Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Program PINTAR

Siapkan Generasi Cerdas dan Sehat, Guru Harus Aktif Terapkan Metode Pembelajaran Kreatif

Masalah stunting dan gaya hidup sehat pada anak menjadi problem kesehatan yang krusial belakangan ini.

Editor: abduh imanulhaq
IST
(Dari kiri ke kanan)  Ida Wahyu Sayekti Dinas Pendidikan Kab. Kutai Kartanegara, Ika Suryani guru SMPN 2 Semarang, Ariepina guru TK Negeri Pembina Tenggarong, Sri Nurhayati guru SDN 003 Tenggarong, M Ari Widowati selaku Head of Learning Environment Tanoto Foundation, dan Edi Gunawan dari Dinas Pendidikan Kalimantan Timur. 

TRIBUNJATENG.COM - Masalah stunting dan gaya hidup sehat pada anak menjadi problem kesehatan yang krusial belakangan ini. Anak-anak perlu memperoleh pendidikan kesehatan untuk menciptakan generasi masa depan yang cerdas dan sehat. 

Namun sering kali materi kesehatan ini tidak “sampai” pada anak karena pembelajarannya yang cenderung monoton dan tidak menarik.  
Untuk itu, diperlukan metode pembelajaran kesehatan yang kreatif dan interaktif agar anak dapat menerima, mencerna, dan menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. 

Materi-materi pembelajaran kesehatan sebenarnya sudah tersedia, seperti modul “Ayo Sehat” dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Dalam mengajarkan modul-modul tersebut, para guru mesti menyiapkan diri juga meningkatkan kapasitas dan kreativitas supaya siswa tertarik. 

Hal ini diungkapkan Edy Gunawan dari Dinas Kesehatan Kalimantan Timur yang menyatakan pengajaran kesehatan yang tepat dan menarik dapat membawa dampak positif terhadap kesehatan anak-anak.

“Guru dan para pendidik diharapkan terus mengembangkan metode pengajaran terutama yang disiapkan oleh Kemenkes. Dengan pengajaran yang metodenya tidak monoton, ujungnya ini akan mengubah perilaku peserta didik menjadi lebih sehat,” tandasnya.

Tanoto stunting 2
Dari kiri ke kanan) Ika Suryani, MPd guru SMPN 2 Semarang, Sri Nurhayati,SPd guru SDN 003 Tenggarong), dan Ariepina,SPd guru TK Negeri Pembina Tenggarong

Perlunya kreativitas dalam pembelajaran, termasuk di bidang kesehatan, diakui oleh para pendidik. Guru agama SMPN 2 Semarang Ike Suryani menyatakan siswa perlu diajari dan dibiasakan menerapkan gaya hidup sehat secara kontinyu dan menarik perhatian mereka.

Namun tak sedikit guru yang belum memiliki kemampuan tersebut. Oleh karena itu, ia melihat penting pula para guru memperoleh pembekalan dan menjalani pelatihan untuk menciptakan model dan suasana pembelajaran yang interaktif. 

Model pengajaran yang menarik ini diperlukan dalam semua bidang, baik literasi, numerasi, maupun kesehatan.
 
“Mulai bagaimana mengaplikasikan ke peserta didik dan melakukan pembiasaan pada kebiasaan sehari-hari di sekolah. Jadi saya berharap nantinya apa yang saya dapat bisa diimbaskan ke rekan lain, di sekolah, MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), dan ranah yang lebih besar,” papar Ike. 

Ike adalah salah satu guru peraih “Penghargaan Apresiasi Guru Aktif dalam Implementasi Perangkat Ajar Kesehatan” sebagai bagian dari Health Innovation Festival (HAI Fest) Kemenkes. Kompetisi ini menampilkan kreativitas para guru dalam mengajarkan materi kesehatan pada siswa. 

Model pembelajaran kreatif ini bukan hal baru bagi Ike. Sebelumnya Ike telah mengikuti pelatihan  dari Tanoto Foundation, lembaga filantropi independen di bidang pendidikan yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981, karena sekolah tempat ia mengajar menjadi mitra.

Ike tak sendiri, dua guru peserta pelatihan program PINTAR (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran) Tanoto Foundation juga meraih penghargaan, yakni Ariepina guru TK Negeri Pembina Tenggarong dan Sri Nurhayati dari SDN 003 Tenggarong.

“Selama ini saya mendapat pelatihan dari Tanoto Foundation, sehingga begitu mengikuti lomba ini tidak asing dengan materinya dan bisa mengimplementasikan dalam pembelajaran. Selain tentang literasi dan numerasi,  juga terdapat pembelajaran kesehatan yang sangat membantu pembelajaran di kelas,” tutur Ariepina.

Dia menghadapi sejumlah tantangan dalam lomba Kemenkes ini. Namun berkat modul pembelajaran Tanoto Foundation juga dukungan pemda, hal itu dapat diatasi. 

“Banyak tantangan, tapi alhamdulillah dapat kami lalui,” kata Ariepina di malam penganugerahan kompetisi tersebut di Jakarta Convention Center, Jakarta, Sabtu (9/11/2024).

Pengajar SDN 003 Tenggarong Sri Nurhayati juga berkata sudah terbiasa dengan materi pembelajaran kreatif agar anak tak bosan menyimak apa yang diajarkan guru. 

“Sebenarnya Tanoto Foundation sudah memberi pembelajaran seperti ini. Jadi  kami enggak kaget lagi dan syok ketika ada hal (materi lomba) seperti ini,” kata Sri sambil tersenyum. 

Sri berharap pelatihan pembelajaran kreatif untuk guru dapat diperluas. Ia sendiri siap untuk mendukung pengembangan model pendidikan ini supaya anak mudah memahami dan menjalankan materi-materi tersebut. 

“Ke depan saya akan melakukan sosialisasi dan diseminasi ke teman sejawat lewat rombel (rombongan belajar) di sekolah,” ujarnya. 

Kepala Seksi Penjaminan Mutu dan Kelembagaan PAUD dan Pendidikan Non-formal dan Informal (PNFI) Dinas Pendidikan Kutai Kartanegara, Ida Wahyu Sayekti, menyatakan pelatihan pembelajaran kreatif sangat dibutuhkan para guru. 

Untuk itu, Ida menyatakan, diperlukan dukungan dari semua pihak untuk mengembangkan pola pembelajaran kreatif ini. Hal ini mengingat guliran program dari pemerintah sering kali kalah cepat dari inisiatif lembaga non-pemerintah. 

“Bantuan Tanoto Foundation itu sangat berarti bagi kami terutama di sekolah-sekolah. Program menjadi lebih rutin dan intensif. Pemerintah baru melaunching, tapi Tanoto sudah melaksanakan lebih dahulu, sehingga kami sangat terbantu bahkan sampai menjadi juara tingkat  nasional,” paparnya. 

Ida berharap kolaborasi antara kementerian, pemda, dan lembaga-lembaga filantropi seperti Tanoto Foundation terus berjalan. Dengan demikian, pelatihan pembelajaran kreatif termasuk di isu kesehatan meluas ke sekolah dan guru-guru lain. 

“Ini akan kami tindaklanjuti dengan mengikuti sosialisasi di semua event, sehingga hasilnya pendidikan menjadi berkualitas dan tidak terjadi stunting dan hal-hal yang mengganggu kesehatan,” ujarnya. (*)


(

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved