Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Kota Semarang Mulai Inflasi, Emas Jadi Komoditas Paling Berpengaruh

Inflasi yang terjadi saat ini di Kota Semarang diklaim suatu hal yang bagus menurut BPS pasca beberapa bulan terakhir mengalami deflasi. 

Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/EKA YULIANTI FAJLIN
Kepala BPS Kota Semarang, Rudi Cahyono membuka Seminar Statistik Harga: Inflasi dan Daya Beli, di Khas Hotel Semarang, Rabu (6/11/2024). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kota Semarang mulai mengalami inflasi pasca beberapa bulan terakhir terjadi deflasi berturut-turut.

Inflasi ini menandakan perekonomian ibu kota Jawa Tengah membaik. 

Kepala BPS Kota Semarang, Rudi Cahyono mengatakan, inflasi yang terjadi saat ini merupakan suatu hal yang bagus pasca beberapa bulan terakhir mengalami deflasi. 

Baca juga: Mahasiswa Unnes Tewas Kecelakaan di Semarang, Tubuh AB Terlindas Truk, Terjatuh Saat Hendak Menyalip

Baca juga: PTPS Resmi dilantik, Siap Awasi 2.358 TPS di Kota Semarang

Data BPS menunjukan deflasi di Kota Semarang terjadi selama lima kali yakni pada Januari deflasi -0,11 persen.

Kemudian kembali deflasi pada Mei hingga Agustus secara berturut-turut.

Deflasi pada Mei 2024 sebesar -0,21 persen, Juni sebesar -0,26 persen, Juli sebesar -0,13 persen, dan Agustus -0,04 persen. 

Kondisi perekonomian mulai membaik pada September 2024, dimana sudah mulai terjadi inflasi pada angka 0,01 persen.

Sedangkan, inflasi Oktober 2024 sebesar 0,2 persen. 

"Semarang setelah sebelumnya beberapa bulan mengalami deflasi, ini sudah inflasi."

"Menurut kami, ini sesuatu yang bagus," ujar Rudi saat Seminar Statistik Harga: Inflasi dan Daya Beli di Khas Hotel Semarang, Rabu (6/11/2024). 

Rudi menjelaskan, deflasi mengindikasikan adanya pelemahan daya beli masyarakat.

Deflasi ini terjadi karena beberapa faktor, antara lain kondisi pemutusan hubungan kerja (PHK), adanya informasi terkait kelompok kelas menengah yang turun, dan lain sebagainya. 

"Menurut kami , inflasi saat ini patut disyukuri dan kami harapkan target pemerintah menjaga inflasi di kisara 1,5 - 3,5 persen pada akhir tahun bisa tercapai," paparnya. 

Rudi menyebut, ada beberapa faktor yang menyebabkan infasi di antaranya dari sisi pendapatan rumah tangga mulai membaik.

Sementara ada beberapa komoditas yang andil dalam memicu inflasi di ibu kota Jawa Tengah antara lain emas sebesar 0,057 persen.

Bahan bakar rumah tangga 0,046 persen, daging ayam ras 0,039 persen, upah asisten rumah tangga 0,034 persen, dan nasi dengan lauk sebesar 0,033 persen. 

"Emas jadi pendorong inflasi bisa mengindikasikan juga masyarakat, khawatir kondisi ekonomi ke depan seperti apa."

"Kemudian, lari ke emas."

"Jadi, saving emas."

"Itu menyebabkan harga emas melonjak karena permintaan naik," jelasnya. 

Baca juga: Modus Pecah Kaca Mobil Marak di Semarang, 2 Kejadian dalam Sehari, Ratusan Juta Rupiah Raib

Baca juga: Calon Wali Kota Semarang Yoyok Sukawi Imbau Pendukung Tetap Santun Jelang Debat Kedua

Sementara itu, perwakilan BPS Jawa Tengah, Rully Sutansyah Effendy mengatakan, Jawa Tengah juga sempat mengalami deflasi lima kali sepanjang 2024 yakni pada Januari sebesar -0,08 persen.

Kemudian empat bulan berturut-turut yaitu Mei sebesar -0,22 persen, Juni -0,28 persen, Juli -0,13 persen, dan Agustus -0,07 persen. 

Kondisi Jawa Tengah mulai membaik pada September yang mulai mengalami inflasi dengan angka 0,05 persen.

Kemudian, Oktober sebesar 0,19 persen. 

"Deflasi kalau berturut-turut nggak bagus." 

"Di Semarang, 2024, pernah terjadi deflasi lima kali, berturut-turut 4 bulan."

"Mei, Juni, Juli, dan Agustus 2024."

"Di Jawa Tengah juga terjadi deflasi."

"Secara nasional, September masih deflasi, tapi di Jawa Tengah dan Semarang sudah tidak deflasi," jelasnya. 

Rully menjelaskan, Jawa Tengah tidak mengalami deflasi pada September 2024.

Salah satu penyebab inflasi karena adanya penyesuaian harga eceran tertinggi pada gas LPG 3 kilogram. 

"Pada 22 Agusuts 2024, Pj Gubernur menandatangani pergub penyesuaian harga eceran tertinggi BBM rumah tangga LPG 3 kilogram semula Rp 15.500 disesuaikan menjadi Rp18.000."

"Itu harga di pangkalan," sebutnya. 

Penyesuaian harga ini, lanjut dia, mendorong terjadinya inflasi dengan meningkatkan daya biaya pembelian gas. (*)

Baca juga: Viral Video Guru Botaki Siswi SD di Cianjur, Alasannya Rambut Banyak Kutu

Baca juga: Pemuda Banyumas Ngaku Terima Imbalan Rp250 Ribu Tiap Minggu, Kerja Promosikan Situs Judi Online

Baca juga: Wayang Orang Sriwedari Bakal Hibur Pengunjung Taman Balekambang Solo, Mulai Akhir Tahun Ini

Baca juga: Hasil Lipat dan Sortir Surat Suara Pilgub Jateng 2024 Selama 2 Hari, KPU Blora: 510 Lembar Rusak

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved