Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Dilema Petani Jawa Tengah Hadapi Fluktuasi Harga, Jual Cabai Kering Agar Harga Tetap Stabil

Komoditas cabai yang rentan mengalami fluktuasi harga, menjadi tantangan bagi petani di Jawa Tengah.

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG/Idayatul Rohmah
Ketua Forum Petani Champion Jateng, Sun'an menunjukkan cabai kering saat membuka stand di Semarang, pekan ini. 


Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Ndari Surjaningsih mengungkapkan, kelompok makanan bergejolak seperti cabai dan bawang merah menjadi tantangan pengendalian inflasi di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah.


Menurutnya, fluktuasi harga pada komoditas ini terjadi karena sifatnya yang musiman, di mana pasokan dapat melimpah pada bulan tertentu, tetapi mengalami kekurangan di bulan berikutnya, menyebabkan inflasi yang tidak stabil.


Untuk mengatasi masalah ini, Ndari menekankan pentingnya stabilisasi pasokan dengan mengolah produk makanan agar lebih awet.


"Salah satu caranya adalah ketika sedang panen, diolah sedemikian rupa agar awet. Misalnya ada cabai dikeringkan sedemikian rupa, baik dengan sinar matahari maupun alat canggih sehingga dia bisa bertahan setidaknya setahun, agar bisa digunakan sepanjang waktu termasuk ketika harga cabai sedang naik," jelasnya.


Dia menambahkan, untuk mendukung hal tersebut, Bank Indonesia bekerjasama dengan 30 pelaku kuliner dari sekolah menengah kejuruan (SMK) dan pondok pesantren (ponpes) untuk mensosialisasikan penggunaan cabai kering dan pasta dalam pengolahan makanan.


Diharapkan, para pelaku kuliner akan memperoleh pengalaman langsung dalam memanfaatkan produk yang lebih tahan lama, sehingga dapat berkontribusi dalam pengendalian harga bahan pangan.


“Dengan melakukan sosialisasi penggunaan produk yang dapat menjaga stabilitas harga, kita berharap dapat menekan inflasi dan mendukung pengembangan UMKM halal yang bisa diterima oleh semua pelaku usaha dan konsumen,” jelas Ndari.


Ndari juga menambahkan, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan waktu dan perubahan pola pikir masyarakat.


"Untuk menuju proses kesana dibutuhkan waktu, karena ini kita mengubah mindset atau habit masyarakat," ungkapnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved