Ekonomi Bisnis
Kisah Sritex, Dijuluki Raja Tekstil, Sukses Lewati Krisis dan Dipercaya NATO, Kini Utang Rp24,8 T
Peristiwa bangkrutnya PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) alias PT Sritex masih menjadi perbincangan hangat berbagai kalangan.
TRIBUNJATENG.COM - Peristiwa bangkrutnya PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) alias PT Sritex masih menjadi perbincangan hangat berbagai kalangan.
Sebab perusahaan tekstil yang kondang di kancah nasional bahkan internasional ini sebelumnya tak menunjukkan persoalan serius menyangkut eksistensinya di dunia industri Tanah Air.
Namun fakta bangkrutnya Raja Tekstil asal Indonesia ini memang tak terbantahkan. Kebangkrutan ini diumumkan oleh Hakim Pengadilan Negeri Semarang (PN Semarang) Ketua Moch Ansor.
Dalam surat putusan perkara 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg disebutkan bahwa , PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex telah gagal memenuhi kewajiban pembayaran utangnya kepada PT Indo Bharat Rayon. Hingga akhinya dinyatakan PT Sritex pailit.
Berdasarkan data Tim Pengurus PKPU Sritex, total tagihan utang Sritex saat ini mencapai 1,60 miliar dolar AS atau setara Rp 24,8 triliun.
Sementara kewajiban jangka pendek Sritex membengkak 131,42 juta dolar AS (Rp 2,04 triliun), dengan 11,34 juta dolar AS (Rp 176 miliar) di antaranya merupakan utang bank jangka pendek ke Bank Central Asia (BCA).
Kemudian 1,47 miliar dolar AS (Rp 22,78 triliun) jadi kewajiban jangka panjang, dan sebesar 810 juta dolar AS (Rp 12,55 triliun) merupakan utang bank.
Baca juga: INFOGRAFIS Perusahaan Tekstil Terbesar di Asia Tenggara Sritex Diputus Pailit PN Semarang
Baca juga: Kunjungi PT Sritex, Gibran Rakabuming Singgung Masalah Hilirisasi

Pemilik Sritex
Kebangkrutan Sritex imbas utang yang membengkak sontak memicu pertanyaan publik, mengingat pabrik tekstil satu ini pernah menguasai pangsa Asia hingga didapuk jadi produsen seragam militer untuk NATO dan tentara Jerman. Lalu siapa sosok di balik manajemen Sritex?
Melansir website resmi perusahaan, Sritex didirikan 1966 oleh H.M Lukminto, Sritex Awalnya dibangun di Pasar Klewer, Solo sebagai perusahaan perdagangan tradisional.
Kemudian di tahun 1978, Sritex mulai mendaftarkan diri sebagai Perseroan terbatas dalam Kementerian Perdagangan.
Di tangan Lukminto Sritex sukses menjadi raja tekstil Indonesia hingga dilirik sebagai menjadi produsen seragam militer untuk NATO dan tentara Jerman.
Bahkan di saat Indonesia dihantam krisis moneter, Sritex berhasil melipatgandakan pertumbuhannya sampai delapan kali lipat, sahamnya melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2013 dengan kode SRIL.
Namun di tahun 2014, Lukminto dilaporkan meninggal dunia. Sepeninggalan Lukminto PT Sritex mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk membahas perombakan manajemen.
Iwan Setiawan Lukminto, yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama, kini diangkat sebagai Komisaris Utama. Sementara, posisi Direktur Utama kini dipegang oleh Iwan Kurniawan Lukminto, yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Direktur Utama.
Biaya Pendidikan Sebabkan Inflasi di Jateng pada Tahun Ajaran Baru |
![]() |
---|
Dampak Tarif 0 Persen Untuk Amerika, Pengusaha Siapkan Strategi Efisiensi |
![]() |
---|
Ratri Bintari Ekowati Raup Cuan dari Kain Perca yang Jadi Beragam Produk Bernilai Ekonomis |
![]() |
---|
Komut Pertamina Iwan Bule Apresiasi Penjualan Pertamax Green di Semarang |
![]() |
---|
Auksi Lakukan Pembaruan Platform Lelang dan Relokasi Pool demi Kenyamanan Pelanggan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.