UMKM
Perjuangan Supriyanti Sulap Nasi Jagung Jadi Makanan Berkelas yang Mendunia
Nasi jagung menjadi bagian dari tradisi kuliner masyarakat Indonesia sejak dahulu kala. Khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Nasi jagung menjadi bagian dari tradisi kuliner masyarakat Indonesia sejak dahulu kala. Khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah yang sulit ditanami padi.
Namun seiring perkembangan zaman, jenis pangan ini mulai susah ditemui. Masyarakat lebih familiar dengan nasi dari beras padi.
Parahnya, pangan lokal nonberas seperti jagung dan singkong kerap mendapat stereotip, serta dianggap makanan kelas dua yang identik dengan kemiskinan.
Persepsi inilah yang coba ditepis Supriyanti, pelaku usaha UMKM yang memproduksi nasi jagung di Desa Pucungbedug, Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara.
Lewat usahanya dengan brand Loyangku Gubug Eva, Supriyanti berhasil menyulap pangan tradisional jagung menjadi makanan berkelas.
Di desanya yang tak teraliri irigasi, jagung menjadi komoditas utama petani. Supriyanti tak ingin menyiakan potensi ini.
Jagung yang murah saat dijual mentah, akan lebih bernilai jika diolah. Pemasaran nasi jagung pun tak susah karena menjadi sumber pangan di luar beras.
"Dari SMP saya sudah jualan. Kemudian SMA, sampai sekarang. Awalnya saya jual nasi jagung (loyang) ke pasar," katanya saat ditemui di rumah, Sabtu (30/11/2024)
Meski laku di pasaran desa, Supriyanti tak puas di situ saja. Ia ingin produk nasi jagungnya diterima masyarakat kota.
Tahun 2022, ia mencoba membidik pasar yang beda. Di situ kreativitasnya menyala.
Ia mempelajari selera pasar masyarakat modern yang cenderung menyukai makanan cepat saji.
Sementara nasi jagung yang biasa dijual selama ini, masih harus melalui proses atau dimasak dulu agar bisa dinikmati.
Supriyanti pun menjajal memproduksi nasi jagung yang lebih praktis untuk dikonsumsi.
Ia melakukan trial (uji coba) berkali-kali sampai menghasilkan produk bermutu tinggi.
Dari produk kemasannya yang elegan, bahan nasi jagung tidak harus dimasak dahulu untuk bisa dinikmati.
Pelanggan cukup menyeduhnya dengan air, lalu mencampurnya dengan bumbu dan taburan teri atau abon yang ada dalam kemasan.
Tak disangka, kehadiran produk inovatifnya ini ternyata mendapat respon positif dari konsumen.
Ketika Pelaku UMKM Dapat Ilmu Mengubah Resep Tradisional Dengan Inovasi Masa Kini Oleh Para Chef |
![]() |
---|
UMKM Di Jateng Didorong Perluas Pasar, Ini Cara Agar Bisa Masuk Toko Oleh-Oleh |
![]() |
---|
Mendulang Rupiah Lewat Kerajinan Kayu, Kisah Arif Eko Cahyo Bertahan di Tengah Usaha Mebel Kian Sepi |
![]() |
---|
Jadi Daya Tarik Mancanegara, Kerajinan Anyaman Jateng Tembus Pasar Ekspor |
![]() |
---|
Kreativitas Berkelanjutan di Semarang, Pili Sulap Koran Bekas Jadi Produk Bernilai Jual |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.