Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kudus

Pengolahan Sampah Semar Hijau di Kudus Ciptakan Peluang Ekonomi dari Masalah

Segelintir warga peduli terhadap lingkungan tergabung dalam Karangturana Bahurekso mampu menyulap sebuah masalah lingkungan menjadi peluang ekonomi. 

Penulis: Saiful Ma sum | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG/SAIFUL MA'SUM
Sejumlah warga yang tergabung dalam Karang Taruna Bahurekso di Desa Sidorekso, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus mendaur ulang sampah plastik menjadi BBM dengan menggunakan mesin pirolisis, baru-baru ini.  

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Hal positif bisa dimulai oleh siapa saja, dari hal kecil tumbuh menjadi sesuatu yang bernilai untuk memberikan manfaat bagi masyarakat luas. 

Seperti yang sudah dilakukan sebuah kelompok kecil di Desa Sidorekso, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus.

Segelintir warga peduli terhadap lingkungan tergabung dalam Karang Taruna Bahurekso mampu menyulap sebuah masalah lingkungan menjadi peluang ekonomi. 

Baca juga: Bendung Gerak Lodji Kota Pekalongan Dilengkapi Alat Pengambil Sampah Otomatis

Ya, masalah yang dimaksud adalah persoalan sampah didaur ulang dengan konsep Semar Hijau untuk menyelesaikan sampah di tingkat desa. 

Tiga orang di dalam Karang Taruna Bahurekso muncul sebagai agen peduli lingkungan sejak 2022 pasca pandemi covid-19.

Bermula dari kegiatan memilah sampah sederhana guna mengurangi sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), kini sudah tumbuh menjadi poros pengolahan sampah di tingkat Desa Sidorekso.

Meski baru tiga tahun Karangturana Bahurekso menjelma sebagai agen pemerhati lingkungan, sudah bisa mendaur ulang sampah organik menjadi kompos, dan sampah anorganik menjadi bahan bakar minyak (BBM).

Tak tanggung-tanggung, dimotori tiga orang saja, hasilnya mampu mereduksi produksi sampah hingga 1 ton per hari di tingkat desa. Juga mampu mengolah 3-4 ton sampah sudah dipilah setiap harinya. 

Ketua Karang Taruna Bahurekso Desa Sidorekso, Siswanto (46) menyampaikan, menjadi agen pemerhati lingkungan tidaklah mudah. Butuh tekat yang kuat agar bisa mengabdikan diri untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat, terutama dalam hal penanganan sampah.

Menurut dia, persoalan sampah tidak akan selesai jika tidak ada yang mau mengawali.

Meski terlihat sulit, dan teramat mustahil diselesaikan 100 persen, namun setiap persoalan masih bisa diminimalkan melalui aksi kecil yang bisa saja tumbuh menggerakkan kepedulian nasional.

Dimulai dari Kota Kretek, daerah di mana terdapat support system berupa Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF), mampu menggerakkan kelompok-kelompok kecil peduli terhadap lingkungannya.

"Sebenarnya apa yang kami lakukan pada awalnya prihatin melihat sampah lagi dan lagi hanya ditumpuk di TPA. Itu bukan solusi, hanya memindahkan masalah dari satu tempat ke tempat lain. Pada akhirnya, masalah itu masih ada dan terus bertambah," terangnya kepada tribunjateng.com, Kamis (28/11/2024).

Karang Taruna Bahurekso muncul dengan membawa misi "Tuntaskan Sampah di Tingkat Desa". 

Dimulai dari sistem daur ulang sampah organik menjadi kompos, kini sudah bisa menyulap sampah plastik menjadi bahan bakar minyak. 

Seperti solar dan juga BBM jenis pertalite/pertamax.

"Awalnya semua manual, kami lakukan semampunya. Waktu itu baru sebatas daur ulang sampah organik jadi kompos, kemudian sampah plastik jadi kerajinan. Setelah itu, apa yang kami lakukan mandiri mendapat dukungan alat dari Pemerintah Desa Sidorekso untuk menujang gerakan kami. Tentu sangat senang," ujar dia. 

Aksi kecil yang dilakukan Siswanto bersama dua temannya mampu menghadirkan alat pemilah sampah (komposis), alat pengolah plastik menjadi BBM melalui skema pirolisis, serta alat Incinerator untuk pembakaran sampah residu.

Tiga komponen alat tersebut menunjang gerakan yang dibangun Karangtaruna Bahurekso melalui kolaborasi bersama untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan menyehatkan. 

"Sekuat apapun sistem yang dibangun untuk menangani sampah, akan lebih berat dijalankan kalau kesadaran masyarakatnya belum tumbuh. Ini yang coba kami lakukan, sistemnya kami bangun, edukasinya juga tetap jalan. Kami mulai dalam sekup kecil tingkat desa, di mana masyarakatnya harus sudah sadar memilah sampah," tuturnya.

Saat ini, Siswanto dan teman-temannya melakukan daur ulang sampah yang sudah dipilah setiap harinya dengan bantuan alat. 

Semua sampah organik yang masuk dijadikan kompos, sampah plastik menjadi BBM, dan sisanya jenis sampah tak bisa diolah seperti aluminimum foil, pempers, dan jenis sampah residu lainnya dibakar dengan mesin Incinerator.

Dengan skema tersebut, masalah sampah di Desa Sidorekso Kaliwungu Kudus dengan jumlah produksi sampah mencapai lima ton per hari tuntas di tingkat desa. 

Dengan rincian, skema pemilahan sampah dari keluarga bisa mereduksi produksi sampah hingga satu ton per hari. Selebihnya 3-4 ton didaur ulang menjadi kompos, BBM, dan dibakar menggunakan mesin. 

"Tujuan kami saat ini masih fokus ke desa. Selesaikan dan habiskan masalah sampah, didukung dengan kebijakan-kebijakan yang membangun kesadaran masyarakat pentingnya menjaga lingkungan," tegasnya. 

Sejumlah warga yang tergabung dalam Karangtaruna Bahurekso di Desa Sidorekso, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus mendaur ulang sampah plastik menjadi BBM dengan menggunakan mesin pirolisis, baru-baru ini.
Sejumlah warga yang tergabung dalam Karangtaruna Bahurekso di Desa Sidorekso, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus mendaur ulang sampah plastik menjadi BBM dengan menggunakan mesin pirolisis, baru-baru ini. (TRIBUNJATENG/SAIFUL MA'SUM)

Produksi BBM 25-30 liter per hari

Karang Taruna Bahurekso Desa Sidorekso saat ini mampu memproduksi 25-30 liter BBM per hari.

Sementara pengolahan sampah menjadi kompos mencapai 2-3 kuintal per hari. 

Setiap pengolahan plastik menjadi BBM, hasilnya 60 persen menjadi solar, 30 persen manjadi bensin jenis pertalit atau pertamax, dan 10 persennya dalam bentuk air.

Hasil dari pengolahan plastik menjadi BBM dikonsumsi oleh masyarakat seperti petani dengan harga jual relatif rendah Rp 8.000 per liter. 

Hasil dari penjualan digunakan untuk kebutuhan operasional karangtaruna agar tetap produktif setiap hari. 
 
"Keterbatasan alat masih sederhana, jadi belum bisa mendaur ulang secara massal. Inginnya bisa merambah ke desa sekitar, atau minimal bisa ditiru oleh desa-desa lain. Barangkali kegiatan sederhana kami bisa diterapkan di skala yang lebih luas," harap dia. 

Manfaatkan Pupuk Kompos Untuk Pembibitan Tanaman

Pupuk kompos yang dihasilkan dari daur ulang sampah organik digunakan untuk pengembangan pembibitan di rumah proklim desa setempat.

Meliputi pembibitan jenis tanaman sayur seperti cabai, tomat, aneka ragam sayuran, tanaman bunga, dan juga pembibitan tanaman keras untuk kebutuhan pengijauan dan konservasi alam.

Sebagian kompos lainnya bisa dimanfaatkan masyarakat sekitar cuma-cuma bagi yang membutuhkan.

Supaya masyarakat juga ikut merasakan hasil dari upaya memilah sampah dari rumah.

Rencananya, Karang Taruna Bahurekso Desa Sidorekso diproyeksikan menerima bantuan TPS 3R dari kementerian berupa gedung atau gudang pengolahan sampah, alat pencacah plastik, alat press plastik, mesin komposis, dan satu unit Bentor. 

Nantinya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas pengolahan sampah di Desa Sidorekso dan sekitarnya.

Serta memunculkan kreasi dan inovasi lain dalam pengolahan sampah menjadi produk-produk bernilai jual. 

Siswanto juga berharap kesadaran masyarakat dalam memilah sampah dari rumah terus meningkat dan meluas. 

Baca juga: Gandeng Svarnaloka, Pemkot Semarang Kelola Sampah Organik Lewat Budidaya Maggot

Bertujuan agar program positif pengolahan sampah oleh Karangtaruna Bahurekso diikuti kelompok-kelompok kecil lainnya di Kabupaten Kudus

Untuk menggerakkan kepedulian bersama antara pemerintah daerah dengan masyarakat, juga pihak-pihak terkait yang konsern di bidang kepedulian lingkungan dan alam, seperti halnya Bakti Lingkungan Djarum Foundation. 

"Kami siap jadi pilot project desa-desa lain dalam hal penanganan sampah di Kudus. Kedala kami masih belum punya gudang sebagai tempat penampungan sementara sampah saat musim hujan. Karena sampah yang mau didiaur ulang menjadi BBM harus dalam keadaan kering. Tapi Alhamdulillah sampah produksi masyarakat Desa Sidorekso sudah habis di tingkat desa, hanya sebagian kecil saja sampah yang tidak bisa kami olah dibuang ke TPA," jelas dia. (Sam)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved