Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Program PINTAR

Pelatihan Pengembangan Sumber Baca Berbasis Go Green dengan Bantuan QR Code

Pelatihan ini didesain untuk memanfaatkan QR Code sebagai sarana akses bacaan dari lingkungan sekitar

Penulis: Awaliyah P | Editor: galih permadi
YOUTUBE
Pelatihan Pengembangan Sumber Baca Berbasis Go Green dengan Bantuan QR Code 

Pelatihan Pengembangan Sumber Baca Berbasis Go Green dengan Bantuan QR Code

TRIBUNJATENG.COM - Tanoto Foundation melalui Tim Green Squad meluncurkan program pelatihan pengembangan sumber baca berbasis Go Green yang mengintegrasikan teknologi QR Code.

Inisiatif ini bertujuan memudahkan akses informasi bagi siswa sekaligus meningkatkan kesadaran lingkungan.

Pelatihan ini melibatkan 50 guru dari 31 sekolah di Kecamatan Mijen, Semarang.

Ketua Tim Pasca Perubahan 2.0 Tanoto Foundation sekaligus Kepala SDN Jatisari Semarang, Lia Maylani Hendriyanti, M.Pd., menjelaskan bahwa nama "Tim Green Squad" dipilih untuk mencerminkan tujuan program.

"Karena memang ini tujuannya nanti untuk membuat sumber bacaan dari Go Green," ujar Lia.

Konsep ini terinspirasi dari suasana asri Kecamatan Mijen yang dikelilingi fasilitas tumbuhan.

Pelatihan ini didesain untuk memanfaatkan QR Code sebagai sarana akses bacaan dari lingkungan sekitar, yang dapat diakses siswa baik di sekolah maupun di rumah.

Lia menekankan bahwa QR Code mempermudah akses dan sangat praktis bagi siswa, bahkan di luar lingkungan sekolah.

"Untuk QR Code itu sendiri pembuatannya memang mudah ya. Karena saat ini, IT memang mudah dijangkau. Kemudian QR Code bisa dideteksi oleh HP anak-anak baik itu di sekolah maupun di rumah. Tidak harus yang ada di sekolahan, tapi bisa disimpan dalam bentuk PDF dan dibawa pulang ke rumah," jelas Lia.

Lingkungan hijau Mijen dipilih sebagai inspirasi utama, yang menurut Lia dapat menghubungkan siswa dengan alam dan menciptakan pengalaman belajar yang relevan.

"Mijen itu suasananya asri karena memang masuk daerah bukit sehingga banyak fasilitas tumbuhan yang ditanam di daerah sana. Yang kedua, saya tinggal di Mijen sehingga sering menemukan di beberapa sekolah sumber bacaannya belum tersedia dalam bentuk digital," katanya.

Lia juga menambahkan bahwa tumbuhan menjadi objek utama pembelajaran dalam sumber bacaan yang dikembangkan oleh guru.

"Go Green memudahkan mencari tema sumber bacaan. Sehingga apa yang ada di lingkungan sekolah salah satu contohnya adalah tumbuhan," ungkap Lia.

Sebanyak 50 guru dari sekolah negeri maupun swasta di Mijen menunjukkan antusiasme yang besar dalam pelatihan ini.

"Kita ambil dari seluruh sekolah swasta dan negeri di Kecamatan Mijen. Antusiasnya banyak sekali. Saat ini bapak/ibu guru tersebut sudah kita data, sudah bisa membuat data bacaan dalam bentuk QR Code," ujar Lia.

Pelatihan ini telah menghasilkan dampak positif pada kualitas pengajaran.

Guru yang terlibat kini mampu membuat bahan bacaan sendiri, sehingga lebih paham tantangan yang dihadapi siswa saat membaca.

"Manfaatnya, untuk ibu/bapak guru saat ini sudah bisa membuat bahan bacaan sendiri. Sehingga dari kemampuan ibu/bapak guru untuk membuat sumber bacaan itu bisa tahu bagaimana kesulitan anak membaca," jelas Lia.

Lia juga menyampaikan bahwa siswa sangat senang dengan metode pembelajaran yang memungkinkan mereka belajar di luar kelas.

Bahkan konsep ini mampu meningkatkan konsentrasi dan keterlibatan siswa dalam belajar.

"Kami kemarin juga mewawancarai siswa, ternyata senang karena bisa belajar di luar," katanya.

Lebih lanjut, Lia berharap program ini dapat diperluas ke sekolah-sekolah lain di Kota Semarang agar semakin banyak siswa yang mendapatkan manfaat dari literasi berbasis lingkungan dan teknologi.

"Harapan kami tidak hanya di Mijen saja, nanti kalau ada kesempatan bisa digunakan di sekolah lain," ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa meskipun ada tantangan terkait penggunaan handphone di sekolah, dengan pengaturan yang bijak, perangkat tersebut dapat mendukung literasi siswa.

"Ada beberapa sekolah yang ada larangan membawa HP, ketika itu memang sedang dalam pembelajaran itu boleh membawa HP. Kemudian setelah selesai HP itu harus disimpan dulu di tempat guru dan hanya diberikan di jam-jam tertentu."

Melalui pelatihan ini, Lia berharap agar siswa tidak hanya memahami sumber bacaan, tetapi juga bisa memanfaatkan gadget dengan bijak dan produktif.

"Harapan kami, pendidikan saat ini IT-nya memang lebih berkembang sehingga kita bisa memberikan hal-hal yang positif dari fungsi gadget itu sendiri atau IT itu sendiri," tutup Lia. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved