Kabupaten Semarang
Temuan Audit 2 Desa Rawan Stunting di Kabupaten Semarang: Ada 16 Bayi Belum Miliki JKN
10 bayi bawah dua tahun berkategori pendek dan sebelas lainnya memiliki berat badan kurang dari hasil audit kasus stunting Pemkab Semarang.
Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: deni setiawan
TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan KB (DP3AKB) Kabupaten Semarang telah melakukan audit stunting semester 2 tahun 2024 di dua desa rawan kasus atau risiko tinggi stunting.
Dua desa tersebut yakni Desa Sepakung Kecamatan Banyubiru dan Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur.
Plt Kepala DP3AKB Kabupaten Semarang, Dwi Syaiful Noor Hidayat mengungkapkan, penanganan kasus stunting dilakukan secara intensif.
Baca juga: Merdeka Belajar Kampus Merdeka STIKES Telogorejo Semarang dengan BNN Provinsi Jawa Tengah
Baca juga: Nobar Indonesia Vs Saudi Arabia di Rooms Inc Semarang: Semarakkan dengan Antusiasme Bersama!
Intervensi dilakukan secara personal per nama per alamat (by name by addres) pada bayi usia di bawah dua tahun (baduta), sehingga menurut dia, hasil yang didapat bisa sesuai kebutuhan.
Dia menyebutkan, hasilnya ditemukan 10 baduta termasuk kategori pendek dan sebelas lainnya memiliki berat badan kurang.
Terdapat juga 16 baduta yang belum memiliki asuransi kesehatan atau JKN.
“Kami akan segera tindaklanjuti untuk membantu (mendapatkan kartu kepesertaan JKN)," kata Syaiful saat pemaparan hasil audit tersebut di aula Kantor DPU Kabupaten Semarang, Jalan Hasyim Ashari, Ungaran Barat, Selasa (19/11/2024).
Dalam audit tersebut, lanjut dia, ditemukan juga calon pengantin yang mengalami anemia dan berisiko kekurangan energi kronik.
Terdapat juga 15 ibu hamil yang mengalami masalah serupa.
Dari data Dinkes Kabupaten Semarang, secara keseluruhan wilayah, angka prevalensi stunting di Kabupaten Semarang dari awal 2024 hingga September tercatat mencapai 3,1 persen.
Angka tersebut merupakan angka terendah kedua Jawa Tengah setelah Kota Semarang.
"Meski memiliki kecenderungan menurun, kami akan terus tangani sampai mendekati zero stunting,” imbuh Syaiful.
Sementara itu, Plt Bupati Semarang, Basari mengimbau kepada para petugas penyuluh lapangan KB, petugas kesehatan di Puskesmas untuk menggunakan hati nurani saat ikut serta menangani kasus stunting.
Menurut Basari, pekerjaan terkait penanganan stunting memerlukan jiwa kemanusiaan yang tinggi dan tak sekadar mengharapkan upah.
“Kami berharap bekerja dengan ikhlas untuk kemanusiaan,” pungkas dia. (*)
Baca juga: UMK Karanganyar 2025, Serikat Pekerja Berharap Ada Kenaikan dan Masih Tertinggi se-Solo Raya
Baca juga: Program KBS Fallas-Ridwan Solusi Konkret Persoalan Kemiskinan di Batang
Baca juga: 2 Perusahaan China Didukung BTN Investasi Rp900 Miliar di KIT Batang, Bakal Serap Ribuan Pekerja
Baca juga: Keren! Desa Wisata Pesona Gunung Prau Wonosobo Raih Juara 1 ADWI 2024 Kategori Resiliensi
pemkab semarang
stunting
Penanganan Stunting Kabupaten Semarang
Desa Rawan Stunting di Kabupaten Semarang
kesehatan
Dinkes Kabupaten Semarang
DP3AKB Kabupaten Semarang
Dwi Syaiful Noor Hidayat
M Basari
Bupati Ngesti Fokus Prioritaskan Beasiswa Disabilitas di Kabupaten Semarang |
![]() |
---|
250 Anak Bertalenta Khusus Unjuk Prestasi di Ajang Special Olympics Kabupaten Semarang 2025 |
![]() |
---|
Kantor Kelurahan Jadi Gudang Dadakan, Warga Borong Beras SPHP Murah di Bandarjo Ungaran Rp58 Ribu |
![]() |
---|
Barang Bukti Sabu, Ganja, Pil Terlarang di Kabupaten Semarang Dibakar dan Diblender |
![]() |
---|
Pemkab Semarang Tingkatkan Ketahanan Pangan: Dorong Petani Muda Hingga Alsintan Modern |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.