Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pelajar Semarang Tewas Ditembak Polisi

Tak Ada Serempetan dan Tawuran, Fakta Lengkap Penembakan Siswa SMK Semarang: Kami Habis Makan Burjo

AD (17) korban selamat penembakan Aipda Robig Zaenudin (38) buka suara soal peristiwa malam nahas tersebut

|
Penulis: iwan Arifianto | Editor: muslimah
Iwan Arifianto
Pra-rekontruksi di tiga lokasi kejadian penembakan yang menewaskan pelajar SMK N 4 berinisial GRO (16) di Semarang Barat, Kota Semarang, Selasa (26/11/2024). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Bidang Profesi dan Pengamanan (Bidpropam) Polda Jawa Tengah melakukan sidang etik terhadap Aipda Robig Zaenudin (38) di Mapolda Jateng, Kota Semarang, Senin (9/11/2024) sore. Sidang etik digelar secara tertutup.

Wartawan tak boleh masuk ke ruangan sidang di lantai 2 ruang Propam, Mapolda Jateng.

Bahkan, wartawan sempat kecele ketika mendapatkan informasi dari kepolisian bahwa Aipda Robig melintas lewat tangga. 

Ternyata Aipda Robig digiring Propam lewat lift.

Capt foto / dok ist.

Aipda Robig Zaenudin (38) pelaku penembakan terhadap tiga pelajar Semarang mengikuti sidang etik kepolisian, Kota Semarang, Senin (9/11/2024). 
Capt foto / dok ist. Aipda Robig Zaenudin (38) pelaku penembakan terhadap tiga pelajar Semarang mengikuti sidang etik kepolisian, Kota Semarang, Senin (9/11/2024).  (istimewa)

Baca juga: Andi Prabowo, Ayah Gamma Korban Penembakan Polisi : Pecat Aipda Robig dan Copot Kapolrestabes

Selain terperiksa, sidang juga menghadirkan para saksi sekaligus korban di antaranya AD (17).

"Saya deg-degan mau ikut sidang ini. Karena tidak tahu sidang ini seperti apa," kata AD sebelum memasuki ruang sidang.

AD adalah anggota Paskibra di SMKN 4 Semarang, sama juga dengan GRO. GRO adik kelas dari AD.

Aipda Robig masuk ke ruangan sidang pukul 13.25 WIB. Dia mengenakan seragam polisi lengkap dengan rompi hijau bertuliskan Patsus.

Tampak tiga personel Propam mengawal Robig. Kedua tangan Aipda Robig diborgol.

"Sidang dipimpin oleh AKBP Edy Sulistyo, perwira menengah dari Direktorat Reserse Narkoba Polda Jateng," kata Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto.

Artanto mengungkapkan, dalam sidang menghadirkan beberapa saksi di antaranya Kompolnas, keluarga almarhum dan para saksi lainnya.

"Nanti hasilnya saya sampaikan," ungkapnya.

Beberapa keluarga korban turut hadir dalam sidang tersebut. Di antaranya keluarga Gamma dan AD.

Sementara Komisioner Kompolnas M Choirul Anam mengatakan, sidang etik ini diharapkan menghasilkan putusan maksimal.

"Semoga sidang hasilnya keputusan maksimal," ujarnya.

Pihaknya diundang dalam acara ini sebagai langkah transparan. "Semoga transparan dan profesional," katanya.

Tidak Ada Tawuran

Lokasi penembakan korban versi polisi di Jalan Candi Penataran Raya, Ngaliyan, Kota Semarang, Selasa (26/11/2024). 
 
Lokasi penembakan korban versi polisi di Jalan Candi Penataran Raya, Ngaliyan, Kota Semarang, Selasa (26/11/2024).    (Tribunjateng/Iwan Arifianto. )

AD (17) korban selamat penembakan Aipda Robig Zaenudin (38) buka suara soal peristiwa malam nahas tersebut.

AD dan dua temannya yaitu Gamma atau GRO (17) serta SA (16) menjadi korban tembak Aipda Robig di depan Alfamart Jalan Candi Penataran Raya, Ngaliyan, Kota Semarang, Minggu (24/11/2024) pukul 00.19 WIB.

Keterangan kepolisian, tiga pelajar dari SMKN 4 Semarang ini ditembak karena tawuran. Namun, AD korban selamat dari kejadian ini membantahnya.

"Kami habis makan di burjo (warung kopi) terus otw (jalan) pulang. Tiba-tiba di lokasi kejadian ketemu (polisi) langsung nodong (pistol)," ujar AD sebelum mengikuti sidang etik Aipda Robig di Mapolda Jateng, Senin (9/12/2024).

Pertemuan antara Gamma, AD dan SA dilakukan di warung burjo tak jauh dari lokasi kejadian.

Malam itu, mereka hendak rehat selepas sore harinya melatih paskibra di sekolahnya.

"Sorenya habis melatih (paskibra). Terus pulang dulu. Habis isya baru keluar. Main di tongkrongan, nama tempatnya nggak tahu. Di sekitar situ juga," katanya.

Kaget Ditodong

AD menyebut, ketika kejadian berjalan satu rombongan tiga motor. Setiap motor dikendarai oleh dua orang.

Urutan motornya ke arah polisi, motor paling depan adalah Gamma bersama seorang temannya yang AD tak mengenalinya.

Motor kedua merupakan temannya Satria, AD juga tak mengenali.

Motor ketiga atau paling belakang adalah motornya (AD).

"Motor kedua nggak ada yang luka, malah dia saja kaget saya kena," terangnya.

