mulky.
Selama aksi dilakukan, para mahasiswa membentangkan spanduk terkait isu penghilangan aktivis, represifitas aparat, dan berbagai kasus yang kunjung terungkap. Aksi juga diwarnai orasi dan teatrikal puisi dan lainnya.
Menurut Malikal, aksi ini untuk memperpanjang perlawanan selepas para mahasiswa menggelar berbagai acara diskusi soal September Hitam.
Serangkaian kegiatan itu dilakukan untuk memantik kesadaran para mahasiswa dalam mempertajam kepekaan isu sosial politik yang belum terselesaikan.
"Masih ada beberapa kasus pelanggaran HAM yang belum terselesaikan sehingga kami ingatkan dan refleksikan bersama-sama," ungkapnya.
Pihaknya berharap, pemerintah tak lagi abai terhadap berbagai isu pelanggaran HAM yang masih menggantung seperti tragedi Kanjuruhan yang mana keadilan bagi 135 korban masih abu-abu.
"Begitupun sikap aparat yang seharusnya tak perlu lagi represif kepada rakyat," terangnya.
Sementara Ketua Korps PMII Putri (Kopri) Siti Nuryatul Khoiriyyah mengatakan, September Hitam merupakan peringatan penting untuk mengingat korban pelanggaran HAM dari kalangan perempuan di antaranya Marsinah aktivis buruh perempuan yang terbunuh pada Mei 1993.
Adanya kegiatan ini, lanjut dia, perempuan perlu menyuarakan adanya ketidakadilan dan ketidaksetaraan di segala bidang baik sosial, politik, pendidikan, dan bidang lainnya. "Kami berpendapat laki-laki di segala bidang diunggulkan sedangkan wanita masih terpinggirkan," terangnya.
Nuri menyebut, isu perempuan masih menjadi pekerjaan rumah di negara ini. "Kami berharap laki-laki dan perempuan harus mendapatkan hak dan kedudukan yang setara tanpa ketimpangan atau termarjinalkan," tandasnya. (Iwn)
Berawan, Berikut Prakiraan Cuaca Kota Semarang Hari Ini Sabtu 20 September 2025 |
![]() |
---|
Program 'Keluarga Cemara' Kota Semarang Mulai Berjalan, Ini Respon Para Ibu |
![]() |
---|
Adi Prinantyo Tantang Pelari Pecah Rekor Baru di Ajang Semarang 10K 2025 |
![]() |
---|
Gelar Apel Semarang Damai, Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Komitmen Wujudkan Kondusifitas |
![]() |
---|
Mulai Berjalan, Program Keluarga Cemara Kota Semarang Diapresiasi Bumil |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.