Para korban awalnya berjalan pelan tetapi ketika melihat Aipda Robig menodongkan pistolnya memicu mereka untuk mempercepat laju motornya.

"Ya kami kaget ada langsung nodong. Kalau cuma turun di tengah masih mikir ah mungkin apa, (kalau ini) langsung nodong," ungkapnya.

Tak Ada Serempetan

Sederet prestasi siswa SMK bernama Gamma Rizkynata Oktafandy (16) yang tewas ditembak mati polisi terungkap. Korban pernah harumkan nama sekolah tapi kini dituduh anggota gangster.
Sederet prestasi siswa SMK bernama Gamma Rizkynata Oktafandy (16) yang tewas ditembak mati polisi terungkap. Korban pernah harumkan nama sekolah tapi kini dituduh anggota gangster. (kolase Twitter)

 

Sebelum kejadian penembakan, AD membantah adanya senggolan antara dirinya dengan pelaku penembakan.

 "Tidak ada serempetan," katanya.

Dia pun syok ketika mendengar suara tembakan. Namun, dia hanya mendengar pasti saat letusan peluru yang mengarah ke dirinya dan Satria.

Sewaktu penembakan itu, tangan Satria menggantung di pundaknya. "Habis ketembak, dor, langsung lemes," terangnya.

Dia menyadari adanya penembakan tersebut. Begitupun pemboncengnya Satria.

Namun, Satria tidak menyadari kalau pelurunya masuk ke tangan. Selanjutnya, dia mengantar Satria ke rumah temannya.

"Saya lalu pulang cek di rumah. Ternyata cuma sobek (bagian dada). Saya bersihkan terus tidur. Kalau Satria katanya langsung ke rumah sakit," paparnya.

Terkait korban Gamma, AD mengaku tidak mengetahuinya secara pasti karena selepas penembakan ketiga motor berpisah.

Bahkan, dia baru tahu Gamma meninggal dunia pada sore hari menjelang magrib atau hampir 18 jam pasca kejadian.

"Kami dan Gamma satu organisasi (paskibra) tapi tidak terlalu dekat karena dia adik kelas. Saya lebih dekat ke Satria," tutur AD.

Akibat kejadian itu, AD mengaku trauma. Orangtuanya tak memperbolehkan lagi keluar malam lebih dari pukul 22.00 WIB.

"Itu pertama kali keluar malam jam segitu. Biasanya mentok jam 10 malam," ungkapnya.

Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Penyambung Titipan Rakyat (LBH Petir) Jawa Tengah Zainal Abidin mengatakan, sudah memberikan pemahaman kepada kliennya untuk memberikan kesaksian tanpa kebohongan.

"Saya sampaikan ke AD berikan keterangan yang kamu lihat dan jangat takut," bebernya.

Ditemui Polisi

AD (17) korban selamat penembakan Aipda Robig Zaenudin (38) mengaku polisi sempat mengajaknya bertemu di depan Indomaret BSB, Mijen, Kota Semarang. Polisi mengajaknya bertemu selepas tak berhasil menjumpainya di rumah.

"Polisi datang ke rumah tapi di rumah hanya ada adik saya yang masih kelas 3 SMP. Polisi itu telepon saya lewat handphone adik minta ketemu," kata AD di Kota Semarang, Senin (9/12/2024).

Selepas kejadian penembakan, AD sempat tidak mengetahui bahwa Gamma meninggal dunia.

Sebab, dia berpisah dengan Gamma setelah Aipda Robig menembak mereka, Minggu (24/11/2024) pukul 00.19 WIB.

AD awalnya tak ambil pusing soal kasus penembakan tersebut. Dia lantas pergi ke uptown mal BSB Mijen bersama teman-temannya pada sore harinya.

Namun, dia mulai menganggap masalah ini serius ketika polisi mengajaknya bertemu.

"Sebelum bertemu dengan polisi, saya ditelpon adik kelas bahwa Gamma meninggal dunia," ujarnya.

AD akhirnya menemui polisi itu sendirian tanpa pendampingan orang dewasa. Mereka mengobrol di depan Indomaret. Pengakuan AD, polisi menemuinya untuk melakukan pemeriksaan.

"Pertama awalnya saya mau dimintai keterangan. Sampai Polrestabes Semarang malah diajak prarekonstruksi," ungkapnya.

Kendati bertemu dengan polisi, AD mengungkapkan tidak mendapatkan tekanan. Dia juga tidak merasa disuruh membaca atau menyampaikan sesuatu. "Tidak ada," ujarnya.

Tetapi pada waktu pra rekontruksi, AD sempat kaget karena tidak memahami proses tersebut.

"Saya dimasukkan ke mobil. Tidak lihat proses pra rekontruksi," paparnya.

Selama berjalannya kasus ini, dia sebelumnya memilih diam. Polisi juga telah menyita handphonenya.

Berkaitan dengan tawuran maupun gangster, dia sama sekali tak mengetahuinya.

"Tidak ada tawuran, tidak benar itu," AD mengungkapkan pula tidak mengenali para anggota gangster yang selama ini ditunjukkan polisi ke publik. "Saya tidak kenal (mereka) sama sekali," bebernya.

Sementara Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Irwan Anwar ketika dikonfirmasi soal pernyataan AD enggan berkomentar.

Dia meminta Tribun untuk konfirmasi ke Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Jateng Kombes Pol Artanto. "Silahkan ke Kabid Humas ya," katanya. Hingga Senin malam sidang etik belum selesai. (iwn)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved